“Meera, terima kasih kamu sudah bersedia tinggal sementara di sini, maafkan suamimu yang bodoh ini,” rutuk Fahaz menyesal. Meera hanya menatapnya sekilas. Dia tidak menampakkan kerinduan sedikitpun, atau keramahan “Jangan terlalu besar kepala. Aku di sini hanya sementara sampai perceraian kita selesai. Setelah itu aku akan kembali pada Faleesha,” sahutnya ketus. “Ya, tidak apa-apa. Yang penting sekarang kau di sini,” jawab pria itu tertahan. “Selama kamu di sini, aku akan benar-benar memohon ampunanmu, Meera. Aku pasti berusaha merebut kembali hatimu,” batin Fahaz penuh sesal. “Aku tidak menyangka kau sepicik itu, aku masih terima jika kau mengusirku, tapi bertahun-tahun kau mengabaikan anakmu sendiri,” sungut Meera. Wanita paruh baya itu masih memainkan ponselnya. “Maafkan aku, Meera. Aku tahu kesalahanku sangatlah banyak. Tapi, aku akan mencoba memperbaikinya asal kamu memberiku kesempatan-”“Mari kita hidup menjadi sebuah keluarga lagi seperti dulu.” Dengan entengnya Fahaz
Baca selengkapnya