Home / Romansa / Callista: Bukan Sugar Baby Biasa / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Callista: Bukan Sugar Baby Biasa: Chapter 31 - Chapter 40

181 Chapters

Pemaksaan

"Maaf Pak. Saya pikir Pak Harvie sudah setuju dengan isi kontraknya. Jadi saya langsung proses," Brian memilih langsung berkata jujur, apalagi ketika melihat wajah atasannya. Kata-kata asisten pribadinya itu membuat Harvie memejamkan mata dan menunduk dengan kesal. Ini tidak bisa dibiarkan. Lima puluh juta itu tidak besar, tapi Harvie tidak rela memberikannya pada anak ingusan seperti Star. Apalagi dia sama sekali tidak diberi jatah. "Coba cek ke resepsionis. Kalau Star belum pergi suruh dia naik lagi," Harvie memberii perintah pada Brian. Dengan cepat Brian menyambar telepon yang ada di meja Harvie, setelah meminta izin untuk menggunakannya lewat gestur tangan. Lebih cepat menggunakan telepon di ruangan Harvie, ketimbang harus pergi ke tempatnya. "Ehm, Pak." Brian memanggil Harvie ragu-ragu setelah menutup telepon. "Apa lagi? Kali ini anak itu bikin masalah apa lagi? Atau udah pulang dia?" tanya Harvie kesal. "Iya, Pak. Sepertinya Nona Star memang sudah pulang, tapi ...." H
Read more

Pindah

“Wah, Nona. Tidakah anda keterlaluan? Anda pergi bersenang-senang sementara kami di sini kesusahan.” Irish yang paling pertama buka suara. “Ada apa ini?” tanya Star tidak menggubris ejekan Irish.Hari ini harusnya hari yang menyenangkan bagi Star. Tiga dompet elektroniknya diisi penuh oleh Harvie tanpa dia minta dan membuat Star tidak perlu galau soal biaya hidup. Namun, sayangnya begitu sampai di rumah, kebahagiaan itu menguap seketika. Star menatap Karin, Irina, dan Irish berdiri di teras dengan beberapa koper besar. “Pak Zeus meminta kita semua keluar dari rumah ini. Beliau meminta Nona untuk pindah ke rumah yang sudah dia siapkan.” Karin yang menjelaskan. “Aku tidak mau ikut.” Irish menggeret kopernya dengan santai. “irish.” Irina menegur adiknya itu. “What? Kita ini kan secara tidak langung sudah dipecat sama Pak Zeus. Jadi tidak ada yang mengharuskan aku mengikuti Callista kan?” Sebagai seorang ibu, Karin tentu ingin menegur putri bungunya itu. Tapi Star tidak membiarkan
Read more

Tidak Mau Kalah

"Irina, boleh kupinjam ponselmu sebentar?" Tanpa banyak bertanya, Irina menyerahkan ponselnya. Dan Star segera memindahkan nomornya ke ponsel Irina. Lalu Star beranjak ke kamar untuk menelepon Harvie. "Sialan sekali," umpat Star, menyesali kelakuannya membanting ponsel semalam. "Bisa-bisanya aku marah-marah seperti itu, dan membuat ponselku rusak total." "Halo," suara serak habis bangun tidur Harvie terdengar dari seberang telepon yang rupanya sudah tersambung. "Oh, maaf. Apa saya mengganggu tidur Anda?" Star bertanya sesopan mungkin. Star menyempatkan diri untuk melihat waktu di ponsel dan ini sudah jam enam lewat, sudah hampir jam tujuh pagi. Bagaimana mungkin seorang pekerja kantoran belum bangun dijam segitu? "Apa maumu?" tanya Harvie malas-malasan. "Uang yang kukirim kemarin kurang?" "Oh, bukan. Uang kemarin itu sudah lebih dari cukup. Nanti akan saya potong dengan biaya bulanan saya." Star menjawab dengan tegas. Perempuan itu adalah orang jujur yang enggan mengambil
Read more

Pemaksaan

Star menghela napas ketika dirinya diminta menunggu oleh satpam rumah orang tua Harvie yang belum mengenalnya. Waktu yang dibutuhkan untuk satpam itu mengkonfirmasi kedatangannya pun cukup lama. "Astaga Star, maaf ya kamu jadi nunggu lama." Helena sampai hendak menjemput Star ke pagar luar, namun ternyata mereka bertemu di tengah jalan yang panjang itu. Ya. Jalan masuk dari pintu gerbang sampai teras lumayan panjang. "Tidak apa-apa, Tante. Justru saya yang harusnya minta maaf, tadi saya singgah ke tempat lain dulu. Makanya agak lama." "Harusnya kamu gak perlu repot-repot." Helena segera memprotes begitu mellihat Star menenteng kantongan dari toko kue ternama. "Kebetulan tadi lewat. Jadi saya sekalian singgah." Star tidak berbohong ketika mengatakan itu. Memang toko kue ini terletak tidak jauh dari toko ponsel yang didatangi Star tadi. "Ah, kamu ngelesnya bisa saja." Hanya senyuman yang bisa diberikan Star pada Helena. Dia enggan berdebat dengan orang yang lebih tua, terutama
Read more

Panggilan

"Siapa?" tanya Harvie sekali lagi lewat ponselnya. "Mommy-nya Yvonne ada di rumah, jadi kamu pulang makan siang." Helena ngegas dari ujung sambungan telepon. "Mommy-nya Yvonne?" tanya Harvie sekali lagi. Entah Harvie yang halu atau mamanya yang sedang halu. Mommynya Yvonne alias Ilona kan sudah meninggal, bagaimana bisa ada di rumah orang tuanya? "Ah, mungkin kamu bingung karena biasanya kamu panggil Star dengan sebutan babe kan?" Begitu mendengar nama Star keluar dari mulut ibunya, Harvie mengembuskan napas lega. Dirinya sudah sempat berpikiri ibunya melihat hantu Ilona di rumah. "Kok bisa Star ada di sana?" Harvie bertanya sesantai mungkin. Jangan sampai ibunya menyadari kalau dia tadi sempat ketakutan. "Mama yang minta tolong Star datang. Bantuin Mama jaga Yvonne. Soalnya kan pengasuhnya Yvonne lagi pulang kampung dan kita belum dapat yang baru." "Tapi bukan berarti Mama bisa memanfaatkan Star, Ma. Nanti Star capek, Yvonne kan kerjanya nangis dan ngamuk terus.
Read more

Mendapatkan Aku

Kekesalan Derina makin meningkat ketika, ibunya ikut-ikutan memuji masakan Star yang sebenarnya sangat sederhana itu. Hanya ayam bakar madu dan tumis kangkung. Itupun Star masih harus dibantu karena masak sambil menjaga Yvonne. Tapi tidak masalah, karena Derina tahu Harvie tidak begitu suka makan ayam. Harvie suka makanan yang praktis dan jelas ayam tidak praktis karena repot untuk memakannya tanpa mengotori tangan. Tapi kenyataan tidak seperti itu. "Star bisa tolong ayamnya disuwirkan buat aku? Minta yang paha ya." Harvie bertanya pada Star yang segera mengiyakan. "Astaga Harvie. Kamu kok kayak anak kecil saja sih?" Helena segera memprotes kelakuan anaknya itu. "Gak apa-apa kok, Tante." Star yang menjawab Helena dan dengan tenang mulai melakukan pekerjaannya. "Kok manggil Tante?" Helena kembali protes. "Ehm, maaf. Saya belum terbiasa, Ma." Star meringis pelan. "Harvie, kamu ini mau makan atau mau main sih?" Helena kini menegur anaknya yang sedari tadi tidak berhenti menatap
Read more

Tidak Butuh

"Pak. Sudah waktunya untuk bertemu dengan tuan Zeus Arwen." Brian mengingatkan Harvie tentang jadwalnya. Harvie menghela napas panjang dan mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tidak menyangka tawaran bertemu itu disetujui oleh pihak Zeus. Sejujurnya Harvie tidak tahu apa yang harus dikatakannya pada pria itu. "Pak, saya mau menikahi anak anda dengan syarat dan ketentuan berlaku. Kami akan nikah kontrak." Apa Harvie harus bicara seperti itu? Ataukah meminta Star pada ayahnya dengan cara baik-baik? Atau meminta pria itu menghentikan perjodohan Star? Sampai di tempat janjian sekalipun Harvie belum mendapatkan solusi. "Maaf, apakah anda menunggu lama?" Senyum profesional Harvie refleks merekah begitu melihat rekan makan siangnya hari ini. Tak lupa Harvie mengulurkan tangan pada Zeus. Ya. Harvie sengaja mengatur pertemuan dengan Zeus diwaktu makan siang. Dia sengaja meminta Brian untuk memesan private room, agar mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. "Saya kebetulan datang sedii
Read more

Keuntungan Pribadi

"Di mana?" Harvie langsung bertanya begitu Star mengangkat teleponnya. "Di kampus," jawab Star singkat saja. "Bisa ketemu sekarang?" tanya Harvie dengan nada frustasi dan lelah. "Saya masih perlu mengurus beberapa hal mungkin satu jam lagi." "Aku akan menunggu. Kirimkan saja alamatmu." Harvie segera membalas dan menutup teleponnya. "Ada apa sih dengannya?" Star menggerutu ketika Harvie menutup teleponnya secara sepihak. "Kenapa Star?" Hillary bertanya ketika melihat sahabatnya menggerutu. "Tidak apa-apa kok." Star menjawab dengan senyuman tipis. "Tapi Star, perasaanku saja atau tanda lahirmu makin menipis?" "Masa sih? Mungkin krim yang kupakai akhirnya bekerja juga." Star tentu saja berbohong. Tanda hitam dibawah bibir Star memang tidak terlihat seperti biasanya. Ini dikarenakan Irish tidak ingin lagi melakukan make up untuk Star jika tidak dibayar dengan sesuai. "'Aku kan bukan lagi pelayan keluarga Arwen, jadi kamu harus bayar dong." Star mengingat dengan sangat
Read more

Vla Pisang

"Enak saja. Gak bisa gitu dong, Star." Harvie segera protes begitu mendengar syarat dan ketentuan yang diminta gadis itu. Isinya terlalu merugikan Harvie, setidaknya itu yang dipikirkan Harvie. Dia tidak terima karena Star tidak mau memberikan 'jatah' setelah menikah. "Kenapa? Saya tidak keberatan anda 'jajan' di luar," Star memberikan perlawanan. "Apa kata orang nanti? Kau ingin mempermalukan keluargaku?" Harvie menyerang Star tanpa ampun. "Tolong kecilkan suaranya. Kita sedang ditempat umum." Star berbisik pada Harvie. "Persetan dengan tempat umum." Harvie menggerutu. Sebenarnya sudah terlambat bagi Star untuk meminta Harvie diam. Pasalnya semenjak mereka masuk ke tempat makan yang direkomendasikan Brian ini, semua mata sudah terpaku pada mereka. Dengan visual bak dewa-dewi yunani. Belum lagi dengan kepopuleran Harvie, jelas saja mereka mampu menyedot perhatian publik. Makin menjadi perhatian ketika mereka mulai berdebat. "Oke. Kalau begitu nanti kita bahas lagi di te
Read more

Menginap

"Ada apa sih, Ma? Kok semalam ini telepon?" Harvie yang baru selesai mandi mengeluh pada ibunya lewat telepon. "Ini, Vie. Yvonne rewel, dari tadi dia nangis terus." "Ya, lalu?" tanya Harvie dengan bingung. "Kira-kira Star masih bangun gak ya? Soalnya cuma dia yang bisa nenangin Yvonne." Harvie menghela napas panjang. Masa iya sih ibunya mau meminta Star datang ke rumah mereka hanya demi Yvonne? Yvonne bahkan bukan siapa-siapa Star loh. "Besok pagi saja ya, Ma. Gak sopan kalau telepon dia semalam ini." "Mama sih pengennya ke rumah Star biar cepet. Kamu coba share lokasinya dong, Vie." Helena tidak memedulikan kata-kata anaknya. Tentu saja Harvie tidak setuju dengan keinginan ibunya, tapi karena Yvonne tidak berhenti menangis, Helena tetap memaksa. Lalu setelah perdebatan panjang, Harvie akhirnya kalah. Namun, merasa tidak tenang membiarkan ibunya ke rumah Star berdua Yvonne saja, Harvie menyusul dari apartemennya. Apalagi pesan yang dia kirim berlum terbaca. "Syukurlah di
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status