All Chapters of Jerat Gairah Teman Ranjang: Chapter 61 - Chapter 70

88 Chapters

Chapter 61

Bukan saatnya untuk bermain-main saat ini, apalagi harus membalas perbuatan Leoni yang makan malam bersama pria lain. Xander cukup sadar diri untuk tidak mengusik amarah wanita itu dengan pergi berpesta bersama Dominic meskipun keponakanya itu mengajaknya. "Kembalikan putriku," ucap Xander kepada kedua orangtuanya yang sesuka hati membawa Zeline sangat lama darinya, meninggalkan Xander seorang diri di penthouse menelan kebosanan. Ia ambil tubuh mungil Zeline dari pangkuan Pero yang langsung merasa kehilangan. "Kau pasti sangat lelah, um? Kakek dan nenekmu memang suka berkeliling dunia, lihatlah wajah cantik Leoni kecilku ini yang lesu," paparnya. Padahal Zeline sedang tertawa bahagia saat ini. "Daddy akan membawamu pulang, oke?" Pero dan Deliana saling menatap bertukar pandang melihat tingkah putra mereka. Xander pasti kesepian karena ditinggal Leoni terlalu lama dan beredarnya kabar mengenai istrinya yang bersama pria lain di luar negeri. Kasihan sekali. ****** "Terimakas
Read more

Chapter 62

Selamat membaca. Semoga suka sama alurnya yaaa. Karena bakal berisi konflik-konflik rumah tangga Leoni dan Xander. ****** Pandangan Leoni terpaku pada olahan ayam di hadapanya. Menggigit jari dan berpikir ingin di masak seperti apa ayam tersebut. Setelah bertanya kepada Xander apa yang ingin pria itu makan untuk makan malam, tapi tak kunjung Leoni dapatkan balasan dari pria itu. Seketika ponselnya bergetar, sebuah pesan chat masuk datang dari Xander, secepat kilat Leoni baca pesan balasan dari suaminya. 'Aku memiliki pertemuan makan malam, dan akan makan di luar.' HAHA. Damn! Leoni pergi menuju ruang utama meninggalkan dapur. Duduk di sofa seraya memakan potongan buah di dalam piringnya. Niatnya memasak spesial untuk Xander seketika hilang ketika pria itu mengatakan akan makan di luar. "Baguslah, aku tidak perlu mengotori tanganku kalau begitu" gumamnya mencoba menenangkan diri sendiri. Leoni membuka layar ponselnya, melihat-lihat sosial media yang masih digempark
Read more

Chapter 63

Di dalam ruang kerja Xander di perusahaan. Pria itu sedang bersama Laura untuk membahas project kerja sama mereka. Diselingi dengan beberapa obrolan ringan mengungkit masa-masa muda keduanya. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat sehingga mereka tiba pada larut malam. Xander menawarkan diri untuk mengantar Laura pada apartement wanita cantik itu menggunakan mobilnya. Tak segan ia mengantarkan Laura meskipun jarak apartementnya sangat jauh dan perlu menempuh waktu kurang lebih enam puluh menit. "Terimakasih Xander," ucap Laura sebelum keluar dari mabil pria itu yang kini telah berhenti tepat di pintu masuk lobi apartmentnya. "Sama-sama, Laura. Masuklah ke dalam." Laura mengangguk, membuka pintu mobil lalu melenggang dirinya masuk ke dalam lobi apartement. Kemudian Xander kembali mengemudikan mobilnya setelah ia melihat wanita itu benar-benar masuk dengan selamat. Jarak tempuh menuju penthousenya memakan waktu cukup lama. Sehingga membuat Xander baru sampai di penthouse sekita
Read more

Chapter 64

"Kau baik-baik saja, Laura?" tanya Xander kepada wanita cantik itu seraya memegang bahu Laura dan menatapnya untuk memastikan. "Ya, aku baik-baik saja, Xander." "Maafkan aku." "Aku tahu seekor anjing tidak sengaja menyebrang jalan, tidak apa-apa." "Kita pergi ke coffeeshop untuk menenangkan dirimu, bagaimana?" Xander menawarkan. Tahu betul jika Laura menyukai coffee, dan akan meminum cairan pekat itu ketika dirinya bimbang atau bingung. "Ya, baik." Laura mengangguk setuju. Lantas, keduanya pergi ke coffeeshop yang berada tak jauh dari lokasi mereka. Memesan dua cangkir americano tanpa gula. Keduanya duduk bersama dan saling berhadapan. Tatapan Xander menilik tangan Laura yang masih gemetar takut akibat ulahnya yang mengerem mendadak. Lalu, ia pegang pelan tangan Laura dan mengenggamnya. "Kau masih takut dengan hal-hal kecil seperti dulu, Laura," tutur Xander. Laura menatap tangan Xander yang mengengamnya, lalu a arahkan pandangan matanya kepada pria itu pun tersenyum
Read more

Chapter 65

Setelah makan siang, Leoni pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan tubuh rutin. Menemui dokternya secara pribadi dan ia dirujuk untuk menemui spesialis kejiwaan karena masalah tidur dan panik berlebihan yang menganggunya. Dia menunggu nomor antrianya dipanggil, duduk bersama orang-orang yang hendak diperiksa. Ia menatap layar ponselnya dan melihat video Zeline yang dikirimkan oleh Theodore. Ketika tiba-tiba beberapa orang dihebohkan dengan sesuatu yang entah apa itu Leoni tidak terarik untuk melihatnya. "Dia menggendong istrinya? Atau kekasih?" "Prianya begitu tampan!" "Dia sangat kuat dan bertubuh bagus!" "Wanita itu beruntung sekali." "Dia juga wanita cantik." "Lihat penamplanya yang rapih, mereka pasti bukan orang-orang biasa." Wajah Leoni datar benar-benar datar mendengar semua ucapan itu. Menerka siapa pasangan yang saling gendong-menggendong itu. Pasti mereka satu pasangan yang baru menikah, atau sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. "Mrs. Leoni?" "Ya?"
Read more

Chapter 66

Dominic masuk ke dalam sebuah bar membawa serta sikap pecicilanya. Tersenyum, menggoda, pun merayu para wanita cantik yang duduk sendiri menghabiskan alkohol mereka seperti orang yang sedang patah hati. Ia berjalan menuju bartender lalu memesan minuman. Duduk di samping seorang wanita yang sedang tersungkur mabuk di atas meja. "Nona, luka hatimu sangat dalam, uh?" tanya Dominic kepada wanita tersebut. "Tuan." Seorang bartender membawa minuman yang tadi telah Dominic pesan, mengalihkan atensi pria itu padanya. "Terimakasih," balas Dominic, mengangkat gelasnya lalu ia sesap perlahan cairan gold memabukan itu. Kembali tatapanya kepada wanita yang duduk di samping. Tatapan mata Dominic tak alih dari wanita yang sama sekali tak bergeming saat ia berbicara kepad
Read more

Chapter 67

Setelah membersihkan diri di dalam kamar mandi, Xander yang tubuhnya hanya terbalut handuk tipis pada pinggangnya itu naik ke atas ranjang, membaringkan diri di sisi tubuh istrinya lalu ia peluk Leoni hangat. Mengendus aroma candu dari ceruk leher Leoni pun ia dapatkan wangi alkohol yang menguar dari istri tercintanya. "Kau habis minum?" tanya Xander. Leoni menggeliat di dalam pelukanya, membalikan tubuh untuk menghadap pria itu lalu membuka mata yang memerah. "Aku minum satu gelas saja," balasnya. "Ada apa? Apa yang kau pikirkan sehigga membuatmu minum, um? Ceritakan kepadaku, pekerjaan atau apa?" tanya Xander. Kontan Leoni terkekeh geli di depanya. Tahukah Xander jika yang membuat Leoni minum adalah dirinya? Dirinya yang tiba-tiba berubah? Pria itu benar-benar tidak tahu alasanya, dan tidak menyadari jika sudah dua minggu dia mengabaikanya. "Seseorang membuatku kesal," ungkap Leoni. "Siapa yang berani membuat istriku kesal?" "Seseorang yang sangat ingin kutendang waj
Read more

Chapter 68

"Ha—hai, bajumu sedang kukeringkan," ucap Laura pada Xander yang telah keluar dari kamar mandi hanya mengenakan bathrobe sebagai pembalut tubuhnya. Wajah, rambut, leher serta dada Xander dipenuhi dengan tetesan air yang semakin membuatnya menggoda. Laura hampir tak bisa menatapnya karena kepalanya akan pening. "Maaf merepotkanmu, Laura." "Tidak, ini salahku. Salahku karena tak sengaja menumpahkan makanan ke bajumu. Pekerjaanmu pasti tertunda karena aku." "Aku telah menghubungi sekretarisku untuk enunda beberapa jadwal, itu tidak masalah," timpal Xander. Kemudian pria ini duduk pada sofa ruang utama, sementara Laura berdiri di dapur dengan satu kakinya. Wanita cantik ini tidak berani mendekat. Xander menatapnya, Laura yang langsung mengalihkan pandangan darinya. Lantas, ia beranjak dan mendekati teman wanitanya itu. "Biar kubantu kau untuk duduk," kata Xander. Tanpa peringatan ia menggendong tubuh Laura pun di mana reflek tanganya memegang dada bidang Xander. Dia menduduk
Read more

Chapter 69

Setelah mandi dan kembali berpakaian lengkap, Xander duduk di kursi kerjanya, membaca beberapa berkas di atas meja, saat tiba-tiba seseorang menghubunginya lewat telepon memberitahu jika seorang tamu datang dan ingin menemuinya. Xander langsung memperbolehkanya masuk setelah mengetahui siapa yang datang. "Laura? Kenapa kau datang, bukankah sudah kuminta kau untuk beristirahat." Segera Xander hampiri Laura yang berjalan tertatih-tatih, membantunya memegang tangan wanita itu untuk duduk pada sofa. Keduanya duduk saling berhadapan. "Xander, aku ingin memberikan ponselmu," tutur Laura, seraya ia sodorkan ponsel pria itu yang tertinggal di apartmentnya. Sejak tadi Xander tak menyadari jika ia tak memegang ponselnya. Perhatianya terlalu lama teralihkan dengan permainan
Read more

Chapter 70

Menatap tidak suka hidangan di atas meja, sejak tadi Leoni hanya membolak-balikan makanan tanpa menyentuhnya. Tingkahnya itu diperhatikan oleh seluruh anggota keluarga Miller. Malam ini, keluarga besar itu mengadakan makan malam bersama. Berkumpul putra serta cucu mereka. Sementara Leoni masih dalam kondisi sakit namun ia tetap datang untuk menghargai undangan mertuanya. "Wajahmu sangat pucat, Leoni," ungkap Pero kepada menantunya. "Kau sakit?" Deliana menatap cemas. Xander melirik istrinya yang lemas, memegang perut sejak tadi. Lantas ia rangkul tubuh wanita tercintanya itu, mengelus lembut pada lenganya. "Kau ingin beristirahat? Aku akan membawamu ke kamar." Wajah cantiknya memerah meringis lalu mengangguk sam
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status