Semua Bab Hasrat Membara Mr. Devil: Bab 61 - Bab 70

87 Bab

Berusaha Kabur

“Aku tidak bicara dengan siapa pun, kau salah dengar mungkin,” ucapnya tenang. “Ck, kau pikir aku tuli,” balasnya sengit. “Minggir!” Mimi masuk tanpa permisi. Bahkan dia menyenggol bahu Anita. “Aku kemari karena disuruh madam bersih-bersih,” lanjut Anita. Mimi masih mengawasi ruangan sekitar, memang sedikit kotor, dan debu ada di mana-mana. “Jangan bohong.” Anita hanya menggendikkan bahu. “Terserah kau percaya atau tidak, seperti yang kau tahu, madam selalu mempercayakan urusan apa pun padaku,” jawab Anita mengompori. “Ck, sombong sekali kau,” decak Mimi. Wanita itu memperhatikan satu-satunya lemari yang ada dalam ruangan tersebut. Hampir saja tangannya meraih gagang lemari, namun segera dicegah oleh Anita. “Cepat keluar dari sini sebelum kulaporkan pada madam.” “Memangnya kenapa? Kau takut sekali jika aku membuka lemari ini?” “Apa ada orang di dalam yang kau sembunyikan?” tanya Mimi masih tak beranjak pergi. Wanita itu menaruh kecurigaan yang besar terhadap Anita. “Ja
Baca selengkapnya

Bantuan Datang

“Sanders,” lirih Faleesha tertahan. Dia hampir saja menangis kalau pria itu tidak datang tepat waktu. “Berani kau menggores sedikit saja tubuhnya, aku pastikan kalian membusuk di penjara,” ujar Sanders dengan tatapan nyalang. Soraya tak kalah terkejutnya, kenapa keberadaan Sanders bisa kebetulan. Sebenarnya apa hubungannya dengan gadis ini. “Oh Tuan Sanders, aku pikir ada kesalahpahaman di sini,” balasnya lembut. Soraya tahu, dia tidak bisa mencari gara-gara dengan pria ini jika keberlangsungan hidupnya masih ingin berlanjut. “Lepaskan Faleesha!” titahnya. Sanders memberi arahan pada Nick dan kedua orang yang bersamanya agar meringkus dua pria yang menahan istrinya. “Tunggu dulu!” tahan madam Soraya. “Saya rasa ini hanya kesalahpahaman, gadis ini milik saya sejak awal, Tuan. Jadi, saya harap anda tidak ikut campur dengan urusan saya.” Wanita bergaya nyentrik itu berbicara sehalus mungkin. Namun, tatapan Sanders makin terasa menakutkan. Dia siap menerkam musuh. Hanya denga
Baca selengkapnya

Kembali Ke Rumah Fahaz

Soraya menghela napas panjang. Sial sekali dia hari ini, sudah jatuh tertimpa tangga pula. “Baiklah, jika itu mau anda,” balasnya dengan senyum kecut. Sanders pun membawa Faleesha dan Anita pergi dari hadapan Soraya. Diikuti oleh Nick dan kedua anak buahnya. Pandangan Soraya masih tertuju pada gadis itu dan juga si wanita tua. Ada dendam yang menjalar dalam hatinya. Suatu saat pasti akan dia balaskan. “Bagaimana ini, Madam?” tanya salah satu anak buahnya. Padahal pergerakan mereka hanya dikunci, bukan dipukuli atau semacamnya, tapi kenapa cengkeraman ketiga ajudan Sanders membuat tulangnya nyeri. “Ck, dasar lemah. Semua ini tidak akan terjadi kalau kalian bisa melawan,” sungut Soraya. “Maafkan kami,” jawabnya serempak. “Ah, sudahlah. Lagi pula aku tidak sedang cari musuh. Sanders lawan yang kuat, aku tidak siap jika dia menghancurkan tempatku,” tambahnya. “Ayo kembali,” ajak Soraya berlalu diikuti kedua anak buahnya. ***Di mobil, Sanders memperhatikan wanita paruh baya ya
Baca selengkapnya

Sebuah Kejutan

Mereka sepakat untuk berpisah di tengah jalan. Sanders juga masih perlu menghadiri meeting tahunan, meninjau kembali target pencapaian perusahaan. Sedangkan Faleesha mampir ke butik terlebih dahulu bersama sang ibu, ditemani oleh Emily dan Nick. “Kau tahu, saat kau hilang tadi, Tuan Sanders benar-benar panik.”Emily buka suara. Namun Faleesha tak serta merta mempercayainya. “Jangan bohong. Aku tahu dia tidak pernah panik dalam keadaan apa pun,” sanggahnya. Memang benar, selama hidup bersama, Faleesha tidak pernah sekalipun melihat suaminya itu panik dalam situasi genting. “Kalau tidak percaya tanya saja pada Nick,” balas Emily datar. “Itu benar, Nona.” Tanpa diminta Nick menyahut begitu saja. “Kan, apa aku bilang. Tuan benar-benar jatuh cinta padamu sepertinya.” Emily pun terkekeh. Faleesha hanya mendengus tak percaya. “Kamu benar-benar beruntung, Sayang,” sela Meera. Melihat putrinya begitu diistimewakan oleh Sanders, membuat hatinya lega. Gadis itu hanya tersenyum samar.
Baca selengkapnya

Pembalasan Baru Dimulai

Fahaz masih tak percaya melihat ibu kandung Faleesha berdiri tegak di hadapannya dengan penampilan yang berkelas. “Kenapa Papa diam saja? Bukankah papa pernah bilang jika merindukan Mama?” ucap Faleesha. Pandangannya mengejek Ervina yang menatapnya dengan raut merah padam. Seolah menyimpan kemarahan yang besar. “Wah, rupanya aku benar-benar membawa kejutan yang besar ya, sampai-sampai kalian semua diam?” lanjutnya. Faleesha bahagia sekali melihat mereka tak berkutik dan hanya memasang tampang kesal. “Meera … jadi kamu-” “Mama yang sudah menyelamatkan Faleesha, Pa. Kalau bukan karena Mama yang mengajakku kabur, mungkin aku sekarang sudah ternodai oleh orang-orang licik itu,” terang Faleesha kembali memotong ucapan papanya. “Maksud kamu?” Fahaz tak mengerti dengan perkataan putrinya. “Aku diculik dan dibawa ke tempat prostitusi.” “Apa!” pekik Fahaz terkejut. Sedangkan Ervina sudah mulai gusar, dia takut ketahuan sang suami jika semua adalah taktiknya. “Apa saja yang kau lak
Baca selengkapnya

Sudah Saatnya Tahu Kebenarannya

Angela mendengus kasar mendengar perkataan Faleesha. “Gimana ceritanya dia bisa lepas sih, Mi,” ujarnya. Dia menghentakkan kakinya beberapa kali. “Bukannya tempat madam Soraya itu benar-benar ketat ya?” tanya dia. “Nah itu dia yang Mami heran. Nggak mungkin Soraya biarin dia lolos begitu aja-” “Mana dia bawa wanita sialan itu, susah payah Mami nyingkirin Meera malah sekarang kembali dengan sombongnya,” gerutu Ervina tak kalah kesal. “Kita harus cari cara, Mi. Gimana kalau Papa akhirnya luluh sama wanita itu, si Faleesha malah tambah besar kepala jadinya ‘kan?” Angela mondar mandir tidak terima. “Kenapa sih Papa akhir-akhir ini terpengaruh sama dia. Gara-gara dia pergi dari rumah ini bukan malah lupa, malah makin sayang.” “Sepertinya kita salah strategi, Sayang. Rupanya menjauhkan Faleesha darinya bukan cara yang jitu,” sahut Ervina. “Mami bener, udah yang penting sekarang kita pikirin gimana caranya bikin Papa percaya sama kita dibanding Faleesha dan ibunya,” pungkas Angela.
Baca selengkapnya

Siapa Yang Berbohong?

"Ervina, sebaiknya kamu katakan yang sejujurnya padaku, benarkah 12 tahun yang lalu kamu sengaja menjebak Meera agar aku meninggalkannya?” Fahaz berbicara dengan nada serius. Wanita paruh baya itu seketika pucat. Mereka tengah duduk berdua. Fahaz memanggilnya saat Meera dan Faleesha masuk ke dalam kamar. Kenapa suaminya tiba-tiba mencurigainya? Apa hasutan ibu Faleesha sudah berhasil mempengaruhinya? “Ke-kenapa kamu tiba-tiba meragukan aku, Pa? Bukankah kamu lihat sendiri pria itu bersama Meera?” jawab Ervina sedikit tergagap. “Ya bisa saja kamu salah lihat, dan menuduh dia sembarangan. Bisa jadi itu teman lamanya dan mereka tidak sengaja bertemu,” sanggah pria itu.“Jadi sekarang kamu menuduh aku balik? Kamu pikir aku bohong? Aku mendengarnya sendiri, mereka juga bermesraan, kamu lihat ‘kan fotonya?” “Apa bukti itu masih kurang?” Seketika wajahnya murung, netranya berkaca-kaca. “Lagi pula, kenapa kamu sekarang mempermasalahkannya lagi? Apa gara-gara Meera kembali ke rumah ini
Baca selengkapnya

Ancaman Meera

Sanders menunggu kedatangan Faleesha dengan gelisah. Istri kecilnya itu selalu lupa padanya jika sudah berada di rumah sang ayah. Pria itu bisa maklum, tapi tidak ada kehadiran Faleesha rasanya ada yang kurang. Tak lama kemudian, telfonnya berdering. Panjang umur istri kesayangannya menghubungi. “Halo, kenapa lama sekali? Apa kau sudah lupa kalau punya suami?” tegur Sanders tanpa basa basi. “Sabar, aku masih harus menemani Mama adaptasi di rumah Papa. Apalagi Tante Ervi dan Angela semakin menjadi-jadi reseknya,” tutur Faleesha. “Bukankah ada Wira? Kamu tenang saja, dia orang yang bisa diandalkan, mereka tidak akan berani menyakiti mamamu,” pungkas Sanders. “Ya, semoga saja begitu. Mereka itu sangat licik. Bahkan tidak ada rasa bersalahnya sama sekali saat aku mengatakan mengetahui rencana busuk mereka.” Faleesha terdengar menghela napas panjang. “Nanti malam aku pasti pulang, tapi aku tidak janji Papa akan mengijinkan, pasti dia mencecarku kenapa aku tidak tinggal di rumah saj
Baca selengkapnya

Kenyataan Pahit

Netra Fahaz membulat mendengar balasan menohok Meera. Seingatnya istrinya itu adalah sosok yang lemah lembut dan tidak pernah berkata kasar. “Meera, kenapa bicaramu seperti itu? Kamu sudah berubah,” jawab Fahaz terlihat kecewa. “Terus kamu mau aku menyanjung-nyanjung istrimu ini? Dan membiarkan dia berbuat seenaknya di sini?” balas Meera dengan ketus. Ervina semakin mengeratkan pelukannya pada sang suami. “Kamu lihat ‘kan, Sayang? Dia menuduhku tanpa bukti, mana pernah aku berbuat semauku? Hu hu hu.” Seperti biasa, akting wanita paruh baya itu patut diacungi jempol. Namun, Meera hanya mendengus pelan. Sedangkan Fahaz berusaha menenangkannya. “Meera, aku tahu kamu marah denganku, tapi kamu harus sadar. Aku mengusirmu karena kesalahanmu sendiri, yang penting ‘kan sekarang aku sudah menerimamu kembali untuk kebaikan Faleesha-” “Jadi aku mohon, jangan memancing keributan di rumahku, kalau kita bisa hidup damai dengan berdampingan. Kenapa harus ribut?” tegas Fahaz penuh permohonan.
Baca selengkapnya

Semakin Banyak Yang Terungkap

“Ada apa ini ribut-ribut?” Angela yang baru saja datang dari rumah temannya bingung menatap sang ibu yang menangis sesenggukan, sedangkan ayah tirinya menatapnya tajam. “Oh, ada yang ketinggalan pertunjukan rupanya,” ejek Faleesha. “Apa yang kau lakukan pada mamiku?” Tangan Angela mengepal. Melihat wajah angkuh Faleesha sudah bisa dipastikan dialah penyebabnya. Gadis itu maju hendak memberi pelajaran pada Faleesha namun dengan sigap tangannya ditangkap oleh Meera. “Jangan sakiti anakku!” hardiknya. Meera mendorong tubuh Angela dengan keras hingga gadis itu terhuyung kehilangan keseimbangan. “Mami, Papa … “ “Kenapa diam saja lihat aku diperlakukan kasar sama dia,” ucap Angela kesal. “Diam kamu, Angela! Kamu sama liciknya dengan Mamimu.” Suara Fahaz terdengar menahan kemarahan. Angela tak percaya dengan hardikan ayah tirinya. Dia tidak pernah dibentak atau dimarahi selama ini. “Apa maksud Papa?” tanya dia memelas. Faleesha mengambil ponselnya di tangan sang ayah dan mengul
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status