Share

Barang Jualan

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Harvie menghela napas lelah. Dia menatap ibunya yang baru saja naik ke mobil sambil pamitan dengan teman-temannya di lobi hotel. Enggan berpapasan dengan mobil sang ibu, Harvie memilih menunggu.

Harvie bukannya tak mau, tapi hanya malas menjelaskan kehadirannya di sini. Apalagi sepertinya Harvie sudah sedikit terlambat. Walau Harvie malas mengikuti acara ini. Tapi karena Harvie terlanjur janji, dia akan datang.

"Kak Harvie?"

Harvie langsung memutar matanya dengan kesal. Itu adalah suara Derina, tapi bagaimana bisa perempuan itu ada di sini?

Harvie malas berurusan dengan Derina yang menurutnya terlalu clingy. Harvie terus berjalan menuju ke area lift, tanpa mempedulikan Derina yang mengejarnya.

"Kak Harvie? Ngapain di sini?" tanya Derina setelah berhasil mengejar Harvie. Pria itu sedang menunggu lift.

"Apa itu urusanmu?"

"Aku kan hanya ingin tahu. Tidak boleh ya?" tanya Derina lembut.

"Aku akan makan malam dengan pacarku," jawab Harvie santai. "Dan sayangnya tidak
5Lluna

Hari ini satu dulu ya guys.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Kencan Makan Malam

    "Ehm, mau makan malam dulu?" tanya Harvie ragu-ragu, melirik Star yang bersandar di jendela mobil. Sudah semenjak duduk di dalam mobil sport Harvie, Star diam sambil memandang keluar jendela. Tentu bukan hal yang mudah mendengar orang tuamu, berniat menjual tubuhmu pada seorang lelaki tua. Siapapun pasti akan sedih dan Harvie tidak pandai menghibur orang yang sedang bersedih. "Sudah terlalu malam untuk makan." Star menjawab tanpa mengalihkan pandangannya. "Yakin tidak lapar?" tanya Harvie lagi. "Tidak baik makan semalam ini, Om." "Ini baru jam delapan lewat, Star." Star menoleh menatap Harvie yang kali ini tidak marah dipanggil om. Itu tentu saja membuatnya sedikit bingung, karena bukan hanya tidak marah. Lelaki itu bahkan terlihat biasa saja. “Apa Anda sakit?” tanya Star dengan ekspresi heran. “Apa maksud pertanyaanmu itu? Kau sedang menyumpahiku?” Kali ini Harvie terlihat kesal. “Tidak. Maksudku, tumben anda tidak marah ketika saya memanggil Anda Om.” Harvie menghel

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Hukuman

    “Kenyang banget.” Harvie mendesah puas sambil memegangi perutnya. “Katanya tadi makan di sini bisa bikin sakit perut,” ucap Star dengan nada menggoda. Tentu saja Star akan mengejek Harvie. Secara pria itu makan dua porsi, sementara dirinya hanya makan setengah saja. Itupun sisanya juga dihabiskan oleh Harvie. Star jadi heran bagaimana mungkin badan Harvie bisa sebagus itu? Padahal porsi makannya saja luar biasa. Belum lagi dia suka makan junk food. “Aku hanya khawatir dengan perutmu. Biasanya perempuan tidak pernah makan di tempat seperti itu.” Harvie mengelak dengan lincahnya. “Terima kasih perhatiannya.” Star mengangguk setuju, tapi senyum tipis di wajah Star membuat Harvie merasa diejek. “Aku serius,” sergah Harvie sedikit kesal. “Saya tidak bilang anda main-main, Daddy.” Harvie memutar bola matanya, gemas dengan jawaban Star. Tapi kali ini, dia akan membiarkan gadis itu. Anggap saja ini balasan karena sudah diajak ke tempat makan enak. “Jadi habis ini mau ke mana?” tanya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Cek Tunai

    “HARVIE!” Harvie yang masih tertidur lelap, sama sekali tidak mendengar ketukan di pintu itu. Bahkan ketika gagang pintu bergerak berulang kali, tanda seseorang berusaha masuk ke kamarnya yang terkunci, dia masih bergeming. Ketika pintu itu berhasil terbuka dua menit kemudian, Harvie masih tidak bergerak. Lelaki itu benar-benar tertidur lelap, membuat wanita yang masuk ke kamarnya kesal setengah mati. Dengan kekuatan penuh wanita itu memukul lengan Harvie berkali-kali. “Auw.” Harvie tersentak begitu mendapat pukulan pertama. Dia pun terus menjerit tiap mendapatakan pukulan berikutnya. “Auw, Ma. Sakit.” Harvie berusaha menghentikan tangan sang mama agar berhenti memukulinya. “Siapa suruh dibangunin baik-baik gak juga bangun?” “Iya. Ini Harvie bangun.” Harvie memekik dan berusaha beranjak bangun, masih sambil menangkis pukulan ibunya. “Ngapain kamu bisa ada di sini?” tanya Helena ketus begitu anaknya sudah duduk dengan benar. “Mama ini gimana sih? Gak pulang dimarahin, pulang

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Perempuan Lima Puluh Juta

    "Kenapa lama sekali baru sampai?" Harvie langsung protes begitu melihat Star yang duduk santai di ruang tamu di luar ruang kerjanya. "Oh, meetingnya sudah selesai?" Star segera menyimpan ponselnya dan bangkit dari sofa. Harvie memperhatikan Star dengan kening berkerut. Baru kali ini dia melihat gadis itu memakai celana jeans dan kaos. Ditambah dengan tas ransel mungil, membuat Star terlihat lebih muda dari usianya. Itu membuat Harvie sakit kepala. Dia benar-benar akan dicap sebagai om-om yang memelihara anak dibawah umur. "Kenapa duduk di sini?" tanya Harvie pada Star. "Sekretarisnya, ehm... Kak Harvie suruh duduk di sini." Star sedikit ragu-ragu harus memanggil Harvie daddy atau kak. "Bukankah kita sudah setuju soal panggilan?" Harvie terdengar tidak senang. Bagaimana ibunya mau percaya kalau dia dan Star serius pacaran kalau cara memanggil Star saja labil begitu? Mana di kantor ini banyak mata-mata ibunya, jadi Harvie harus terlihat mesra dengan Star jika berada di luar ruang

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Dia Marcus

    Star melangkah dengan senang. Dia merasa bersyukur tindakan isengnya menambah pasal pada kontrak terbaru itu kini bisa membantunya. Untungnya Harvie tidak menyadari hal itu sama sekali. Sekarang Star berdiri di dekat tempat drop off, sedang berpikir ingin melakukan apa sebelum pulang ke rumah Dia ingin sekali pergi makan di cafe yang biasa didatanginya, tapi dia harus menghemat uang. Lagipula mobil pribadi Irina juga ditarik, jadi uang yang dikeluarkan untuk transportasi juga harus diperhitungkan. Untung saja Star sudah sering naik kendaraan umum, juga tidak keberatan makan tahu tempe saja. Dirinya bahkan pernah menginap di kamar Hillary yang tidak punya pendingin ruangan dan dia bisa bertahan. “Hm, memang lebih baik naik MRT saja.” Star mengangguk sembari memperhatikan aplikasi ojek onlinenya yang baru akan ditutupnya. “Kenapa dengan MRT?” Star menoleh ke arah suara yang terasa sangat dekat. Dan wajah seorang lelaki yang hanya berjarak kurang dari sepuluh senti, membuatnya ter

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Pemaksaan

    "Maaf Pak. Saya pikir Pak Harvie sudah setuju dengan isi kontraknya. Jadi saya langsung proses," Brian memilih langsung berkata jujur, apalagi ketika melihat wajah atasannya. Kata-kata asisten pribadinya itu membuat Harvie memejamkan mata dan menunduk dengan kesal. Ini tidak bisa dibiarkan. Lima puluh juta itu tidak besar, tapi Harvie tidak rela memberikannya pada anak ingusan seperti Star. Apalagi dia sama sekali tidak diberi jatah. "Coba cek ke resepsionis. Kalau Star belum pergi suruh dia naik lagi," Harvie memberii perintah pada Brian. Dengan cepat Brian menyambar telepon yang ada di meja Harvie, setelah meminta izin untuk menggunakannya lewat gestur tangan. Lebih cepat menggunakan telepon di ruangan Harvie, ketimbang harus pergi ke tempatnya. "Ehm, Pak." Brian memanggil Harvie ragu-ragu setelah menutup telepon. "Apa lagi? Kali ini anak itu bikin masalah apa lagi? Atau udah pulang dia?" tanya Harvie kesal. "Iya, Pak. Sepertinya Nona Star memang sudah pulang, tapi ...." H

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Pindah

    “Wah, Nona. Tidakah anda keterlaluan? Anda pergi bersenang-senang sementara kami di sini kesusahan.” Irish yang paling pertama buka suara. “Ada apa ini?” tanya Star tidak menggubris ejekan Irish.Hari ini harusnya hari yang menyenangkan bagi Star. Tiga dompet elektroniknya diisi penuh oleh Harvie tanpa dia minta dan membuat Star tidak perlu galau soal biaya hidup. Namun, sayangnya begitu sampai di rumah, kebahagiaan itu menguap seketika. Star menatap Karin, Irina, dan Irish berdiri di teras dengan beberapa koper besar. “Pak Zeus meminta kita semua keluar dari rumah ini. Beliau meminta Nona untuk pindah ke rumah yang sudah dia siapkan.” Karin yang menjelaskan. “Aku tidak mau ikut.” Irish menggeret kopernya dengan santai. “irish.” Irina menegur adiknya itu. “What? Kita ini kan secara tidak langung sudah dipecat sama Pak Zeus. Jadi tidak ada yang mengharuskan aku mengikuti Callista kan?” Sebagai seorang ibu, Karin tentu ingin menegur putri bungunya itu. Tapi Star tidak membiarkan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Tidak Mau Kalah

    "Irina, boleh kupinjam ponselmu sebentar?" Tanpa banyak bertanya, Irina menyerahkan ponselnya. Dan Star segera memindahkan nomornya ke ponsel Irina. Lalu Star beranjak ke kamar untuk menelepon Harvie. "Sialan sekali," umpat Star, menyesali kelakuannya membanting ponsel semalam. "Bisa-bisanya aku marah-marah seperti itu, dan membuat ponselku rusak total." "Halo," suara serak habis bangun tidur Harvie terdengar dari seberang telepon yang rupanya sudah tersambung. "Oh, maaf. Apa saya mengganggu tidur Anda?" Star bertanya sesopan mungkin. Star menyempatkan diri untuk melihat waktu di ponsel dan ini sudah jam enam lewat, sudah hampir jam tujuh pagi. Bagaimana mungkin seorang pekerja kantoran belum bangun dijam segitu? "Apa maumu?" tanya Harvie malas-malasan. "Uang yang kukirim kemarin kurang?" "Oh, bukan. Uang kemarin itu sudah lebih dari cukup. Nanti akan saya potong dengan biaya bulanan saya." Star menjawab dengan tegas. Perempuan itu adalah orang jujur yang enggan mengambil

Bab terbaru

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Suatu Saat Nanti (TAMAT)

    Tidak ada satu manusia pun yang tahu apa yang direncanakan oleh Tuhan. Semisal tentang jangka waktu hidup seorang manusia. Setelah kematian Ronald Arwen yang sudah diprediksi. Berita duka yang lain datang dua tahun kemudian. Secara tiba-tiba Peter Carlton meninggal dalam kecelakaan kerja, saat sedang meninjau lokasi pembangunan. Tepat di saat cucu keempatnya lahir. Anak itu kemudian diberi nama Peter Carlton Jr. Ada juga kejadian tak terduga lain ditahun yang sama. Ketika Marvel Leonard Carlton masuk rumah sakit karena ada masalah pada jantungnya. Lubang di jantung yang dulu membuatnya harus masuk NICU, nyatanya tidak berhasil menutup sempurna. Hal itu baru diketahui ketika berumur tujuh tahun. Untungnya, tidak ada yang membuat nyawanya terancam. Marvel hanya perlu operasi untuk menyumbat lubang tersebut, setelahnya Marvel bisa hidup normal. Hal lain yang perlu dirawat dari Marel hanya matanya. Dari usia enam tahun dia sudah harus menggunakan kacamata tebal. Itu terjadi bukan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Semua Ada Hikmahnya

    Marvel menunduk dengan wajah terpesona. Matanya dan bibirnya membuka dengan lucunya, saking terpesonanya dia pada adik bayinya yang baru lahir. Marvel tiap hari bertemu dengan adiknya, tapi tetap saja berekspresi seperti itu. "Eh, Marvel. Pipinya adiknya jangan ditusuk-tusuk gitu dong, Nak." Star mengambil tangan anaknya dengan lembut, agar tidak lagi menjahili si kecil July. Dilarang menggunakan jarinya, kini Marvel kembali mengganggu adiknya dengan cara lain. Kali ini si kecil marvel mengecup pipi July dengan gemas. "Astaga, kecil-kecil sudah ada bibit playboynya." Gumaman asal Helena membuat semua orang tertawa. Helena kembali mengadakan acara syukuran kecil-kecilan untuk cucu ketiganya yang cantik, tepat sebulan setelah kelahirannya. Seperti biasa, bukan hanya Carlton dan Arwen saja yang datang. Keluarga besar Langton juga datang. "Ma, tolong jangan didoaiin yang aneh-aneh dong." Harvie langsung protes mendengar Helena berkata seperti itu. Harvie mengakui kalau dulu dia m

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kembar Tiga

    "Mari kita dengar sambutan dari siswa paling berprestasi kita." Seseorang diatas podium mempersilakan Star bergabung. Star berdiri dari tempatnya duduk di barisan paing depan. Dia tersenyum lebar dan berjalan pelan ke atas podium dengan perutnya yang sudah mulai membuncit. "Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa." Star memulai pidatonya dengan ucapan terima kasih pada berbagai pihak. "Terakhir terima kasih untuk keluargaku. Papa, Mama, adik-adik, Mertua, serta suami dan anak-anakku." Star tersenyum penuh haru ke arah keluarganya duduk. Hanya ada Harvie dan kedua orang tua Star di sana, tapi itu saja sudah lebih dari cukup. Lagi pula akan sangat merepotkan kalau anak-anak juga ikut ke acara wisudanya, jadi Helena dan Peter yang mendapat jatah menjaga anak-anak. "Mungkin banyak yang bingung bagaimana saya membagi waktu jadi ibu rumah tangga dan kuliah, tapi ... Saya bisa jadi seperti ini karena keluarga saya. Karena punya suami yang mendukung ser

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Di Atas Mobil

    "Star ada diatas main sama anak-anak." Hera memberitahu ketika melihat Harvie. "Thank you, Ma." Harvie segera berlari ke lantai atas, tempat anak-anak biasa bermain. Ini sudah hari ketiga sejak Star menginap di rumah orang tuanya dan dia sudah amat sangat rindu dengan keluarga kecilnya. "Star?" Harvie membuka pintu ruang bermain dengan pelan dan menemukan kalau semua penghuninya tengah tertidur di atas karpet tebal. Star tertidur dengan laptop yang terbuka, dikelilingi oleh Yvonne, Marvel, Amora dan Benedict. Pemandangan yang sangat manis dan Harvie sungguh berharap bisa punya keluarga besar seperti ini. Tidak ingin mengganggu istirahat mereka, Harvie mengendap-ngendap untuk mematikan laptop Star. Dan dia mulai memindahkan satu persatu manusia itu ke kamar masing-masing. *** "Sudah bangun?" Star mengerjap perlahan mendengar suara Harvie yang sudah dia rindukan. Star pikir dia masih bermimpi dan mengeratkan pelukannnya pada Harvie. "Masih ngantuk ya?" Harvie bertanya de

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pak Dosen

    Star mengetukkan kaki ke teras rumah dengan wajah amat kesal. Irina yang berdiri di sebelahnya dengan memegang setumpuk kertas, tidak berani menatap bosnya itu. "Daddy ke mana sih?" tanya Star dengan ketus. "Biar saya teleponkan." Irina segera bergerak cepat mengambil ponselnya dan menyerahkannya pada Star untuk bicara. "Daddy tahu sudah berapa lama aku nungguin?" tanya Star dengan luar biasa ketusnya. "Maaf, Sayang. Rapatnya selesai lebih lama dar ..." "I don't care. Kan aku sudah bilang berhenti kerja dan suruh Brian yang urus semuanya. Susah banget ya gak kerja selama beberapa bulan?" "Gak bisa gitu, Sayang. Soalnya ini proyek be ...." "Lebih penting proyek atau anakmu? Datang dalam lima menit atau aku pulang ke rumah Mama." Star mematikan sambungan secara sepihak. Setelah penolakan yang dilakukan Star tempo hari, dia akhirnya melakukan test kehamilan karena merasa khawatir. Tentu saja hasilnya positif, dan membuat Star mengamuk. Sekali lagi, Star bukannya tidak mau punya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Adik Baru

    "Mami. Mami." Marvel berlari-lari untuk menghampiri ibunya yang sedang mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Star yang sedang sakit kepala pun refleks tersenyum melihat bocah empat tahun itu. "Kenapa sayang?" Star mengangkat Marvel dan mendudukkan anak yang kini sudah membulat itu di pangkuannya. "Vel mo ade." Usia Marvel sudah empat tahun lebih, tapi belum bisa bicara lancar seperti Yvonne dulu. Dia memang terlambat mulai bicara, jadi kosakatanya masih minim. "Marvel mau adek?" tanya Star dengan ekspresi sedikit horor. "Maksudnya mau punya adek?" Ekspresi Star terlihat makin horor saja ketika anak bungsunya ini mengangguk. Kenapa juga si Marvel bisa tiba-tiba minta adek? "Kenapa Marvel mau minta adek?" tanya Star penasaran. "Lion punya ade," jawab Marvel dengan senyum mengembang. Sepertinya pria kecil Star itu mulai memikirkan indahnya punya adik lagi. “Rion?” Star mengumpat dalam hati. Lain kali Star tidak akan membiarkan Marvel main dengan Rion. “Kakak Von uga.” "Ka

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Minta Adik

    “DONI.” Doni menggeram kesal mendengar suara ayahnya yang menggelegar. Dengan sangat terpaksa, dia meninggalkan permainan game onlinenya dan menghampiri sang ayah. “Kamu ini sebenranya ngapain sih?” tanya sang ayah dengan wajah terlihat sedikit kesal. “Maksud Ayah apaan sih?” tanya Doni bingung. Tapi tiba-tiba saja ayahnya tersenyum. “Kita sekeluarga diundang untuk grand opening mal. Kerjasama Olympus Grup dan Constate Enterprise.” Ayah Doni berteriak riang sambil memeluk anaknya. Bagi para pengusaha, diundang oleh perusahaan kondang saja merupakan suatu kebanggaan. Apalagi yang mengundang ini merupakan perusahaan kelas dunia. “Lalu? Hubungannya denganku apa?” tanya Doni makin bingung. “Katanya pimpinan Constate dan anak tertua dari Olympus Grup mengenalmu secara pribadi, makanya mereka mau mengundang. Ini kesempatan yang sangat baik Doni.” “Apanya?” tanya Doni makin bingung. “Kamu ini gimana sih? Kuliah bisnis, tapi tidak tahu apa-apa soal bisnis. Katanya pemimpin Olympus,

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pantang Menyerah

    Waktu bergulir dengan cepat. Tidak terasa ujian semester pertama sudah dekat dan Star mah didera banyak masalah yang membuatnya tidak fokus. Marvel terserang flu berat dan menulari Yvonne. Karena Marvel punya masalah pada jantungnya, dia terpaksa harus diinapkan di rumah sakit. Lalu karena Yvonne juga merengek ingin menginap di rumah sakit, dia juga terpaksa dirawat. Kata dokter sih tidak ada masalah karena Star dan Harvie membawa mereka ke rumah sakit tepat waktu, tapi tetap saja Star khawatir dan mempengaruhi fokusnya untuk kuliah. Belum lagi gosip-gosip yang mulai bermunculan. Sama seperti dulu, banyak yang menggosipkannya sebagai wanita panggilan, hamil diluar nikah, peliharaan om-om dan lain sebagainya. Kehadiran Yvonne dan Marvel yang selalu datang menjemput jadi pemicunya. Bukan berarti Star menyalahkan anak-anak. Dia dulu juga sudah digosipkan seperti itu dan kebetulan saja kemunculan anak-anak seolah jadi pembenar gosip itu. Selain itu, Doni yang sudah lama tidak me

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kejutan

    "Kok sedari tadi kamu cemberut sih?" Harvie yang baru pulang langsung mengecup puncak kepala Star yang masih menemani anak-anak main. Dua anak kecil itu juga ikut-ikutan minta dikecup oleh ayah mereka. Hanya dikecup, tidak di peluk apalagi digendong karena Harvie belum mandi. "Tante Nadine udah mau balik ke Inggris." Star menjawab dengan jujur. "Terus?" "Terus aku jadi gak punya teman ngobrol seasik dia lagi. Jadinya kalau lagi pusing urusin anak-anak, gak ada teman curhat." Bibir Star maju sedikit, membuat wajahnya makin cemberut saja. "Kalau cuma curhat kan ada banyak orang yang bisa ditemani curhat. Lagi pula kan masih bisa saling telepon atau chat. Beda waktu Indonesia - Inggris kan tidak terlalu jauh." "Oh, iya juga ya. Baru sadar." Cengiran Star membuat Harvie menggeleng pelan. "Tapi kalau kamu memang butuh pengalihan ketika merasa lelah dengan anak-anak, Daddy punya ide yang bagus untuk itu." Harvie tersenyum melihat wajah bingung Star yang selalu membuatnya gemas

DMCA.com Protection Status