Home / Romansa / Jerat Gairah Teman Ranjang / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Jerat Gairah Teman Ranjang: Chapter 91 - Chapter 100

106 Chapters

Chapter 91

Di bawah cahaya rembulan malam. Leoni dan Xander saling menguatkan satu sama lain. Cekatan Xander mengelus punggung Leoni kala wanita itu meringis kesakitan. Setiap saat Xander bertanya pada Leoni untuk kembali ke kamarnya. Namun, istrinya selalu menolak. Tiba-tiba atensi keduanya teralihkan oleh suara Isak tangis seorang pria yang baru saja tiba. Duduk di dekat kursi yang mereka tempati. Leoni pun Xander saling menatap. Bertanya-tanya apa yang membuat pria itu menangis begitu pilu. Pria itu merasa dirinya tengah diperhatikan. Lantas ia menyeka wajah yang dipenuhi oleh air mata. Dirinya meminta maaf pada Xander dan Leoni karena membuat suara berisik. “Maaf aku menganggu kalian,” katanya dengan suara serak. Dia dihampiri oleh seorang wanita paruh baya yang kontan memeluknya. Tangis mereka pecah kembali. Leoni dan Xander saling memperhatikan ditempat, ikut merasa iba sebab tangis yang begitu pilu mereka dengar. Rumah sakit memanglah tempat kesedihan. Tidak dipungkiri jika temp
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Chapter 92

Hari-hari berlalu begitu cepat. Rasa sakit Xander akan rasa kehilangan masih begitu kentara di hatinya. Entah kenapa kejadian beberapa bbulan silam begitu membekas di mana ia hampir kehilangan istri tercintanya. Tubuhnya terbalut jas licin nan rapih berdii dengan gagah. Memegang satu gelas minuman di tangan lantas pandangannya tak alih dari menatap istri serta dua putrinya di depan sana tengah merayakan pesta ulang tahun Zenna yag ke satu tahun. Tidak terasa bayi kecil Xander yang cantik sudah beranjak menjadi batita. Ia menghampiri Leoni yang sedang menggendong Zenna, membawa bocah kecil itu berkeliling untuk diperkenalkan pada seluruh teman serta anggota keluarga. Semua orang begitu antusias bertemu putri kedua dari Leoni dan Xander. "Hallo, Babe." Xander merangkul pinggang istrinya. Saling mengecup satu sama lain. Kemudian atensinya beralih pada Zena yang langsung merentangkan kedu tangan, meminta ayahnya untuk segera menggendong tubuh kecil itu. Tak bisa menolak permintaan
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Chapter 93

Tatapan Leoni begitu hangat pada Zenna yang telah terlelap di dalam ranjang tidurnya. Ia selimuti lalu ia kecup kening putri kecilnya sebelum keluar meninggalkan ruangan. Tepat di depan pintu dirinya berpapasan dengan Xander yang baru saja turun dari lantai dua. "Kau membutuhkan sesuatu?" tanya Leoni pada suaminya. Xander sedang bekerja sebelum Leoni tinggal untuk menidurkan Zenna dan Zeline. "Ya. Aku membutuhkanmu," jawabnya seraya ia rengkuh pinggang Leoni, memeluknya seductive. Tatapan serta senyuman nakal Xander menjelaskan segalanya. Segera Leoni tersenyum melihat ekspresi pria itu. Lantas ia kalungkan dua tangannya pada ceruk leher Xander. "Aku akan menemanimu bekerja malam ini," tutur Leoni. Sebelah alis Xander terangkat serta senyum nakanya memudar. "Hanya menemani?" Leoni mengangguk. "Ya. Kau lupa ini tanggal berapa?" Ia mendekatkan bibirnya tepat di depan telinga Xander. "Hari ini aku datang bulan." Xander mendesah, kekecewaan pada raut wajahnya begitu kentara
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Chapter 94

"Zeline! Zeline!" Leoni berteriak-teriak yang mana suaranya menggema pada setiap sudut mansion Miller. Bahkan Zenna yang berana di dalam gendongannya hampir menangis putus asa. "Babe," seru Xander. Xander datang dan langsung menerima uluran tangan Zenna yang seolah tengah mengadu akan tingkah maminya, langsung ia gendong gadis kecil itu yang langsung menenggelamkan wajah pada dada bidang papinya. "Kenapa berteriak?" "Xander, di mana putrimu yang nakal itu? Aku mendapatkan laporan jika dia mendorong teman sekelasnya hingga jatuh berdarah." Satu alis Xander terangkat ke atas. Zeline putrinya yang paling baik, maka mustahil ia percaya gadis kecil itu melakukan hal yang akan menyakiti orang lain. Itu mustahil. Leoni mendesah putus asa. Sebenarnya bukan kali pertama ia mendapatkan laporan mengenai Zeline, hanya saja ia anggap hal-hal kecil yang terjadi di sekolah tak perlu ia bagikan kepada Xander sebab pria itu sudah banyak menelan masalah pekerjaan. Ia akui itu kesalahannya
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Chapter 95

Berdiri Leoni di tepi ranjang, ia pegang satu butir kecil obat kontrasepsi yang akhirnya ia buang ke dalam tempat sampah. Sudah dua minggu dirinya memutuskan untuk berhenti meminum obat, dan itu dilakukan tanpa sepengetahuan Xander. Meskipun keluarga dan suaminya tak menuntut Leoni memiliki anak laki-laki, tapi Leoni merasa jika setidaknya ia harus memiliki satu putra. Bukan karena untuk keturunan Miller serta bisnisnya kelak, sebab Zeline pun akan mampu mengelola sebagai wanita. Leoni hanya ingin menyempurnakan hidupnya yang seolah masih ada ruang kosong kini. Memiliki putra yang mirip Xander merupakan cita-citanya dari dulu, dan ia ingin mewujudkan itu segera meskipun Xander terus menolak dengan alasan kesehatannya. Kini Zenna telah berusia tiga tahun, dan dokter juga tak melarang Leoni untuk hamil lagi meskipun riwayat persalinannya memiliki komplikasi. Disertai syarat hidup sehat, dan rajin berkonsultasi Leoni diperbolehkan untuk mengandung lagi. Leoni segera menutup pint
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Chapter 96

"Selamat atas kehamilanmu, tapi ...." Dua wanita cantik itu berada di sebuah restoran dekat rumah sakit di mana Leoni baru saja memeriksakan kehamilannya bersama Kizzie yang menemani. Kizzie Foster menatap sahabat karibnya dengan bingung. Sungguh, ia tak mengerti dengan masalah yang dibuat oleh Leoni. Wanita cantik itu hamil tanpa sepengetahuan suaminya yang menentang kehamilan itu sendiri. Sungguhlah, Leoni berniat untuk segera memberitahu Xander mengenai kehamilannya sebelum pria itu menyadarinya lebih dulu. Hari demi hari berlalu tapi Leoni masih belum bisa menemukan waktu yang tepat. Leoni yakin jika Xander akan marah dan kecewa dengan keputusannya, sebab terang-terangan pria itu menentang. Tapi Leoni merasa dirinya sendiri sehat dan siap. Berkali-kali ia mencoba berdiskusi dengan Xander mengenai kehamilannya yang ketiga sebelum ia memutuskan untuk hamil diam-diam, tapi hasilnya Xander terus saja menolak. "Oh God! Dia tidak akan memintaku untuk melakukan aborsi, kan?" ke
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Chapter 97

Makan malam keluarga yang diadakan setengah tahun sekali kini diadakan pada kediaman Calis. Duduk berkumpul pada satu meja makan dua keluarga besar— Miller dan Calis. Berbincang bersama menikmati suasana semakin menambah kedekatan dua keluarga. Semua orang bersenang-senang, dan hanya Leoni yang sedari tadi terdiam sebab ia rasakan pusing pada kepalanya. Pusing dan mual efek kehamilan, sedari tadi ia hanya sibuk menyesap jus jeruknya. Sampanye time. Semua gelas di atas meja dituangkan cairan berwarna kuning bening termasuk gelas Leoni. Ketika semua mengangkat gelas dan meminum, hanya Leoni yang tak menyesapnya sedikitpun. Xander memegang bahu istrinya, sedari tadi ia perhatikan Leoni yang nampak tak nyaman sedikitpun. "Ada apa?" "Kepalaku pusing," keluhnya. Ia pegang sisi wajah istrinya, mendapati suhu tubuh Leoni yang mendadak tinggi padahal istrinya itu baik-baik saja sebelum pergi. "Kau demam, mau beristirahat?" Leoni mengangguk mengiyakan. Lalu, Xander mengantarnya
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Chapter 98

Leoni berdiri di depan cermin, memperhatikan bentuk tubuhnya yang lumayan berisi serta perutnya yang mulai menonjol. Usia kehamilannya kini telah menginjak lima belas minggu. Ia mengangkat kaos yang dikenakan lalu mengelus perutnya. Tubuhnya ia condongkan sedikit ke belakang, membayangkan perutnya beberapa bulan lagi akan seperti apa. "Bagaimana nanti aku menutupinya?" gumam Leoni. Ya! Sampai saat ini ia belum memberitahu Xandr, entah bila suaminya itu akan diberitahu. Leoni sedikit gila, bahkan Savalza dan Kizzie terus memperingati tapi dirinya selalu meminta waktu lebih lama untuk jujur. "Babe?" Suara Xander berasal dari dalam kamar. Segera Leoni benarkan posisi kaosnya yang terangkat lalu tak lama Xander datang, memeluknya dari belakang membuat bagian belakang tubuh Leoni basah sebab pria itu baru saja selesai berenang. "Um, kau basah," ujarnya. Namun tak ia lepaskan pelukan Xander atau membuat suaminya menjauh, Leoni malah nyaman Xander terus memeluknya. "Aku berniat
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Chapter 99

"Biar kujelaskan ...." Leoni meminta pada Xander yang terus menerus mengabaikannya. Telah berpakaian rapi pria itu kini pun siap untuk pergi. Leoni menahan Xander, tak membiarkan suaminya pergi ke mana pun dalam keadaanya yang marah. Rahang Xander mengetat menahan amarahnya yang meledak-ledak di dalam, berusaha ia tahan agar tak mengatakan apapun pada istrinya meski ia kecewa, Xander takut kata-kata amarahnya akan melukai Leoni jadi ia hanya diam, bersiap untuk pergi agar amarahnya tak ia luapkan kepada sang istri. Tidak, Leoni sedikit pun tak mengijinkan Xander pergi dalam keadaan pria itu marah, hal-hal buruk bisa saja terjadi padanya, dan Leoni menginginkan hal itu terjadi. "Kumohon, biar kujelaskan padamu." Memejam mata Xander untuk sesaat menahan amarahnya, ia tarik dalam-dalam napas lalu menatap Leoni, tatapannya yang tajam pun mengintimidasi penuh amarah. "Xander ... aku tak bermaksud membohongimu, aku ingin memberitahu segalanya, hanya saja aku belum menemukan wakt
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Chapter 100

Xander masih terbaring di atas peraduannya. Posisi tubuh telungkup memperlihatkan punggungnya yang besar nan berotot, pria ini tak memakai kaos atas, sengaja tak menutupi bentuk tubuhnya yang panas nan menggoda. Sudah tiga hari ini Xander menghabiskan waktunya menginap di kamar hotel tanpa pulang, tanpa memberi kabar pada Leoni, dan juga tak ia aktifkan nomor ponselnya. Ia memberi jarak untuk wanita itu agar berpikir jika kebohongan besar akan sangat berdampa buruk pun mampu mengubah segalanya. "Selamat pagi, Darling." Suara manja nan manis itu membuat matanya terbuka. Serta sinar mentari yang menyilaukan menyeruak masuk dari gorden yang baru saja ditarik oleh seseorang yang menyapanya tadi, membuat Xander enggan untuk membuka matanya. Bibir seksi pria ini tertarik membentuk sebuah senyuman kala ia menatap wajah cantik wanita yang amat ia cintai. Berjalan dia menuj Xander, duduk pada tepi ranjang memeluk serta mencium pipinya. "Selamat pagi, Sweetheart," sapa Xander padanya.
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status