Semua Bab Hasrat Membara Mr. Devil: Bab 71 - Bab 80

87 Bab

Diusir

"Sayang, aku hanya tidak ingin membebanimu, aku melakukannya hanya ingin memberinya pelajaran berharga,” ujar Ervina membela diri. “Tapi tidak dengan menjualnya, apalagi sampai melarangnya bertemu denganku, memangnya kamu siapa, ha?” Emosi Fahaz kian memuncak. Dia tidak habis pikir dengan kelakuan wanita yang dibela serta diagung-agungkannya itu. Ternyata semua kebaikannya palsu. Pria itu memukul dadanya yang samping sesak. “Sayang, kok kamu ngomongnya begitu? Aku ini istri kamu, aku yang merawat Faleesha sejak Meera pergi meninggalkannya, tapi kenapa balasan kamu juga menyakitkan?” Ervina kembali melakukan playing victim. Seolah-olah dialah yang tersakiti. “Mama meninggalkanku karena Tante yang memfitnahnya, itu juga Mama terpaksa karena ancaman dari Papa. Sadar diri, Tante! Jangan menjual air matamu,” geram Faleesha. Wanita paruh baya itu seketika melotot kesal dengan perkataan anak tirinya. Tapi dia tidak bisa menyangkal atau berbuat lebih. “Jaga bicara kamu ya-” “Diam kam
Baca selengkapnya

Restu Fahaz

Ervina menggeleng keras. Tidak pernah sekalipun dia bermimpi akan diusir oleh suaminya sendiri. “Sayang, aku mohon, maafkan aku. Jangan begini. Apa kamu nggak kasihan dengan anak kita, Angela? Aku yakin kamu juga menyayanginya,” rayunya. “Dia anakmu, bukan anakku!” tegas Fahaz. “Papa, maafkan aku, Pa … tolong jangan usir kami, nanti kami akan tinggal di mana?” lirih Angela mengiba. Tidak peduli bagaimana tatapan mengejek Faleesha padanya. Gadis itu sedang di atas awan, dia tersenyum penuh kemenangan. Faleesha menatap iba pada papanya. Pastilah hatinya sakit dibohongi bertahun-tahun, apalagi mereka memeras uang ayahnya. Sebenarnya tak sampai hati dia melihat Fahaz bersedih, tapi ibu dan saudara tirinya tidak bisa dibiarkan lama-lama menggerogoti harta sang ayah. “Pa,” panggil Faleesha. Memeluk sang ayah dengan erat. Fahaz merasa malu dan gagal sebagai ayah. “Biarlah, Sayang. Biar mereka pergi dari rumah ini sebagai balasan atas kecurangan mereka,” jawab Fahaz mantap. Sedetik
Baca selengkapnya

Apa Kamu Malu?

Setelah mendapat izin dari Fahaz untuk kembali membawa Faleesha pulang, Sanders pun merasa lega tiada kira. Dia bahkan berjanji akan membantu perusahaan ayah mertuanya semakin berkembang di bawah tangan Faleesha. “Apa kau mulai menyukaiku sekarang?” tanya Sanders memecah keheningan. Refleks Faleesha mengernyit heran. Kenapa suaminya kini semakin kepedean?“Tidak juga, memangnya kenapa?” “Tadi di depan papamu kau bilang aku baik, kau bilang nyaman tinggal di mansionku,” sahut Sanders. “Ah, itu hanya alasan biar Papa nggak khawatir kalo aku ngikut om-om serem kayak tuan,” jawab Faleesha enteng. “Apa kamu bilang!” Sontak Sanders meninggikan suaranya. Tatapannya kembali nyalang. Akhir-akhir ini istri kecilnya sudah berani mengoloknya. “Nah, kan, serem. Lihat deh kalau tuan nggak percaya.” Gadis itu malah mengambil cermin kecil dari dalam tasnya. Dan menghadapkannya pada Sanders. Nick yang sejak tadi diam dan mendengarkan tampaknya menahan senyum. Nona mudanya itu lancang seka
Baca selengkapnya

Siapa Sumber Masalahnya?

“Meera, terima kasih kamu sudah bersedia tinggal sementara di sini, maafkan suamimu yang bodoh ini,” rutuk Fahaz menyesal. Meera hanya menatapnya sekilas. Dia tidak menampakkan kerinduan sedikitpun, atau keramahan “Jangan terlalu besar kepala. Aku di sini hanya sementara sampai perceraian kita selesai. Setelah itu aku akan kembali pada Faleesha,” sahutnya ketus. “Ya, tidak apa-apa. Yang penting sekarang kau di sini,” jawab pria itu tertahan. “Selama kamu di sini, aku akan benar-benar memohon ampunanmu, Meera. Aku pasti berusaha merebut kembali hatimu,” batin Fahaz penuh sesal. “Aku tidak menyangka kau sepicik itu, aku masih terima jika kau mengusirku, tapi bertahun-tahun kau mengabaikan anakmu sendiri,” sungut Meera. Wanita paruh baya itu masih memainkan ponselnya. “Maafkan aku, Meera. Aku tahu kesalahanku sangatlah banyak. Tapi, aku akan mencoba memperbaikinya asal kamu memberiku kesempatan-”“Mari kita hidup menjadi sebuah keluarga lagi seperti dulu.” Dengan entengnya Fahaz
Baca selengkapnya

Dia Istriku

Tiba-tiba Sanders teringat kunjungan sang sahabat terakhir kali. Saat itu gerak gerik Yandra begitu mencurigakan. Tetapi dia tak mau ambil pusing. Apa jangan-jangan pria itu selama ini mengincarnya juga. “Ck, banyak sekali musuh dalam selimut,” gumamnya. “Ya, kamu harus hati-hati,” sahut Faleesha. Rupanya sang istri mendengarnya. Gadis itu tampak piawai dan cekatan. Sanders benar-benar kagum melihatnya. Setelah semua jaringan software bisa kembali berfungsi normal. Para karyawan juga kembali beraktifitas. Tersisa Faleesha yang masih duduk manis di ruangan sang suami. “Apa aku juga harus kembali ke tempatku bekerja?” tanya dia. “Untuk apa? Kau sudah menjadi istri pemilik perusahaan sekarang.” Pria itu tampak sekilas melihat penampilan Faleesha yang semakin hari semakin segar. Dia juga sangat pandai memadukan busana atau pakaian yang dia pakai. “Beri aku alasan kenapa kau sangat menggoda,” ujar Sanders lirih. Tangannya meraba nakal tengkuk Faleesha hingga bulu kuduknya merin
Baca selengkapnya

Musuh Berkedok Teman

Di tempat lain. “Shit! Transfer data gagal!” Pria berpakaian rapi itu mengumpat kesal. Dia sudah hampir berhasil mencuri semua data dan strategi keuangan Sanders. Namun bagaimana bisa semua gagal dalam waktu sekejap saja. Apa pria itu sudah menyadari chip yang dia letakkan secara diam-diam untuk memantau seluruh sistem di perusahaannya?“Kau selalu saja beruntung, Sanders. Baiklah jika aku terpaksa memakai kekerasan, akan kulakukan,” gumamnya. Pria itu pun mengambil gawai miliknya dan menghubungi Sanders. Namun, beberapa kali dering, tampaknya tidak ada respon dari si empunya. Kesal karena tak kunjung terjawab, pria itu pun melempar ponsel miliknya. “Kurang ajar! Beraninya dia mengabaikan panggilanku,” ucapnya gamang. Akhirnya dia hanya mengirimkan pesan teks dengan sedikit penekanan. [Datanglah ke club' biasa kita minum-minum malam ini, aku ingin menjamu dan memberimu pelajaran berharga] Send. Setelah mengirim pesan. Pria itu pun mengatur strategi untuk menjebak Sanders y
Baca selengkapnya

Bertemu Musuh Yang Sesungguhnya

“Pengkhianat sepertimu memang tak pantas dikasihani,” ujar Sanders menyeringai. “Ternyata keluar juga sifat aslimu, begini lebih seru,” balas Yandra. Dia menyeka darah yang keluar di ujung bibirnya. Pukulan Sanders begitu bertenaga. “Aku tidak mengerti jalan pikiranmu, sudah diberi kepercayaan malah menusukku dari belakang-” “Tahu begitu aku tidak akan buang-buang waktuku, membantu orang sepertimu sama saja dengan memelihara tikus,” sungutnya. Mendengar hal itu tentu saja Yandra geram. Tanpa pikir panjang dia segera menyerang Sanders dengan pukulan. Perkelahian tak terelakkan. Sanders yang mampu bela diri terus bergerak menghindari serangan lawan. Hingga pada akhirnya dia berhasil melumpuhkan dan membalikkan serangan Yandra. Perkelahian mereka menjadi tontonan pengunjung setempat. Bahkan beberapa kali mereka sempat ditegur oleh keamanan. “Setelah ini jangan menggangguku lagi jika kau masih ingin hidup,” ancam Sanders. Tentu saja Yandra bukan lawan yang seimbang. Mudah saja
Baca selengkapnya

Dijebak Ayahnya Jinny

“Tuan, kita langsung ke perusahaan?” tanya Nick. “Ya, Faleesha pasti mengkhawatirkanku jika aku tidak segera kembali,” jawab Sanders. Nick tampaknya tersenyum lebar. Baru kali ini majikannya seperti lelaki normal. Biasanya dia tidak akan terlalu peduli dengan wanita. “Ada yang salah?” Sanders menyadari ekspresi Nick berbeda. “Oh, tidak, Tuan.” Buru-buru Nick melakukan mobil. Sanders tidak suka urusan pribadinya terlalu dicampuri. Namun, baru saja mobil melaju, telepon Sanders kembali berdering. Lagi-lagi ayahnya Jinny. “Ada apa, Om? Anda tidak juga kapok membujukku? Aku tidak ada urusan denganmu, jadi, berhenti menyuruhku datang,” ujar Sanders lantang. “Ck, sombong sekali kau sekarang. Jangan besar kepala. Aku menghubungimu bukan karena butuh, tapi ini menyangkut papamu.” Sanders menghela napas berat. Dia paling tidak bisa jika orang tuanya tersentuh. “Memangnya Papa kenapa?” “Kemarilah, maka kau akan tahu.” Setelah mengatakan itu, panggilan terputus. “Sial!” seru Sander
Baca selengkapnya

Rindu Istri

Ada seseorang yang keras kepala selain dirinya. Sanders menyadari William bukan hanya keras kepala. Tetapi juga intimidatif. Namun, pria tua itu juga lupa siapa yang sedang ia intimidasi. “Kalau begitu kau mendekati ajalmu sendiri,” ucap William dengan sorot tajam. “Kita lihat hancurnya perusahaanmu perlahan, karena sebentar lagi pemiliknya akan hancur di tanganku.” Pria paruh baya itu yakin kali ini Sanders tidak bisa berkutik, apalagi dia masuk ke dalam rumahnya tanpa ditemani siapa pun. “Bahkan seekor singa pun tidak pernah menerima kekalahan dengan mudah,” ucap Sanders dengan santai. “Sayangnya kau hanya tikus kecil bagiku sekarang-” “Kupikir kau licik seperti kata orang-orang, rupanya kau tak lebih dari sekedar orang bodoh yang ceroboh. Berani sekali kau datang kemari dengan percaya diri, dan aku berharap bisa keluar dengan mudah?” Tawa William menggema di seluruh ruangan. Dia pikir sudah di atas awan. Menang telak atas ketidakberdayaan Sanders. “Aku memang bisa keluar d
Baca selengkapnya

Keributan Di Perusahaan Fahaz

“Tuan, saya baru saja menerima informasi dari Emily, Nona Faleesha sedang di perusahaan ayahnya,” ujar Nick. Sanders mengernyit. “Untuk apa?” “Kata Emily ada urusan yang harus Nona selesaikan, ibu dan saudara tirinya berulah lagi,” balas Nick. Ada rasa khawatir yang menyeruak dalam hatinya, namun Sanders berusaha mengabaikan. Bagiamana pun, Faleesha harus belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia juga nantinya yang akan menggantikan posisi ayahnya. “Apa kita ke perusahaan Tuan Fahaz saja?” tanya Nick memastikan. “Tidak perlu, jalan saja,” balas Sanders. “Apa Tuan tidak khawatir pada Nona?” “Tentu saja khawatir, tapi dia perlu belajar mandiri jika ingin memimpin perusahaan, Jika nanti ada kendala, barulah aku turun tangan,” balas Sanders. Nick tidak pernah melihat perubahan yang begitu besar pada majikannya selama ini. Dinilainya Sanders jauh lebih tenang dan tidak pernah emosi berlebihan. Faleesha benar-benar membawa dampak yang baik untuknya. “Lagipula katamu tadi, ist
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status