Home / Romansa / Hasrat Membara Mr. Devil / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Hasrat Membara Mr. Devil: Chapter 51 - Chapter 60

87 Chapters

Rasa Takut Kehilangan

Kali ini Ervina ikut mengompori suaminya. Kerja sama yang kompak antara ibu dan anak. Tangan sang istri terulur, semakin merapatkan tubuhnya ke punggung Fahaz kemudian memeluknya dari belakang. “Iya, Papa percaya. Bukannya aku meragukan kalian, Papa hanya perlu meneliti, barang kali ada yang salah,” jawab pria itu. “Ya sudah sebentar ya, Papa ambil kaca mata dulu.” “Papa jahat!” Angela serta merta berseru. “Sampai hati Papa buat Angel kecewa,” ujar gadis itu berkaca-kaca. “Kan aku sudah bilang tidak ada kesalahan.” Setelah mengatakan hal itu Angela melempar berkas itu ke meja dan berlalu meninggalkan Ervina dan Fahaz. Pria paruh baya itu hendak mengambil surat yang berserakan namun … “Nggak usah, Pa.” Secepat kilat sang istri merapikan dan mengambilnya. “Kalau Papa nggak yakin, nggak perlu tanda tangani, lebih baik minta laporan yang baru saja sama Wisnu. Papa sudah buat anak kita bersedih karena ego kamu.” Tanpa pikir panjang, Ervina menghentakkan kakinya kesal. “Bukan
last updateLast Updated : 2024-05-19
Read more

Terpaksa Menjenguk Jinny

“Memangnya kenapa? dia bunuh diri atau tidak itu bukan urusanku,” balasnya santai. Benar-benar pria dingin. Dia tidak sepeduli itu dengan wanita lain. “Bukan begitu, Tuan. Masalahnya Nona Jinny terus memanggil nama anda, dan lagi-” Nick menggantungkan kalimatnya. “Kenapa?” tanya Sanders. “Ponsel anda tidak aktif sejak semalam. Tuan William menghubungi saya karena beliau ingin anda ke rumah sakit sebentar,” jelas Nick. Sanders baru ingat. Dia memang sengaja menonaktifkan ponselnya seharian kemarin karena tidak ingin hari sakralnya terganggu dengan urusan pekerjaan. “Apa hubungannya dengan kamu, Sans?” tanya Ella. “Biasalah, Ma. Dia suka cari perhatian. Terakhir aku melarangnya untuk bermanja-manja denganku,” sahutnya datar. Ella memijit keningnya. “Kamu mungkin kurang tegas padanya.” “Tapi aku tidak pernah ada perasaan apa pun padanya, aku hanya anggap dia rekan kerja, itu saja,” sanggah Sanders. “Ya, tapi dia berharap lebih. Lelaki itu ‘kan mikirnya selalu pakai logika, s
last updateLast Updated : 2024-05-19
Read more

Jinny Keras Kepala

“Jadi, kamu kemari karena terpaksa? Bukan karena khawatir padaku?” ulang Jinny. “Tapi, tetap saja aku bahagia kamu kemari, apa aku harus menyakiti diriku terlebih dahulu-” “Baru kemudian bisa mendapat perhatianmu?” tanya dia. Pria itu berdecak keras. “Jinny, sudahi aktingmu, aku tidak akan terpengaruh,” jawab Sanders. “Sampai kapan kau akan terus memaksa orang lain untuk menuruti semua keinginanmu?” Jinny tampak kecewa dengan penuturan Sanders. “Perlu aku tegaskan sekali lagi, ini kedua kalinya. Jika kau terus bersikap seperti anak kecil, terpaksa aku mengambil langkah tegas-” “Lebih baik kau resign dari perusahaan. Aku yakin sebenarnya kau tidak butuh pekerjaanmu itu.”“Kau hanya beralasan agar bisa dekat denganku,” lanjutnya. Memang benar kata Sanders, Jinny bertahan hanya karena ingin mengambil hatinya. Sebenarnya kalau untuk kecukupan materi, dia sudah lebih dari cukup. Toh orang tuanya kaya raya. “Jangan menyalah artikan kebaikanku, aku tidak ada perasaan sedikitpun pa
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

Drama Lagi

“Tuan, barusan Papa telfon, aku diminta pulang ke rumah,” ujar Faleesha saat sang suami telah sampai mansion. Gadis itu mengulurkan air putih hangat untuk diminumnya. “Aku sudah jadi suamimu sekarang. Bisakah kamu memanggilku dengan sebutan lain?” tanya Sanders malas. Dia tidak suka sang istri memanggilnya Tuan. Sanders juga heran, Faleesha tidak penasaran sedikit pun perihal dirinya menjenguk Jinny. “Terus, aku harus manggil apa?” Faleesha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Panggil sayang, atau babe juga boleh,” jawabnya asal. Seketika Faleesha menjulurkan lidahnya pertanda mual. “Kenapa begitu?” sengit Sanders. “Oh tidak apa-apa.” Dia berusaha tersenyum semanis mungkin supaya sang suami tidak tahu jika dirinya ingin muntah mendengar sebutan itu. “Aku belum terbiasa,” balasnya beralasan. “Ya sudahlah terserah kamu saja,” tukas pria itu. Faleesha bernapas lega. Sanders tidak mempermasalahkan. “Diminum dulu air putihnya.” Wajah Sanders mengernyit. “Aku tidak suka
last updateLast Updated : 2024-05-22
Read more

Ke Mana Faleesha?

Pagi ini, akhirnya Feleesha menuruti permintaan sang ayah untuk jalan-jalan sekeluarga. Sebenarnya dia enggan bersama ibu dan saudara tirinya, tapi demi merayakan kesembuhan ayahnya, dia setuju. Hingga sekarang pun Fahaz tidak tahu jika obat yang dia minum sebelum Faleesha menghentikannya adalah racun untuk melemahkan syaraf penglihatan. “Makasih ya, Sayang. Papa seneng banget kita seperti keluarga utuh seperti ini.” Tak hentinya bibir pria paruh baya itu tersenyum lebar. Faleesha hanya mengangguk samar. “Kita harus sering-sering jalan sama-sama gini, Pa,” timpal sang istri. “Iya nih, Angel ikut bahagia lihat Papa full senyum,” godanya tak mau kalah. “Ah, kamu sayang, bisa aja,” jawab Fahaz. “Ck, dasar serigala,” batin Faleesha. Gadis itu mencebik merasai Angela semakin pandai berpura-pura. “Kenapa kamu diam saja, Faleesha?” tanya sang ayah. “Oh, tidak apa-apa, Pa,” balasnya cepat. Fahaz kembali tersenyum dan menatap satu persatu keluarganya. Seandainya gad
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Mencari Tahu

"Eh, bukan begitu, Pa. Jangan salah paham terus dong.” Kini Ervina mulai kesal. Namun, dia tahan sebisa mungkin. “Terus kenapa kamu melarangku?” “Namanya orang hilang ‘kan harus 24 jam dulu baru lapor, nah ini belum ada satu jam, Pa. Lebih baik kita tunggu dulu deh.”Fahaz menggeleng keras. “Tidak, Mi. Aku tidak bisa diam saja. Anakku tidak kembali, dan Papa curiga ada seseorang yang sengaja menjebaknya.” “Hah? Siapa, Pa? Jangan asal tuduh loh, bisa bahaya,” jelas Ervina mengingatkan. “Kamu tunggu sini, aku mau cek bagian CCTV.” Pria itu segera melangkah menjauh tanpa menunggu jawaban sang istri. “Pa! Tunggu!” teriak Ervina. Namun tidak dihiraukan oleh Fahaz. Dia tidak ingin sang istri menghambat langkahnya. “Huh, dasar tua bangka,” gerutu Ervina. “Semoga saja putrimu tidak ditemukan, sampai kau mati sekalipun,” sungutnya. Senyum tersungging di bibirnya yang merah oleh polesan lipstik. Wanita itu pun mengeluarkan ponselnya guna mengecek. “Halo, bagaimana? Berhasil?” tany
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Rumah Bordil?

Setelah memperhatikan CCTV selama beberapa detik, Sanders yakin istrinya dibawa oleh orang tak dikenal. Dia menghilang setelah bersama wanita tambun itu. “Faleesha, kenapa kau ceroboh sekali,” gumamnya. Bahkan berselang lama, pria itu memperhatikan CCTV tidak ada jejak sang istri keluar lagi dari pintu toilet. “Apa ada jalan lain yang tidak terekam CCTV?” tanya Sanders pada pengelola mall. “Saya rasa tidak ada, Tuan. Satu-satunya jalan tebusan yang cepat mengarah ke basement dan itupun yang bisa mengaksesnya hanya para pegawai saja,” jelas orang itu. “Tuan, sepertinya ada ikut campur orang dalam,” sela Nick menyadari. “Kau benar, kita harus hati-hati,” balas Sanders. Netranya berubah redup, rahangnya mengeras. “Beraninya mereka mengusik milikku,” gumamnya yang masih bisa didengar oleh Nick. Pria muda itu hanya tertunduk. Dia tahu sang majikan sedang meredam amarahSanders pergi meninggalkan lokasi dengan perasaan campur aduk. Siapa kira-kira yang berani menculik istrinya?B
last updateLast Updated : 2024-05-26
Read more

Sebuah Liontin

Faleesha menepis tangan Anita dengan kasar. Dia kesal wanita ini terus menghalanginya sejak tadi. “Maaf,” ujarnya lirih. Saat menyadari dirinya bersikap tak sopan. “Aku hanya tidak ingin kau terkena masalah,” jawab Anita. “Apa peduli anda, Bu?” Faleesha menyorot tajam. “Terserah, aku hanya mengingatkan,” balasnya. Sikap gadis ini mengingatkan Anita pada putri kesayangannya. Keras kepala. Dengan gerak cepat Faleesha mengambil ponselnya yang terselip di bawah kaki. Ah, lowbat. “Jadi kau bawa ponsel kemari?” Suara madam Soraya mengagetkan Faleesha. Wanita itu berdiri diambang pintu. Berganti dengan pakaian yang lebih terbuka. Namun tidak dengan Anita, wajahnya masih terlihat acuh. “Sini kembalikan ponselku, masih muda berani sekali kau ambil barang milik orang lain,” sela Anita. Dengan sigap dia meraih ponsel Faleesha dan mengantonginya. Tentu saja gadis itu melotot tak senang. “Ck, bagaimana kau bisa kecolongan. Sama anak bau kencur saja kau bisa kemalingan!” hardik san
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

Ini Mama

Netra Anita membeliak seketika melihat foto yang tak asing baginya. Sebuah keluarga yang hangat. Seorang gadis kecil yang cantik dengan kedua orang tua yang kompak memeluknya. Tubuh wanita itu seketika lemas. Lututnya gemetar. Bertahun lamanya dia tidak pernah merasakan perasaan ini. Naluri keibuannya tidak pernah salah. Tampak Fahaz dan Meera saat masih muda menggendong gadis berusia dua tahun. Dia masih mengingat jelas momen itu. Lidahnya terasa kelu. Air matanya tak dapat ia tahan lagi. “Faleesha? Apa itu kamu, nak?” lirihnya sembari memukul-mukul dadanya pelan. Anita masih menatap foto itu dengan nanar. “Apa yang terjadi sampai-sampai kamu terjebak di sini, Sayang?” ucapnya lagi membelai foto dalam liontin. Tak mau dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Dia harus segera bertanya langsung pada gadis itu. Apalagi jika memang dia putrinya, Anita tidak boleh tinggal diam. Dia tidak akan membiarkan Faleesha disakiti. Wanita itu menyeka air matanya dengan kasar. Bergegas ban
last updateLast Updated : 2024-05-29
Read more

Melepas Rindu

“Ma-ma?” ulang faleesha masih tak percaya. Pantas saja dia merasa pernah mengenalnya. Dia menggeleng pelan. Tidak mungkin. Wajahnya sedikit berbeda. Wanita ini memang cantik, tapi terlampau kurus, dia seperti orang tidak terawat. “Nggak, anda pasti salah orang. Nama saya memang Faleesha, tapi bukan putri yang anda cari.” Gadis itu tidak bisa mempercayai begitu saja ucapan sang ibu. “Mama tahu, pasti kamu tidak akan percaya. Maafkan Mama, Nak. Mama menjalani kehidupan yang sulit selama dua belas tahun ini-” “Setiap malam Mama tidak bisa tidur karena rasa bersalah. Mama seperti mayat hidup." Anita menangis pilu. Dia mengeluarkan kalung yang dia temukan. “Lihat, ini kalung yang Mama berikan padamu, tepat sebelum Mama pergi. Saat ulang tahun kamu yang ke delapan.” Deg. Tubuh Faleesha membeku. Benar, kalung itu dia dapatkan dari ibunya saat berulang tahun. “Kamu menjatuhkannya tadi, kamu selalu memakainya, Sayang?” “Kamu rindu ‘kan dengan kebersamaan kita?” Anita memberanika
last updateLast Updated : 2024-05-29
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status