All Chapters of Jerat Gairah Teman Ranjang: Chapter 71 - Chapter 80

88 Chapters

Chapter 71

Ciuman-ciuman panas serta adegan vulgar yang bersemayam di dalam kepala Laura berakhir pudar saat Xander menyentuh bahunya. Langsung Laura palingkan wajahnya yang memerah, memegangi jantungnya yang berdegup kencang serta mengumpat dalam hati menyesali apa yang baru saja ia pikirkan. Entah kenapa pikiran vulgar itu selalu bermuculan saat Laura dihadapkan dengan pria ini. Membayangkan mereka berciuman, tidur bersama, serta melakukan hal-hal dosa lainya. Laura seperti sudah hilang akal. Andai saja ia tak bisa menahan diri mungkin itu sudah ia lakukan pada Xander. Tapi Laura masih sadar jika pria itu telah memiliki anak dan juga istri. Laura tidak mau menjadi perusak rumah tangga orang lain. Tapi ... entah apa yang terjadi jika sampai ia tak bisa mengontrol perasaanya sendiri. "Hujanya sudah reda, aku pergi." Laura hendak membuka pintu mobil namu
Read more

Chapter 72

"Leoni." Xander memelotot pada istrinya yang dengan sengaja berpakaian terbuka saat dirinya akan pergi kerja. wanita cantik itu tahu jika Xander tidak bisa menolak godaanya. Leoni terkekeh geli. Sudah mengambil tiga hari cuti dan di rumah berdua bersama Xander membuatnya tidak rela jika pria itu kembali bekerja. Leoni tidak ingin ditinggal sendirian. "Aku harus bekerja, Sayangku." Xander memeluk gemas tubuh istrinya, mencium puncak kepala Leoni dalam-dalam pun ia memejam mencoba tak menoleh punggung polos istrinya yang menggoda. "Aku harus pergi," ucap Xander. Melepaskan pelukanya pada tubuh Leoni tanpa melihat ke arahnya sedikitpun. Takut-takut tergoda dan ia tidak jadi pergi bekerja. Leoni menghempaskan tubuhnya ke atas peraduan yang nyaman. Jemari lentiknya ia mainkan di atas wajah Zeline yang dengan lucunya bayi kecil itu mencoba meraih jemarinya. "Hai Zeline, apa yang harus kita lakukan di rumah berdua? Daddy mu selalu sibuk dengan pekerjaanya, uh?" Ia angkat tubuh Z
Read more

Chapter 73

Leoni menyesap beer di dalam kaleng miliknya. Wanita cantik itu kini berada di apartemen Kizzie. Menemui sahabatnya yang baru saja kembali dari acara bulan madunya. Kabar baik yang sangat mengejutkan jika sahabatnya itu kini sedang hamil muda. Sigap Leoni mengambil kaleng beer yang dipegang Kizzie, menyimpanya sejauh mungkin dari wanita hamil itu. “Sebenarnya aku tidak berencana untuk hamil secepat itu. Tapi ... Lucas tidak pernah memakai pengaman dan dia selalu mengeluarkannya di dalam.” Leoni berdeham. Hampir-hampir tersedak setelah mendengar ungkapan sahabatnya yang sedang gundah gulana sebab kehamilannya yang datang begitu cepat. “Berikan aku beer itu, aku hanya akan meminumnya satu kaleng saja,” pinta Kizzie seraya menyodorkan tanganya untuk meminta. Tentu saja tak Leoni beri, malah tatapan tajam yang ia berikan untuk sahabatnya. “Wanita gila mana yang meminum alkhohol saat hamil,” celetuknya. “Kau,” tujun Kizzie. “Itu kau Leoni, kau bahkan meminum whisky hingga mabuk
Read more

Chappter 74

Leoni merapihkan rambutnya dan mencoba bersikap tenang. Ia berjalan menuju Xander yang baru saja keluar dari dalam lift bersama Laura. Pura-pura tidak melihat pria itu dan berjalan dengan santai sampai tiba-tiba .... “Oh hai,” sapa Leoni pada suaminya dan pada wanita 'itu'. “Kalian di sini? Hotel?” Leoni sengaja menekankan kata 'hotel' pada kalimatnya. Dapat dilihat raut wajah Xander yang terkejut, begitu pula Laura yang langsung melepaskan gandengan tanganya kepada pria ini. Tatapan Leoni menilik pada wajah tampan suaminya yang kontan memaku terdiam tak bersuara. Padahal ia sudah tersenyum semanis mungkin dan tidak marah. “Urusan bisnis, um?” tanya Leoni lagi. Benar-benar dua orang ini seperti pasangan selingkuh yang baru tertangkap basah. Sama-sama tidak mau menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. “Kebetulan aku makan siang di sini, dan melihat kalian bersama keluar dari pintu lift. Kalian menyewa kamar di sini?” “Babe ....” Xander mencoba meraih lengan Leoni, namun s
Read more

Chapter 75

Waktu telah menunjukan larut malam. Hujan mengguyur deras ibukota, angin malam menerpa kencang pada dada bidang yang dibiarkan terbuka polos tanpa sehelai kainpun. Pria itu hampir membeku seperti perasaanya saat ini. Pikirannya mengingat bagaimana kecewanya Leoni padanya karena ulahnya. Merasa menjadi pria yang paling tidak berguna sebab selalu mengecewakan sang wanita tercinta. “Kau mengatakan jika Leoni akan mengerti? Buktinya dia tidak mengerti,” celetuk Theodore yang menuangkan redwine ke dalam gelas. “Bukan tidak mengerti, dia hanya tidak ingin mengerti.” Sama-sama menjadi pemimpin perusahaan, Theodore tahu betul hal apa yang Xander lakukan. Terlebih lagi untuk memikat investor gila seperti Barney yang memiliki putri berusia tiga puluhan yang belum menikah. Theodore menegak minumannya hingga tandas, kembali menuangkan cairan memabukan itu ke dalam gelasnya pun gelas Xander. Menemani minum kakak iparnya malam ini, serta mendengarkan keluh kesah pria itu setelah menikah de
Read more

Chapter 76

"Aku akan bertemu Xavolas di bar, tidak mungkin untuk membawa Zeline pergi bersamaku." Xander tak habis pikir dengan itu. Ia sendiri rela rapat di penthousenya demi tidak meninggalkan Leoni, tapi istrinya malah seenaknya pergi meninggalkan Zeline dan dirinya untuk menemui pria lain di bar. "Tidak kuijinkan," lontar Xander, pun Leoni yang berwajah datar sama sekali tidak memperdulikanya. "Aku sama sekali tidak membutuhkan ijinmu, Mr. Miller." Wajah datarnya menyoroti Xander yang saat ini sedang menahan perasaan frustasinya. "Tentu kau membutuhkanya, kau istriku." Xander menekankan. "Oh suamiku? Bagaimana dengan pergi ke apartment wanita lain di belakang istrimu? Apa kau sudah meminta ijin?" ungkit Leoni, membuat Xander kembali merasa bersalah. "Aku minta maaf, untuk itu a
Read more

Chapter 77

"Di atas ranjang tentunya." GPS nya menunjukan Leoni tengah berada di dalam sebuah apartment apartment asing, pun kini balasan di panggilan telepon mengatakan jika dirinya sedang berbarin di atas ranjang. "Ranjang siapa?" tanya Xander, menuntut. Tapi panggilan telepon itu diputuskan sepihak oleh Leoni sebelum Xander bisa mendengar jawaban atas pertanyaanya. Wanita cantik itu sengaja membuat Xander tidak tenang dengan memikirkannya. 'Aku sedang menidurkan Zeline, jangan menghubungiku lagi.' Leoni mengirimkan sebuah pesan disertai gambar dirinya bersama Zeline yang tengah berbarin di atas ranjang pun bayi kecil itu tengah meminum susu hampir terlelap. Sementara Leoni memakai pakaian tipis di dalam foto tersebut. 'Di mana itu aku akan datang.' 'Balas pesanku.' 'Aku akan datang ke sana.' 'Apartment siapa yang kau datangi?' 'Kenapa pakaianmu sangat seksi?' Puluhan pesan beserta panggilan tidak terjawab Xander memenuhi ponsel Leoni, pun ia biarkan begitu saja tersimpan
Read more

Chapter 78

Sudah satu munggu Xander tetap tidak diperbolehkan untuk mendekati Leoni, menyentuh, dan juga berbicara banyak kepada istri cantiknya. Pun itu membuat Xander amat frustasi, apalagi kini Leoni yang semakin tidak ingin berdekatan dengan Xander, dan meminta Xander untuk tidur di kamar Zeline saja. "Sudahi amarahmu, Babe, kumohon." Pria ini duduk di samping istrinya pada ruang utama penthouse. Di samping, Leoni tak henti-hentinya menutup hidung hingga rasa mual langsung menjalar pada perutnya. Segera ia berlari menuju kamar mandi, memuntahkan isi perutnya yang hanya cairan sebab sejak tadi dirirnya belum makan apapun. Ia mengangkat tanganya ketika Xander mencoba untuk mendekat. "Tetap di sana." "Kau sakit? Aku akan mengantarmu ke rumah sakit." Harap-harap Xander cemas. Tidak tahu kenapa sudah tiga hari Leoni tidak enak badan, dan ia akan muntah jika berada di dekat suaminya. Aroma maskulin pria itu yang biasanya membuat candu kini malah membuatnya ingin muntah. Inilah sebabnya
Read more

Chapter 79

"Kau benar-benar gila, Leoni. Bagaimana bisa kau mengabaikanya seperti itu?" "Aku tidak tahu." Leoni juga gelisah sendiri. Tapi kehamilan kali ini sepertinya benar-benar tak ingin melibatkan Xander. Sebab Xander sedikit mendekatinya saja Leoni rasanya ingin muntah. Kadang-kadang Leoni merasa bersalah pada suaminya, tapi ya bagaimana lagi? Sedetik kemudian ia akan benci Xander juga jika melihat pria itu langsung. Lucas datang membawa beberapa potong daging BBQ yang telah matang dipanggang. Menyimpanya di atas meja diantara dua wanita cantik itu, kemudian ia duduk di samping Kizzie. Tanpa memikirkan jumlah makanan yang sudah dimakan, Leoni mengambil dua potong dagig ke dalam piringnya lalu ia makan dengan lahap. "
Read more

Chapter 80

"Payudaraku bengkak." Dua orang itu saling menatap. Xander yang menatap Leoni bingung pun kosong, sementara Leoni yang menatap Xander penuh rasa malu. "Aku akan membuatkanmu kompres air hangat," kata Xander segera bergerak mencari benda untuk kompres. Leoni telah membuka bajunya dan menyisakan bra saja ketika Xander telah siap dengan kompresanya. Xander yang tahu harus berbuat apa langsung membuka bra istrinya dan meletakan handuk panas di sana. Keduanya duduk di sofa kini, duduk saling berdekatan dengan Xander yang terus menopang handuk di depan payudara istrinya. "Masih terasa sakit?" tanya Xander, dan Leoni mengangguk pelan. "Jangan menyentuh ujungnya, di sana juga sangat sakit." Xander berdeham samar. Pandanganya justru kabur sekarang, pening melihat dua benda menggoda di depana, benda kesayangan yang sudah lama ia lihat dan sayang-sayang. "Perutmu masih mual?" tanya Xander mencoba mengalihkan perhatian dengan bertanya hal-hal kondisi pada istrinya. "Tidak." "
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status