Share

Hari Sial

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Lelah sekali." Star mengeluhkan kejadian kemarin. Apalagi, hari ini dia harus ke sekolah apa pun yang terjadi.

Sebenarnya Star ingin bolos saja, tetapi tadi Irina menyampaikan kalau Pak Kepsek meminta Star hadir di sekolah. Mau tidak mau dia terpaksa pergi ke sekolah dan menghadap ke ruangannya.

"Apa ada masalah dengan klien yang kemarin, Nona?" Irina yang hari ini mengantar Star bertanya.

Hari ini Star sedikit terlambat bangun, oleh karena itu dirinya kembali menumpang mobil Irina. Dengan catatan Irina akan menurunkannya agak jauh dari gerbang sekolah.

"Gak ada masalah dengannya Irina. Kami hanya perlu menandatangani kontrak baru."

"Kontrak baru?"

"Ya dan tenang saja. Aku sudah membaca kontraknya dengan seksama sebelum menyetujuinya." Star menjawab tanpa mengalihkan tatapnnya dari jalanan.

"Baiklah, Nona. Lalu sebagaii info tambahannya, mereka sudah mentransfer sebagian dari yang dijanjikan di kontrak sebelumnya."

Star tidak membalas kata-kata Irina lagi. Dirinya fokus me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Wanita Menarik

    “Callista?” Sentuhan pelan di punggung tangan Star membuatnya tersentak. Refleks saja dia menepis kasar tangan itu dan segera berdiri. “Saya rasa anda sangat keterlaluan Pak.” Star memberikan sedikit perlawanan. “Kenapa? Kamu memberikan tubuhmu secara gratis pada pacarmu kan? Kenapa Bapak tidak boleh? Padahal Bapak mau kasih kamu uang jajan loh.” Pak Kepsek sebenarnya sudah tertarik dengan tubuh Star sejak melihatnya pertama kali. Tapi demi menjaga citranya, Pak Kepsek berusaha menahan diri. Namun, saat melihat Harvie kemarin dirinya merasa yakin kalau Star akan menerima ajakannya.. Karena itulah pak kepsek memberanikan diri bertanya, Kalau pun itu tidak berhasil, maka dia akan sedikit memaksa. “Sayangnya Pak. Pacar saya saja tidak mendapat hak eksklusif itu. Apalagi Bapak,” Star menjawab dengan nada sinis. “Bapak juga sudah cari tahu soal pacarmu itu. Dia itu playboy, sering bawa perempuan keluar masuk hotel. Bapak tidak percaya kalau kamu tidak pernah dibawa ke hotel sama d

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Marah

    "Wow, ini kantor pacarmu?" Hillary terkesima melihat gedung kantor Harvie yang menjulang tinggi di depannya. "Jangan menganga seperti itu, Lary. Nanti ada lalat yang masuk." Star menasehati sahabatnya itu dan Hillary langsung mengatupkan mulutnya. Dua sahabat ini memilih melarikan diri dari sekolah dengan alasan urusan keluarga. Toh, memang tidak ada lagi yang dilakukan di sana. Lalu disinilah mereka berada, di depan kantor Harvie atas permintaan lelaki itu. "Tapi serius kamu gak masalah tunggu sebentar kan?" Star bertanya untuk meyakinkan Hillary. "Aku gak masalah kok. Nanti biar aku tunggu di lobi saja biar kau leluasa bermesraan dengan pacarmu. Mau agak lama juga tidak masalah." Hillary meyakinkan sang sahabat dengan nada cukup ceria.. "Aku hanya ingin memberikan barang yang tertinggal, Lary." Star memutar bola matanya sebagai balasan untuk kata-kata sahabatnya itu. Hillary tentu tidak begitu peduli pada reaksi Star dan justru protes dengan apa yang dilakukan sahabatnya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Milikku

    "Bisa berhenti memperhatikan pacarku?" Harvie terlihat sangat gusar setengah mati, ketika mendapati Marcus menatap pacarnya sampai sedemikian rupa. Apalagi tatapan itu makin tajam, setelah Kian pergi dari ruangan barusan dan Star melepas maskernya. Bukan. Tentu saja Harvie tidak merasa gusar karena cemburu atau sejenisnya. Tapi Star adalah miliknya dan Harvie tidak suka miliknya diganggu dengan cara apa pun. bahkan oleh sahabatnya sekalipun. "Sorry, aku cuma merasa dia sedikit familiar kok. Itu saja. Aku gak bermksud kurang ajar." Marcus menjawab dengan cepat, enggan membuat salah paham. "Maaf, saya tidak bermaksud jahat. Tapi, apa kita pernah bertemu disuatu tempat?" Kali ini Marcus bertanya langsung pada Star. "Sudah kubilang berhentilah mengganggunya." Sayangnya, Harvie tidak suka dan menggeram marah. "Oke, fine. Aku gak akan ngomong apa-apa lagi." Marcus mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah. "Good. Kalau begitu kau bisa keluar sekarang Marcus Langton. Kami ada urusan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Penawaran

    "Star," Hillary memanggil sahabatnya. "Apa untuk prom besok kau akan membawa pacarmu itu?" "Memangnya kenapa? Kamu mau aku menanyakan kesediaan lelaki kemarin itu untukmu?" Star balik bertanya. Lelaki yang dimaksud Star adalah Marcus. Hillary memang sempat melihat pria itu berbicara dengannya dan langsung mengaguminya. Sepanjang dua sahabat ini jalan bareng, Hillary bahkan terus memuji ketampanan Marcus. "Gak mungkin juga kali dia mau bergaul dengan perempuan jelek sepertiku. Apa kau tidak lihat jerawat yang baru tumbuh ini." Hillary menunjuk benjolan merah yang cukup besar di wajahnya. "Aku tahu obat yang ampuh. Nanti kubelikan deh." Star tersenyum tipis pada Hillary. "Gak usah deh, Star. Nanti kau gak bisa jajan lagi." Hillary segera menolak. "Kau tahu aku tidak begitu suka jajan dan aku masih lebih mampu," balas Star tanpa ada niat menghina. "Aku tahu, tapi aku tidak mau merepotkan." Hillary juga tidak tampak tersinggung. Baru juga Star ingin membalas lagi, ponselnya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Perang

    "Oh, iya Tante. Saya sudah di lobi bawah." Star memberitahu lokasinya lewat sambungan telepon pada Helena. "Oh, baguslah. Tante juga kebetulan masih nunggu lift, naiknya bareng aja ya. Tante tungguin." Mendengar kata-kata Helena, Star jadi berlari kecil. Dia tidak ingin membuat wanita itu menunggu terlalu lama. "Tante nunggu lama?" tanya Star sedikit terengah begitu melihat Helena berdiri di depan lift. "Gak kok, Sayang. Tante baru juga sampai." Helena merentangkan tangannya menyambut Star. Star bergeming melihat Helena yang masih merentangkan kedua tangannya. Dia sedikit bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Harusnya Star masuk ke dalam pelukan Helena, tapi dia ragu-ragu. Star tidak pernah melakukan hal macam pelukan. "Kamu cantik." Sadar kalau mungkin Star tidak terbiasa dengan pelukan, Helena memilih untuk memuji. Dia ingat apa yang diucapkan perempuan muda itu kemarin "Yuk." Helena menggandeng tangan Star seenak hatinya, bertepatan dengan pintu lift yan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Jodoh

    "Star gak ikut balik ya, Tante. Masih ada janji lain." Yang empunya nama memberitahu Helena, saat grup arisan itu mulai bubar. "Oh, ada janji sama siapa? Harvie ya?" tanya Helena dengan senyum menggoda. "Dengan orang tua saya Tan, tapi katanya Kak Harvie mau datang kalau sempat," jawab Star dengan jujur. "Maaf, ya Tante. Saya belum ngajak Tante dulu." Star segera melanjutkan, takut Helena tersinggung. "Oh, gak apa-apa kok Sayang. Tante bisa ngerti. Perkenalan orang tua akan ada ditahap berikutnya kok." Helena tersenyum riang. Helena bukan hanya sekedar tersenyum karena senang mendengar Harvie akan bertemu orang tua Star, tapi juga tersenyum mengejek dan penuh kemenangan. Dia dari ibu-ibu yang selalu mengatakan Harvie tidak akan serius dengan perempuan manapun, dan senyum yang mengejek Derina. Helena tahu Derina anak baik. Tapi sekali lagi, Helena tidak ingin Derina jadi mantunya. Alasannya sederhana, Derina itu masih keluarga dan Helena tidak suka pernikahan antar keluarga.

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Barang Jualan

    Harvie menghela napas lelah. Dia menatap ibunya yang baru saja naik ke mobil sambil pamitan dengan teman-temannya di lobi hotel. Enggan berpapasan dengan mobil sang ibu, Harvie memilih menunggu. Harvie bukannya tak mau, tapi hanya malas menjelaskan kehadirannya di sini. Apalagi sepertinya Harvie sudah sedikit terlambat. Walau Harvie malas mengikuti acara ini. Tapi karena Harvie terlanjur janji, dia akan datang. "Kak Harvie?" Harvie langsung memutar matanya dengan kesal. Itu adalah suara Derina, tapi bagaimana bisa perempuan itu ada di sini? Harvie malas berurusan dengan Derina yang menurutnya terlalu clingy. Harvie terus berjalan menuju ke area lift, tanpa mempedulikan Derina yang mengejarnya. "Kak Harvie? Ngapain di sini?" tanya Derina setelah berhasil mengejar Harvie. Pria itu sedang menunggu lift. "Apa itu urusanmu?" "Aku kan hanya ingin tahu. Tidak boleh ya?" tanya Derina lembut. "Aku akan makan malam dengan pacarku," jawab Harvie santai. "Dan sayangnya tidak

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Kencan Makan Malam

    "Ehm, mau makan malam dulu?" tanya Harvie ragu-ragu, melirik Star yang bersandar di jendela mobil. Sudah semenjak duduk di dalam mobil sport Harvie, Star diam sambil memandang keluar jendela. Tentu bukan hal yang mudah mendengar orang tuamu, berniat menjual tubuhmu pada seorang lelaki tua. Siapapun pasti akan sedih dan Harvie tidak pandai menghibur orang yang sedang bersedih. "Sudah terlalu malam untuk makan." Star menjawab tanpa mengalihkan pandangannya. "Yakin tidak lapar?" tanya Harvie lagi. "Tidak baik makan semalam ini, Om." "Ini baru jam delapan lewat, Star." Star menoleh menatap Harvie yang kali ini tidak marah dipanggil om. Itu tentu saja membuatnya sedikit bingung, karena bukan hanya tidak marah. Lelaki itu bahkan terlihat biasa saja. “Apa Anda sakit?” tanya Star dengan ekspresi heran. “Apa maksud pertanyaanmu itu? Kau sedang menyumpahiku?” Kali ini Harvie terlihat kesal. “Tidak. Maksudku, tumben anda tidak marah ketika saya memanggil Anda Om.” Harvie menghel

Bab terbaru

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Suatu Saat Nanti (TAMAT)

    Tidak ada satu manusia pun yang tahu apa yang direncanakan oleh Tuhan. Semisal tentang jangka waktu hidup seorang manusia. Setelah kematian Ronald Arwen yang sudah diprediksi. Berita duka yang lain datang dua tahun kemudian. Secara tiba-tiba Peter Carlton meninggal dalam kecelakaan kerja, saat sedang meninjau lokasi pembangunan. Tepat di saat cucu keempatnya lahir. Anak itu kemudian diberi nama Peter Carlton Jr. Ada juga kejadian tak terduga lain ditahun yang sama. Ketika Marvel Leonard Carlton masuk rumah sakit karena ada masalah pada jantungnya. Lubang di jantung yang dulu membuatnya harus masuk NICU, nyatanya tidak berhasil menutup sempurna. Hal itu baru diketahui ketika berumur tujuh tahun. Untungnya, tidak ada yang membuat nyawanya terancam. Marvel hanya perlu operasi untuk menyumbat lubang tersebut, setelahnya Marvel bisa hidup normal. Hal lain yang perlu dirawat dari Marel hanya matanya. Dari usia enam tahun dia sudah harus menggunakan kacamata tebal. Itu terjadi bukan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Semua Ada Hikmahnya

    Marvel menunduk dengan wajah terpesona. Matanya dan bibirnya membuka dengan lucunya, saking terpesonanya dia pada adik bayinya yang baru lahir. Marvel tiap hari bertemu dengan adiknya, tapi tetap saja berekspresi seperti itu. "Eh, Marvel. Pipinya adiknya jangan ditusuk-tusuk gitu dong, Nak." Star mengambil tangan anaknya dengan lembut, agar tidak lagi menjahili si kecil July. Dilarang menggunakan jarinya, kini Marvel kembali mengganggu adiknya dengan cara lain. Kali ini si kecil marvel mengecup pipi July dengan gemas. "Astaga, kecil-kecil sudah ada bibit playboynya." Gumaman asal Helena membuat semua orang tertawa. Helena kembali mengadakan acara syukuran kecil-kecilan untuk cucu ketiganya yang cantik, tepat sebulan setelah kelahirannya. Seperti biasa, bukan hanya Carlton dan Arwen saja yang datang. Keluarga besar Langton juga datang. "Ma, tolong jangan didoaiin yang aneh-aneh dong." Harvie langsung protes mendengar Helena berkata seperti itu. Harvie mengakui kalau dulu dia m

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kembar Tiga

    "Mari kita dengar sambutan dari siswa paling berprestasi kita." Seseorang diatas podium mempersilakan Star bergabung. Star berdiri dari tempatnya duduk di barisan paing depan. Dia tersenyum lebar dan berjalan pelan ke atas podium dengan perutnya yang sudah mulai membuncit. "Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa." Star memulai pidatonya dengan ucapan terima kasih pada berbagai pihak. "Terakhir terima kasih untuk keluargaku. Papa, Mama, adik-adik, Mertua, serta suami dan anak-anakku." Star tersenyum penuh haru ke arah keluarganya duduk. Hanya ada Harvie dan kedua orang tua Star di sana, tapi itu saja sudah lebih dari cukup. Lagi pula akan sangat merepotkan kalau anak-anak juga ikut ke acara wisudanya, jadi Helena dan Peter yang mendapat jatah menjaga anak-anak. "Mungkin banyak yang bingung bagaimana saya membagi waktu jadi ibu rumah tangga dan kuliah, tapi ... Saya bisa jadi seperti ini karena keluarga saya. Karena punya suami yang mendukung ser

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Di Atas Mobil

    "Star ada diatas main sama anak-anak." Hera memberitahu ketika melihat Harvie. "Thank you, Ma." Harvie segera berlari ke lantai atas, tempat anak-anak biasa bermain. Ini sudah hari ketiga sejak Star menginap di rumah orang tuanya dan dia sudah amat sangat rindu dengan keluarga kecilnya. "Star?" Harvie membuka pintu ruang bermain dengan pelan dan menemukan kalau semua penghuninya tengah tertidur di atas karpet tebal. Star tertidur dengan laptop yang terbuka, dikelilingi oleh Yvonne, Marvel, Amora dan Benedict. Pemandangan yang sangat manis dan Harvie sungguh berharap bisa punya keluarga besar seperti ini. Tidak ingin mengganggu istirahat mereka, Harvie mengendap-ngendap untuk mematikan laptop Star. Dan dia mulai memindahkan satu persatu manusia itu ke kamar masing-masing. *** "Sudah bangun?" Star mengerjap perlahan mendengar suara Harvie yang sudah dia rindukan. Star pikir dia masih bermimpi dan mengeratkan pelukannnya pada Harvie. "Masih ngantuk ya?" Harvie bertanya de

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pak Dosen

    Star mengetukkan kaki ke teras rumah dengan wajah amat kesal. Irina yang berdiri di sebelahnya dengan memegang setumpuk kertas, tidak berani menatap bosnya itu. "Daddy ke mana sih?" tanya Star dengan ketus. "Biar saya teleponkan." Irina segera bergerak cepat mengambil ponselnya dan menyerahkannya pada Star untuk bicara. "Daddy tahu sudah berapa lama aku nungguin?" tanya Star dengan luar biasa ketusnya. "Maaf, Sayang. Rapatnya selesai lebih lama dar ..." "I don't care. Kan aku sudah bilang berhenti kerja dan suruh Brian yang urus semuanya. Susah banget ya gak kerja selama beberapa bulan?" "Gak bisa gitu, Sayang. Soalnya ini proyek be ...." "Lebih penting proyek atau anakmu? Datang dalam lima menit atau aku pulang ke rumah Mama." Star mematikan sambungan secara sepihak. Setelah penolakan yang dilakukan Star tempo hari, dia akhirnya melakukan test kehamilan karena merasa khawatir. Tentu saja hasilnya positif, dan membuat Star mengamuk. Sekali lagi, Star bukannya tidak mau punya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Adik Baru

    "Mami. Mami." Marvel berlari-lari untuk menghampiri ibunya yang sedang mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Star yang sedang sakit kepala pun refleks tersenyum melihat bocah empat tahun itu. "Kenapa sayang?" Star mengangkat Marvel dan mendudukkan anak yang kini sudah membulat itu di pangkuannya. "Vel mo ade." Usia Marvel sudah empat tahun lebih, tapi belum bisa bicara lancar seperti Yvonne dulu. Dia memang terlambat mulai bicara, jadi kosakatanya masih minim. "Marvel mau adek?" tanya Star dengan ekspresi sedikit horor. "Maksudnya mau punya adek?" Ekspresi Star terlihat makin horor saja ketika anak bungsunya ini mengangguk. Kenapa juga si Marvel bisa tiba-tiba minta adek? "Kenapa Marvel mau minta adek?" tanya Star penasaran. "Lion punya ade," jawab Marvel dengan senyum mengembang. Sepertinya pria kecil Star itu mulai memikirkan indahnya punya adik lagi. “Rion?” Star mengumpat dalam hati. Lain kali Star tidak akan membiarkan Marvel main dengan Rion. “Kakak Von uga.” "Ka

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Minta Adik

    “DONI.” Doni menggeram kesal mendengar suara ayahnya yang menggelegar. Dengan sangat terpaksa, dia meninggalkan permainan game onlinenya dan menghampiri sang ayah. “Kamu ini sebenranya ngapain sih?” tanya sang ayah dengan wajah terlihat sedikit kesal. “Maksud Ayah apaan sih?” tanya Doni bingung. Tapi tiba-tiba saja ayahnya tersenyum. “Kita sekeluarga diundang untuk grand opening mal. Kerjasama Olympus Grup dan Constate Enterprise.” Ayah Doni berteriak riang sambil memeluk anaknya. Bagi para pengusaha, diundang oleh perusahaan kondang saja merupakan suatu kebanggaan. Apalagi yang mengundang ini merupakan perusahaan kelas dunia. “Lalu? Hubungannya denganku apa?” tanya Doni makin bingung. “Katanya pimpinan Constate dan anak tertua dari Olympus Grup mengenalmu secara pribadi, makanya mereka mau mengundang. Ini kesempatan yang sangat baik Doni.” “Apanya?” tanya Doni makin bingung. “Kamu ini gimana sih? Kuliah bisnis, tapi tidak tahu apa-apa soal bisnis. Katanya pemimpin Olympus,

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pantang Menyerah

    Waktu bergulir dengan cepat. Tidak terasa ujian semester pertama sudah dekat dan Star mah didera banyak masalah yang membuatnya tidak fokus. Marvel terserang flu berat dan menulari Yvonne. Karena Marvel punya masalah pada jantungnya, dia terpaksa harus diinapkan di rumah sakit. Lalu karena Yvonne juga merengek ingin menginap di rumah sakit, dia juga terpaksa dirawat. Kata dokter sih tidak ada masalah karena Star dan Harvie membawa mereka ke rumah sakit tepat waktu, tapi tetap saja Star khawatir dan mempengaruhi fokusnya untuk kuliah. Belum lagi gosip-gosip yang mulai bermunculan. Sama seperti dulu, banyak yang menggosipkannya sebagai wanita panggilan, hamil diluar nikah, peliharaan om-om dan lain sebagainya. Kehadiran Yvonne dan Marvel yang selalu datang menjemput jadi pemicunya. Bukan berarti Star menyalahkan anak-anak. Dia dulu juga sudah digosipkan seperti itu dan kebetulan saja kemunculan anak-anak seolah jadi pembenar gosip itu. Selain itu, Doni yang sudah lama tidak me

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kejutan

    "Kok sedari tadi kamu cemberut sih?" Harvie yang baru pulang langsung mengecup puncak kepala Star yang masih menemani anak-anak main. Dua anak kecil itu juga ikut-ikutan minta dikecup oleh ayah mereka. Hanya dikecup, tidak di peluk apalagi digendong karena Harvie belum mandi. "Tante Nadine udah mau balik ke Inggris." Star menjawab dengan jujur. "Terus?" "Terus aku jadi gak punya teman ngobrol seasik dia lagi. Jadinya kalau lagi pusing urusin anak-anak, gak ada teman curhat." Bibir Star maju sedikit, membuat wajahnya makin cemberut saja. "Kalau cuma curhat kan ada banyak orang yang bisa ditemani curhat. Lagi pula kan masih bisa saling telepon atau chat. Beda waktu Indonesia - Inggris kan tidak terlalu jauh." "Oh, iya juga ya. Baru sadar." Cengiran Star membuat Harvie menggeleng pelan. "Tapi kalau kamu memang butuh pengalihan ketika merasa lelah dengan anak-anak, Daddy punya ide yang bagus untuk itu." Harvie tersenyum melihat wajah bingung Star yang selalu membuatnya gemas

DMCA.com Protection Status