Home / Romansa / Callista: Bukan Sugar Baby Biasa / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Callista: Bukan Sugar Baby Biasa: Chapter 11 - Chapter 20

181 Chapters

Tamu di Malam Hari

Star bersandar di pintu dalam bilik toilet. Dia dengan terpaksa ikut dengan Harvie karena kata-kata pria itu tadi. Padahal sudah disembunyikan dengan baik, tapi kenapa pria itu bisa tahu. Bagaimanapun caranya, dirinya harus bisa meminta Harvie tutup mulut. Star tidak ingin mencari masalah dengan keluarga besar Arwen. Walau mereka tidak pernah peduli padanya, setidaknya keluarga itu memberikan penghidupan pada Star. Setidaknya Star tidak ingin menjadi orang yang tidak tahu balas budi. "Lama amat sih," Harvie mengeluh begitu melihat Star keluar dari toilet. Star tidak menjawab Harvie dan berjalan mendahului pria itu, menuju ke arah lift yang bisa dilihatnya dari jarak jauh. Kelakuan Star ini jelas membuat Harvie merasa geram. Baru kali ini ada perempuan yang berani-beraninya mencueki dirinya. "Hei, aku bicara padamu." Harvie mencekal lengan Star dengan kasar, sampai gadis itu sedikit oleng dan menubruk tubuh Harvie. "Tadi sok jual mahal, sekarang cari kesempatan. Mau main tari
Read more

Namanya Derina

"Derina? Apa yang kau lakukan di sini?" Harvie terlihat heran melihat adik dari sahabatnya itu. "Pacar Kak Harvie?" Bukannya menjawab, Derina malah bertanya balik. "Aku duluan yang bertanya padamu Derina." "Maaf." Derina meminta maaf sambil menjepit rambutnya ke telinga. "Tadi aku tanya Tante Helena, katanya Kak Harvie pulang sebelum makan malam. Jadi aku membawakan makan malam," lanjut Derina sambil memberi tote bag kertas. "Thanks perhatiannya, tapi sebenarnya gak perlu. Aku sama pacarku mau keluar cari makan. Yuk Star." Baru juga Harvie mau melangkah, tiba-tiba saja dia teringat sesuatu. Awalnya Harvie ragu, tapi dia memutuskan untuk menanyakan apa yang dikhawatirkannya. "Apa kau mengambil kartu akses dari Mark lagi?" "Aku tidak mengambil, Kak. Aku meminjam," Harvie mengulurkan tangannya dengan santai pada Derina. "Kembalikan padaku." "Ini punya Kak Mark, Kak. Harus aku balikin ke dia lagi." Derina enggan memberikan kartu akses pintu milik Mark yang dipegangnya. "K
Read more

Masalah Kelulusan

Star memandang kartu berwarna hitam yang diberikan oleh Harvie dua hari lalu. Star masih tidak mengerti kegunaan kartu ini untuk dirinya, tapi Star mengambilnya tanpa banyak tanya. "Nona? Sarapannya mau diantarkan sekarang?" Karin bertanya dengan sopan. "Boleh aku memeluk Karin?" tanya Star sopan, dengan senyum lebar yang begitu lembut. Walau Karin hanyalah kepala pelayan di rumahnya, Star selalu sopan pada wanita itu. Bahkan pada pelayan lain pun Star seperti itu. Alih-alih memberi perintah dengan kasar, Star melakukannya dengan lembut. Dia juga selalu bertanya kesediaan si pelayan melakukan tugasnya seperti tadi. "Makasih ya karena Karin selalu ada untuk Star. Makasih sudah mau jadi ibu untuk Star." Tidak lupa juga, Star mengucapkan terima kasih. "Ada yang membuat Nona tidak nyaman?" Karin yang sudah membesarkan Star dari baru lahir, tentu tahu ketika majikan sekaligus anak asuhnya itu sedang gudah. Star yang mandiri dan tenang, tidak akan semanja ini jika tidak punya m
Read more

Percaya Diri

"Bersiap-siaplah sekarang, aku akan menjemputmu sebentar lagi." Harvie berbicara dengan nada memerintah lewat telepon. "Saya tidak bisa." Star menjawab singkat pada Harvie melalui panggilan telepon. "Kenapa? Ini kan sudah lewat jam pulang sekolah?" tanya Harvie denga nada kesal. "Saya ada sidang sore ini." Star yang enggan berkomunikasi lama dengan Harvie memilih untuk menjawab dengan singkat. Sayangnya itu malah membuat Harvie makin penasaran. "Sidang apaan sih. Jangan sok sibuk ya. Aku bisa mencari tahu posisimu sekarang juga." "Terserah. Yang jelas saya sudah mengatakan yang sebenarnya." Star baru akan mematikan teleponnya ketika mendengar teriakan Harvie. "Jangan pernah matikan teleponnya." Star mengernyit bingung. Bagaimana pria itu bisa mengatahui gerakannya? Apa dia mengirim mata-mata? Hari Star sudah sangat melelahkan. Setelah menghadapi pak kepala sekolah, dirinya masih harus menghadapi bisik-bisikan yang terlalu keras untuk disebut bisikan. Bahkan ada beberap
Read more

Memperkenlakan Diri

"Siapa sih tadi itu."Harvie tidak suka mendengar suara yang didengarnya dari seberang sambungan telepon. Sepertinya ponsel Star dibajak orang dan Harvie tidak suka suara merendah wanita itu. Apalagi dia dipanggil Om? "Coba cari tahu soal sekolahnya Star. Kalau tidak salah dengar namanya, Blooming Gracia. Siapkan juga mobil untuk ke sana sekarang juga." "Maaf, Pak?" Brian-sang asisten yang tiba-tiba diberi perintah sepanjang itu, tidak bisa menangkap dengan baik. "Aku bilang, cari tahu soal sekolah Star. Blooming Gracia School. Siapkan juga mobil aku mau langsung ke sana," geram Harvie merasa kesal denga kelemotan asistennya itu. "Baik Pak. Segera." "Aku mau sekarang, Brian." Tanpa menjawab lagi, Brian bergegas keluar dari ruangan bosnya untuk menjalankan perintahnya. Harvie pun segera bangkit dari kursinya, hendak turun ke bawah. Brian kelebakan sendiri begitu melihat bosnya keluar ruangan, karena dirinya baru mau menelepon ke lantai bawah untuk menyiapkan mobil. Dengan terg
Read more

Sambal Nanas untuk Daddy

"Bagaimana Anda bisa ada di sekolah saya?" Star duduk di kursi penumpang belakang mobil, menghadap ke arah Harvie yang duduk di sebelahnya. Tidak lupa Harvie menutup sekat di antara kursi penumpang belakang dan kursi depan. "Menyelamatkanmu? Tapi ternyata itu tidak perlu." Harvie menjawab dengan santai. "Itu memang tidak perlu, tapi terima kasih." Star berterima kasih dengan tulus. Walau sebenarnya justru Harvie berbuat onar, tapi pada dasarnya pria itu punya niatan untuk menolongnya. Itu saja cukup untuk membuat Star berterima kasih. "Omong-omong ada apa dengan dandananmu itu? Kau mengecat rambutmu?" Harvie bertanya sambil melirik Star dengan ekspresi mencemooh. Star langsung merasa menyesal berterima kasih pada Harvie. Pria itu bahkan langsung mencemoohnya setelah Star berterima kasih, terlalu menyebalkan. Walau Star sudah bisa memprediksi semua ini, rasanya tetap menyebalkan. "Saya senang berpenampilan seperti ini," jawab Star asal saja. "Kau menyamar? Untuk apa? Bu
Read more

Kalah Langkah

"Daddy? Yang benar saja!" ucap Harvie dalam hati. Menikah saja belum, apalagi punya anak. Masa dirinya dipanggil Daddy yang sama saja dengan bapak-bapak? Harvie tidak bisa menerima panggilan yang diberikan Star itu. Gadis itu harus diberi hukuman. "Babe kamu udah mau pulang?" Harvie bertanya pada Star dengan tatapan tajam, sebagai kode untuk segera pulang. "Oh, iya. Sepertinya sudah cukup malam." Star segera menangkap kode dari Harvie. Dia juga enggan tinggal terlalu lama. "Oh, orang tuanya sudah cariin ya? Padahal masih mau ngobrol." Helena langsung terlihat cemberut. Hanya dengan satu kali ajakan memasak, Star sudah berhasil membuat Helena melunak. Wanita itu merasa Star adalah perempuan unik yang sudah jarang ada di dunia. Cantik, pintar, bisa masak dan bisa mengerjakan pekerjaan rumah. "Saya tinggal sendiri Tante." Star menjawab dengan sangat tenang. "Maksudnya gimana? Orang tuamu sudah gak ada?" Helena tidak segan bertanya. "Ma." Peter menegur istrinya yang selalu
Read more

Hari Sial

"Lelah sekali." Star mengeluhkan kejadian kemarin. Apalagi, hari ini dia harus ke sekolah apa pun yang terjadi. Sebenarnya Star ingin bolos saja, tetapi tadi Irina menyampaikan kalau Pak Kepsek meminta Star hadir di sekolah. Mau tidak mau dia terpaksa pergi ke sekolah dan menghadap ke ruangannya. "Apa ada masalah dengan klien yang kemarin, Nona?" Irina yang hari ini mengantar Star bertanya. Hari ini Star sedikit terlambat bangun, oleh karena itu dirinya kembali menumpang mobil Irina. Dengan catatan Irina akan menurunkannya agak jauh dari gerbang sekolah. "Gak ada masalah dengannya Irina. Kami hanya perlu menandatangani kontrak baru." "Kontrak baru?" "Ya dan tenang saja. Aku sudah membaca kontraknya dengan seksama sebelum menyetujuinya." Star menjawab tanpa mengalihkan tatapnnya dari jalanan. "Baiklah, Nona. Lalu sebagaii info tambahannya, mereka sudah mentransfer sebagian dari yang dijanjikan di kontrak sebelumnya." Star tidak membalas kata-kata Irina lagi. Dirinya fokus me
Read more

Wanita Menarik

“Callista?” Sentuhan pelan di punggung tangan Star membuatnya tersentak. Refleks saja dia menepis kasar tangan itu dan segera berdiri. “Saya rasa anda sangat keterlaluan Pak.” Star memberikan sedikit perlawanan. “Kenapa? Kamu memberikan tubuhmu secara gratis pada pacarmu kan? Kenapa Bapak tidak boleh? Padahal Bapak mau kasih kamu uang jajan loh.” Pak Kepsek sebenarnya sudah tertarik dengan tubuh Star sejak melihatnya pertama kali. Tapi demi menjaga citranya, Pak Kepsek berusaha menahan diri. Namun, saat melihat Harvie kemarin dirinya merasa yakin kalau Star akan menerima ajakannya.. Karena itulah pak kepsek memberanikan diri bertanya, Kalau pun itu tidak berhasil, maka dia akan sedikit memaksa. “Sayangnya Pak. Pacar saya saja tidak mendapat hak eksklusif itu. Apalagi Bapak,” Star menjawab dengan nada sinis. “Bapak juga sudah cari tahu soal pacarmu itu. Dia itu playboy, sering bawa perempuan keluar masuk hotel. Bapak tidak percaya kalau kamu tidak pernah dibawa ke hotel sama d
Read more

Marah

"Wow, ini kantor pacarmu?" Hillary terkesima melihat gedung kantor Harvie yang menjulang tinggi di depannya. "Jangan menganga seperti itu, Lary. Nanti ada lalat yang masuk." Star menasehati sahabatnya itu dan Hillary langsung mengatupkan mulutnya. Dua sahabat ini memilih melarikan diri dari sekolah dengan alasan urusan keluarga. Toh, memang tidak ada lagi yang dilakukan di sana. Lalu disinilah mereka berada, di depan kantor Harvie atas permintaan lelaki itu. "Tapi serius kamu gak masalah tunggu sebentar kan?" Star bertanya untuk meyakinkan Hillary. "Aku gak masalah kok. Nanti biar aku tunggu di lobi saja biar kau leluasa bermesraan dengan pacarmu. Mau agak lama juga tidak masalah." Hillary meyakinkan sang sahabat dengan nada cukup ceria.. "Aku hanya ingin memberikan barang yang tertinggal, Lary." Star memutar bola matanya sebagai balasan untuk kata-kata sahabatnya itu. Hillary tentu tidak begitu peduli pada reaksi Star dan justru protes dengan apa yang dilakukan sahabatnya
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status