Semua Bab Callista: Bukan Sugar Baby Biasa: Bab 21 - Bab 30

181 Bab

Milikku

"Bisa berhenti memperhatikan pacarku?" Harvie terlihat sangat gusar setengah mati, ketika mendapati Marcus menatap pacarnya sampai sedemikian rupa. Apalagi tatapan itu makin tajam, setelah Kian pergi dari ruangan barusan dan Star melepas maskernya. Bukan. Tentu saja Harvie tidak merasa gusar karena cemburu atau sejenisnya. Tapi Star adalah miliknya dan Harvie tidak suka miliknya diganggu dengan cara apa pun. bahkan oleh sahabatnya sekalipun. "Sorry, aku cuma merasa dia sedikit familiar kok. Itu saja. Aku gak bermksud kurang ajar." Marcus menjawab dengan cepat, enggan membuat salah paham. "Maaf, saya tidak bermaksud jahat. Tapi, apa kita pernah bertemu disuatu tempat?" Kali ini Marcus bertanya langsung pada Star. "Sudah kubilang berhentilah mengganggunya." Sayangnya, Harvie tidak suka dan menggeram marah. "Oke, fine. Aku gak akan ngomong apa-apa lagi." Marcus mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah. "Good. Kalau begitu kau bisa keluar sekarang Marcus Langton. Kami ada urusan
Baca selengkapnya

Penawaran

"Star," Hillary memanggil sahabatnya. "Apa untuk prom besok kau akan membawa pacarmu itu?" "Memangnya kenapa? Kamu mau aku menanyakan kesediaan lelaki kemarin itu untukmu?" Star balik bertanya. Lelaki yang dimaksud Star adalah Marcus. Hillary memang sempat melihat pria itu berbicara dengannya dan langsung mengaguminya. Sepanjang dua sahabat ini jalan bareng, Hillary bahkan terus memuji ketampanan Marcus. "Gak mungkin juga kali dia mau bergaul dengan perempuan jelek sepertiku. Apa kau tidak lihat jerawat yang baru tumbuh ini." Hillary menunjuk benjolan merah yang cukup besar di wajahnya. "Aku tahu obat yang ampuh. Nanti kubelikan deh." Star tersenyum tipis pada Hillary. "Gak usah deh, Star. Nanti kau gak bisa jajan lagi." Hillary segera menolak. "Kau tahu aku tidak begitu suka jajan dan aku masih lebih mampu," balas Star tanpa ada niat menghina. "Aku tahu, tapi aku tidak mau merepotkan." Hillary juga tidak tampak tersinggung. Baru juga Star ingin membalas lagi, ponselnya
Baca selengkapnya

Perang

"Oh, iya Tante. Saya sudah di lobi bawah." Star memberitahu lokasinya lewat sambungan telepon pada Helena. "Oh, baguslah. Tante juga kebetulan masih nunggu lift, naiknya bareng aja ya. Tante tungguin." Mendengar kata-kata Helena, Star jadi berlari kecil. Dia tidak ingin membuat wanita itu menunggu terlalu lama. "Tante nunggu lama?" tanya Star sedikit terengah begitu melihat Helena berdiri di depan lift. "Gak kok, Sayang. Tante baru juga sampai." Helena merentangkan tangannya menyambut Star. Star bergeming melihat Helena yang masih merentangkan kedua tangannya. Dia sedikit bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Harusnya Star masuk ke dalam pelukan Helena, tapi dia ragu-ragu. Star tidak pernah melakukan hal macam pelukan. "Kamu cantik." Sadar kalau mungkin Star tidak terbiasa dengan pelukan, Helena memilih untuk memuji. Dia ingat apa yang diucapkan perempuan muda itu kemarin "Yuk." Helena menggandeng tangan Star seenak hatinya, bertepatan dengan pintu lift yan
Baca selengkapnya

Jodoh

"Star gak ikut balik ya, Tante. Masih ada janji lain." Yang empunya nama memberitahu Helena, saat grup arisan itu mulai bubar. "Oh, ada janji sama siapa? Harvie ya?" tanya Helena dengan senyum menggoda. "Dengan orang tua saya Tan, tapi katanya Kak Harvie mau datang kalau sempat," jawab Star dengan jujur. "Maaf, ya Tante. Saya belum ngajak Tante dulu." Star segera melanjutkan, takut Helena tersinggung. "Oh, gak apa-apa kok Sayang. Tante bisa ngerti. Perkenalan orang tua akan ada ditahap berikutnya kok." Helena tersenyum riang. Helena bukan hanya sekedar tersenyum karena senang mendengar Harvie akan bertemu orang tua Star, tapi juga tersenyum mengejek dan penuh kemenangan. Dia dari ibu-ibu yang selalu mengatakan Harvie tidak akan serius dengan perempuan manapun, dan senyum yang mengejek Derina. Helena tahu Derina anak baik. Tapi sekali lagi, Helena tidak ingin Derina jadi mantunya. Alasannya sederhana, Derina itu masih keluarga dan Helena tidak suka pernikahan antar keluarga.
Baca selengkapnya

Barang Jualan

Harvie menghela napas lelah. Dia menatap ibunya yang baru saja naik ke mobil sambil pamitan dengan teman-temannya di lobi hotel. Enggan berpapasan dengan mobil sang ibu, Harvie memilih menunggu. Harvie bukannya tak mau, tapi hanya malas menjelaskan kehadirannya di sini. Apalagi sepertinya Harvie sudah sedikit terlambat. Walau Harvie malas mengikuti acara ini. Tapi karena Harvie terlanjur janji, dia akan datang. "Kak Harvie?" Harvie langsung memutar matanya dengan kesal. Itu adalah suara Derina, tapi bagaimana bisa perempuan itu ada di sini? Harvie malas berurusan dengan Derina yang menurutnya terlalu clingy. Harvie terus berjalan menuju ke area lift, tanpa mempedulikan Derina yang mengejarnya. "Kak Harvie? Ngapain di sini?" tanya Derina setelah berhasil mengejar Harvie. Pria itu sedang menunggu lift. "Apa itu urusanmu?" "Aku kan hanya ingin tahu. Tidak boleh ya?" tanya Derina lembut. "Aku akan makan malam dengan pacarku," jawab Harvie santai. "Dan sayangnya tidak
Baca selengkapnya

Kencan Makan Malam

"Ehm, mau makan malam dulu?" tanya Harvie ragu-ragu, melirik Star yang bersandar di jendela mobil. Sudah semenjak duduk di dalam mobil sport Harvie, Star diam sambil memandang keluar jendela. Tentu bukan hal yang mudah mendengar orang tuamu, berniat menjual tubuhmu pada seorang lelaki tua. Siapapun pasti akan sedih dan Harvie tidak pandai menghibur orang yang sedang bersedih. "Sudah terlalu malam untuk makan." Star menjawab tanpa mengalihkan pandangannya. "Yakin tidak lapar?" tanya Harvie lagi. "Tidak baik makan semalam ini, Om." "Ini baru jam delapan lewat, Star." Star menoleh menatap Harvie yang kali ini tidak marah dipanggil om. Itu tentu saja membuatnya sedikit bingung, karena bukan hanya tidak marah. Lelaki itu bahkan terlihat biasa saja. “Apa Anda sakit?” tanya Star dengan ekspresi heran. “Apa maksud pertanyaanmu itu? Kau sedang menyumpahiku?” Kali ini Harvie terlihat kesal. “Tidak. Maksudku, tumben anda tidak marah ketika saya memanggil Anda Om.” Harvie menghel
Baca selengkapnya

Hukuman

“Kenyang banget.” Harvie mendesah puas sambil memegangi perutnya. “Katanya tadi makan di sini bisa bikin sakit perut,” ucap Star dengan nada menggoda. Tentu saja Star akan mengejek Harvie. Secara pria itu makan dua porsi, sementara dirinya hanya makan setengah saja. Itupun sisanya juga dihabiskan oleh Harvie. Star jadi heran bagaimana mungkin badan Harvie bisa sebagus itu? Padahal porsi makannya saja luar biasa. Belum lagi dia suka makan junk food. “Aku hanya khawatir dengan perutmu. Biasanya perempuan tidak pernah makan di tempat seperti itu.” Harvie mengelak dengan lincahnya. “Terima kasih perhatiannya.” Star mengangguk setuju, tapi senyum tipis di wajah Star membuat Harvie merasa diejek. “Aku serius,” sergah Harvie sedikit kesal. “Saya tidak bilang anda main-main, Daddy.” Harvie memutar bola matanya, gemas dengan jawaban Star. Tapi kali ini, dia akan membiarkan gadis itu. Anggap saja ini balasan karena sudah diajak ke tempat makan enak. “Jadi habis ini mau ke mana?” tanya
Baca selengkapnya

Cek Tunai

“HARVIE!” Harvie yang masih tertidur lelap, sama sekali tidak mendengar ketukan di pintu itu. Bahkan ketika gagang pintu bergerak berulang kali, tanda seseorang berusaha masuk ke kamarnya yang terkunci, dia masih bergeming. Ketika pintu itu berhasil terbuka dua menit kemudian, Harvie masih tidak bergerak. Lelaki itu benar-benar tertidur lelap, membuat wanita yang masuk ke kamarnya kesal setengah mati. Dengan kekuatan penuh wanita itu memukul lengan Harvie berkali-kali. “Auw.” Harvie tersentak begitu mendapat pukulan pertama. Dia pun terus menjerit tiap mendapatakan pukulan berikutnya. “Auw, Ma. Sakit.” Harvie berusaha menghentikan tangan sang mama agar berhenti memukulinya. “Siapa suruh dibangunin baik-baik gak juga bangun?” “Iya. Ini Harvie bangun.” Harvie memekik dan berusaha beranjak bangun, masih sambil menangkis pukulan ibunya. “Ngapain kamu bisa ada di sini?” tanya Helena ketus begitu anaknya sudah duduk dengan benar. “Mama ini gimana sih? Gak pulang dimarahin, pulang
Baca selengkapnya

Perempuan Lima Puluh Juta

"Kenapa lama sekali baru sampai?" Harvie langsung protes begitu melihat Star yang duduk santai di ruang tamu di luar ruang kerjanya. "Oh, meetingnya sudah selesai?" Star segera menyimpan ponselnya dan bangkit dari sofa. Harvie memperhatikan Star dengan kening berkerut. Baru kali ini dia melihat gadis itu memakai celana jeans dan kaos. Ditambah dengan tas ransel mungil, membuat Star terlihat lebih muda dari usianya. Itu membuat Harvie sakit kepala. Dia benar-benar akan dicap sebagai om-om yang memelihara anak dibawah umur. "Kenapa duduk di sini?" tanya Harvie pada Star. "Sekretarisnya, ehm... Kak Harvie suruh duduk di sini." Star sedikit ragu-ragu harus memanggil Harvie daddy atau kak. "Bukankah kita sudah setuju soal panggilan?" Harvie terdengar tidak senang. Bagaimana ibunya mau percaya kalau dia dan Star serius pacaran kalau cara memanggil Star saja labil begitu? Mana di kantor ini banyak mata-mata ibunya, jadi Harvie harus terlihat mesra dengan Star jika berada di luar ruang
Baca selengkapnya

Dia Marcus

Star melangkah dengan senang. Dia merasa bersyukur tindakan isengnya menambah pasal pada kontrak terbaru itu kini bisa membantunya. Untungnya Harvie tidak menyadari hal itu sama sekali. Sekarang Star berdiri di dekat tempat drop off, sedang berpikir ingin melakukan apa sebelum pulang ke rumah Dia ingin sekali pergi makan di cafe yang biasa didatanginya, tapi dia harus menghemat uang. Lagipula mobil pribadi Irina juga ditarik, jadi uang yang dikeluarkan untuk transportasi juga harus diperhitungkan. Untung saja Star sudah sering naik kendaraan umum, juga tidak keberatan makan tahu tempe saja. Dirinya bahkan pernah menginap di kamar Hillary yang tidak punya pendingin ruangan dan dia bisa bertahan. “Hm, memang lebih baik naik MRT saja.” Star mengangguk sembari memperhatikan aplikasi ojek onlinenya yang baru akan ditutupnya. “Kenapa dengan MRT?” Star menoleh ke arah suara yang terasa sangat dekat. Dan wajah seorang lelaki yang hanya berjarak kurang dari sepuluh senti, membuatnya ter
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status