Semua Bab Hasrat Membara Mr. Devil: Bab 21 - Bab 30

87 Bab

Bukan Kelinci Percobaan

“Aku bukan kelinci percobaan!” jerit Faleesha kesal. Dia meronta. Namun, selalu saja tidak berhasil. “Jangan mengurungku terus menerus.” Gadis itu terduduk lemas begitu Sanders melepas genggamannya. “Sudah kukatakan berapa kali, hah?” Sanders menarik wajah Faleesha mendekat padanya. Lagi-lagi, pria itu mempermainkan ketakutannya. Seolah ingin mengintimidasi.Namun tidak ada kekerasan sama sekali. Hembusan napas kasar terdengar jelas dan menerpa daun telinga Faleesha. “Kamu tidak akan bisa keluar dari sini tanpa izin dariku,” lanjut Sanders. Wajahnya tersenyum penuh kemenangan. Setelah mengatakan hal itu, Sanders pun meninggalkannya. “Dasar, pria gila,” rutuk Faleesha. Merasakan kekesalannya sudah memuncak. Sudah tak ada bedanya dia dengan tawanan. Faleesha mengambil ponselnya, mengalihkannya ke mode silent. Tiba-tiba, nama Amber muncul di benda pipih yang dia pegang. Sahabatnya itu melakukan panggilan. Gegas dia menjawabnya. “Halo,” sapanya.Tangisnya hampir saja mele
Baca selengkapnya

Wanita Penggoda

Pagi hari, Sanders menyempatkan diri menengok Faleesha. Dia masih tertidur pulas dengan mata sembab. Wajahnya sangat manis dan teduh. Membuat siapa pun yang memandangnya akan jatuh cinta. Usianya juga masih sangat belia, tiba-tiba saja, ada desir aneh dalam dadanya setiap kali bersitatap. “Tuan, mobil anda sudah siap,” ujar Nick mengingatkan. “Ya, aku segera berangkat.” Sanders melangkah keluar dan menatap sekilas wajah Faleesha. “Apa mungkin aku terlalu keras padamu?” batin dia. Pria itu bergerak menuju mobil pribadi. Dia harus ke perusahaan pagi-pagi sekali. Ponselnya masih terus berdering. Tetap saja nama wanita itu yang tertera. Sanders terpaksa menjawab panggilan karena berisik. “Apa kau tidak punya kerjaan selain menggangguku?” “Sanders…,” lirih wanita tersebut merayu. “Aku hanya ingin memberimu hadiah. Apa kamu tidak merindukanku setelah lama kita tidak ketemu, hm?” Sanders menghela napas berat. Wanita satu ini tidak pantang menyerah. Dia terus nempel padanya s
Baca selengkapnya

Kekhawatiran Eric

“Apa masalahmu, Sans. Hingga wanita secantik itu kau abaikan?” pria itu masuk tanpa permisi. Dia lekas menarik salah satu kursi dan mendaratkan pantatnya dengan nyaman. “Tidak perlu ikut campur. Katakan maksud kedatanganmu kemari, Yandra.” Sanders malas basa-basi. Yandra Birama. Seorang pria bertangan dingin. Sama seperti Sanders. Namun, dibalik itu semua, dia selalu dengki terhadap pencapaian Sanders. Dia adalah rivals yang menduplikat semua strategi pemasaran Sanders. “Wah, tenanglah, bung. Aku hanya ingin say hello kemari.” Yandra sangat pandai bersikap manis. “Aku tidak percaya, kau kemari pasti ada maunya.”Sanders menatapnya lekat. Yandra pun terbahak-bahak mendengar hal itu. Benar sekali tebakan pria dingin itu. “Tidak, Bung. Kali ini aku hanya ingin bersantai denganmu,” sahutnya. Pria berambut klimis itu membenarkan posisi duduknya. Tangannya terulur ke bawah meja. Seperti melakukan sesuatu yang bersifat rahasia. “Kalau begitu, minumlah ini.” Sanders memberika
Baca selengkapnya

Ide Gila

Faleesha merasa bosan sepanjang hari berdiam diri dalam mansion. Sanders semakin mengeratkan penjagaan. Bahkan untuk berjalan-jalan ke taman sekitar mansion saja dia dikawal. Tinggal di mansion mewah tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Dia justru merasa tertekan walaupun semua kebutuhan terpenuhi. Faleesha sengaja tidak bermain ponsel seperti biasa. Dia menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku sejarah dan peradaban dunia yang dia bawa dari rumah. Sesekali mencari literatur untuk mata kuliahnya. Karena jika Eric tahu dia sedang online, pria itu akan terus mencecarnya. “Eric, jangan kamu pikir aku tidak tersiksa. Aku juga ingin bertemu denganmu setiap hari seperti dulu,” gumamnya. Gadis itu kembali masuk ke dalam kamar. Tidak sengaja melihat layar ponselnya berkedip-kedip menandakan ada pesan masuk. WhatsApp dari Eric lagi. Eric : hatiku tertusuk sembilu, setiap hari terbayang wajahmu nan sendu. Kapan kita bersua kembali? Terpekur meratapi rindu yang menggebu. Faleesha
Baca selengkapnya

Sanders Yang Menyebalkan dan Ervina Yang Licik

Faleesha mengencangkan jemarinya pada belati, namun cekalan Sanders lebih kuat darinya. Dengan sekali hentak Sanders mampu melepas genggaman Faleesha. Pria itu menatapnya tajam. Setajam tatapan elang. “Jangan macam-macam denganku, atau belati ini bisa menyakitimu-” Ucapan Sanders penuh penekanan. Suaranya serak menahan gairah yang tertunda. Faleesha semakin ciut. Tindakannya berujung petaka pada dirisendiri. Gadis itu memasang tampang garang. Dia tidak boleh terlihat takut. Sanders akan semakin mengintimidasinya. “Aku tidak peduli. Nggak ada gunanya aku hidup kalau cuma jadi pelampiasanmu saja.” Faleesha bersuara lantang. Bukan. Bukan pelampiasan, lebih tepatnya tawanan. Mendengar hal itu, Sanders menarik kedua tangan Faleesha. Mengarahkannya ke atas kepala hingga kedua ketiaknya terbuka lebar. Sangat mulus, bersih tanpa bulu. Sanders sampai heran. Apa gadis ini rajin perawatan? Tidak ada cacat setitik pun di tubuhnya. “Lepaskan!” Faleesha berontak. Sanders menghentak
Baca selengkapnya

Modus Sanders

Setelah pertikaiannya dengan Sanders, Faleesha lebih banyak diam. Apa yang dia ucapkan juga tindakannya, sedikit banyak berpengaruh pada mood Sanders. Dia sangat menyayangkan, pria yang punya segalanya seperti Sanders justru mengganggu hidupnya. Padahal dia hanyalah gadis belia yang tidak ada apa-apanya dibanding wanita karir di luar sana. Dalam rasa putus asa yang mendera, tiba-tiba kepala pelayan masuk membawa beberapa pakaian formal. Faleesha tak bergeming. Dia hanya melirik sekilas tanpa rasa ingin tahu. “Nona, apakah anda tidur?” tanya Beatrice. “Tidak,” jawab Faleesha malas. “Tuan Sanders menyuruh anda untuk bersiap,” jelasnya. “Bersiap untuk apa? Dia tidak mengizinkanku kemana-mana.” Faleesha merasa heran dengan keterangan pelayan itu. “Tuan baru saja memberitahu saya, mulai hari ini anda akan bekerja di perusahaan Tuan Sanders-”“Supaya anda bisa lebih leluasa bergerak, dan Tuan Sanders bisa mengawasi anda,” papar Beatrice. Netra Faleesha membulat sempurna. Memuk
Baca selengkapnya

Bertemu Rivals?

Pertama kali Faleesha datang ke perusahaan Sanders dia terkejut bukan main. Gedung miliknya berdiri di atas tanah yang luasnya satu hektar lebih. Belum lagi gedung-gedung yang menjulang tinggi hingga lantai tiga belas. Faleesha memang anak orang kaya, tetapi perusahaan papanya masih terbilang sama pada umumnya perusahaan. “Apa yang kau tunggu? Kenapa tidak turun?” Sanders mengejutkannya saat Faleesha tak bergeming. Dia masih anteng di mobil. “Anda yakin saya harus bekerja di sini, apa ada anak magang sepertiku nanti?” Faleesha mulai ragu. “Sepertinya kau sudah lupa tujuanmu kemari, biar aku ingatkan. Bukankah kau ingin segera pulang dan bertemu papamu?” Sanders tak mau Faleesha goyah. Bisa gagal rencananya. Faleesha mengangguk pasti. Dia menguatkan tekad, semua orang pasti juga bermula dari belajar. Gadis itu turun dan berjalan di samping Sanders. “Aku tidak akan lupa. Papa adalah orang yang paling penting dalam hidupku. Aku harus menjaganya,” gumamnya. Sanders hanya te
Baca selengkapnya

Teman Baru

“Karena kau sudah lancang mendekati Sanders-ku,” pungkas Jinny.Wanita itu memberi kode pada temannya untuk membuka kancing baju Faleesha. “Tidak, jangan!” Faleesha saat salah seorang mulai menarik paksa kancing bagian atas bajunya. Belum sampai niat Jinny mempermalukan Faleesha terlaksana … Brak!Pintu kamar mandi terdorong dengan keras hingga terbuka. “Ada apa ini?” Seorang wanita seumuran dengan Jinny terkejut mendapati Faleesha … Sedang dirudapaksa oleh dua orang karyawan dan Jinny merekam videonya. Kebetulan dia sedang ke pantry dan mendengar teriakan. “Jangan ikut campur, Anabel. Pergilah!” usir Jinny. “Baik, aku akan pergi, tapi perlu kau tahu, sepertinya Direktur sebentar lagi akan ke pantry.”Wanita itu tampak berucap santai. “Sebaiknya segera kau sudahi kekacauan ini sebelum membuatnya marah-”“Kau tahu sendiri ‘kan, Direktur tidak suka keributan di tempat kerjanya.” Anabel memperingatkan dengan mimik tenang. Jinny berdecak kesal. Dia mengkode Friska dan Yun
Baca selengkapnya

Dendam Jinny

Sanders melangkah cepat menyusul Faleesha. Tidak ingin gadis itu terlampau salah paham. Walaupun sebenarnya dia tidak perlu menjelaskan. Bukankah Faleesha tidak peduli?“Faleesha!” Sanders meraih pergelangan tangannya. Tampak acuh dan kesal, raut wajah gadis itu ditekuk sempurna. “Lebih baik anda menjauhi saya selama di tempat kerja.” Ucapannya dingin dan menusuk. Sanders bisa merasakan kemarahannya. “Dari pada saya kena sial gara-gara dekat dengan direktur,” ucapnya. Sanders beranjak mendekatinya, namun Faleesha berangsur mundur. “Jangan dengarkan dia. Jinny itu hanya-”“Berhenti berbohong! Anda jangan egois. Tidak semua wanita harus menuruti kemauanmu.” Tatapan Faleesha masih saja nyalang. Sanders terpaku melihatnya. Dia paham begitu tertekannya Faleesha. Ini hari pertamanya. Namun, sudah mendapat rundungan. “Tolong…” lirihnya. “Jauhi saya, Direktur. Saya hanya ingin bekerja. Jangan libatkan saya dalam masalah anda!” Setelah mengatakan hal itu, Faleesha berbalik dan kem
Baca selengkapnya

Kau Harus Tanggung Jawab

Faleesha sengaja pulang sendiri tanpa menunggu Sanders. Dia sedang ingin menjauh. Kesal sekali hari pertama kerja sudah kena sial. Sedang menunggu ojek online pesanannya, tiba-tiba sebuah mobil mendekat. Faleesha mendengus kesal. “Masuk,” titah Sanders. “Kenapa dia datang di waktu yang tidak tepat,” batin Faleesha. Gadis itu sedang kesal dan tidak ingin berdebat. “Baiklah,” jawabnya malas. Dia hendak membuka pintu belakang mobil namun, Sanders mencegahnya. “Duduk depan!” titahnya lagi. Faleesha hanya berdecak. Akhirnya dia menuruti, karena sedang benar-benar malas ribut. Pria itu membawa mobil yang sedikit agak rendah, membuat kepala Faleesha terbentur hingga dia kehilangan keseimbangan. Tubuhnya terhuyung, sontak saja mencari pegangan dengan asal. Tanpa sengaja, Faleesha menyentuh bagian sensitif Sanders. Tanpa aba-aba, junior miliknya langsung tegak berdiri. “Maaf,” lirih gadis itu menarik tangannya dengan cekatan. “Aduh, sial sekali,” batinnya. Sedangkan Sanders me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status