Semua Bab Hasrat Membara Mr. Devil: Bab 11 - Bab 20

87 Bab

Menaklukkan Faleesha

Faleesha terhenyak saat Sanders melempar tubuhnya ke atas ranjang. Sontak dia beringsut mundur menjauhi pria itu. “Kau ini berat sekali,” gerutu Sanders. Walaupun ranjang miliknya empuk, tetap saja Faleesha merasakan sakit karena anggota tubuhnya ada yang terkilir. Tiba-tiba Sanders meju mendekati Faleesha, membuat hawa mencekam melingkupi gadis itu.“An-anda mau apa?” suaranya tertahan di tenggorokan. Seringai iblis pun terbit di wajah Sanders sembari menatap lekat tubuh mungil yang tampak gemetar itu.“Hei, kenapa kau setakut ini.” Diusapnya wajah Faleesha dengan lembut. Tapi, tatapan netranya tidak bisa berbohong. Ada kemarahan yang terpendam di sana. Faleesha melihat gairah di mata Sanders, sehingga dia buru-buru merapatkan tubuhnya ke sandaran ranjang. “Kau tanya aku ingin berbuat apa?” tanya Sanders.“Rupanya kamu belum puas bermain-main denganku, Honey.” Senyuman licik kembali tersungging di bibirnya. Faleesha beringsut mundur. “Maafkan aku, aku hanya ingin meliha
Baca selengkapnya

Izin Pulang

“Nona, saya membawakan obat untuk anda.” Kepala pelayan masuk membawa nampan berisi obat tradisional. “Obat apa?” sela Faleesha datar. “Untuk kaki anda, ini ramuan tradisional, tapi sangat ampuh untuk meredakan sakitnya kaki anda,” jawabnya. Beatrice masih menunggu diambang pintu. Faleesha menghela napas panjang. “Masuklah.” Dia masuk dan meletakkan nampan itu ke meja nakas. “Anda harus selonjor dulu supaya saya bisa memijitnya.” Faleesha mengikuti perkataan Beatrice. Paruh baya ini tampak cakap dan berpengalaman dalam segala hal. “Apa Sanders mengatakan padamu jika aku terjatuh?” tanya Faleesha.Beatrice menggeleng. “Tuan hanya bilang, kaki anda terkilir, saya harus lekas mengobati,” jawabnya. “Nona, apa pun yang sedang coba anda lakukan, lebih baik anda pikir ulang-”“Maaf bukannya lancang, tapi pikirkan keselamatan anda. Satu atau dua kali, mungkin Tuan masih bisa menahan amarahnya, tapi-”“Tapi apa?” tanya Faleesha. “Tapi kalau sudah berulang kali, Saya takut Tuan akan
Baca selengkapnya

Di Rumah Papa

“Tuan Sanders memintaku untuk mengikutimu hingga ke dalam rumah sekalipun,” ujar Emily. Dia seumuran dengan Faleesha. Namun, caranya bersikap sudah seperti orang dewasa. Sesuai dengan arahan Sanders. Pria itu memberi dua pengawal yang menemani Faleesha. “Kalau kamu ikut, bagaimana cara menjelaskannya pada Papa?” protesnya. “Papaku orangnya curigaan, kalau dia semakin marah gimana?” Faleesha tak mau privasinya diketahui orang lain. “Terserah kau. Yang penting aku ikut, aku malas berduaan dengan dia di sini,” jawab Emily sekenanya. “Dia?” ulang Faleesha. Emily mengarahkan dagunya ke arah Nick yang terlihat santai-santai saja. “Oh, kamu tidak mau berduaan saja dengan Nick di dalam mobil?” lanjut Faleesha. Sedangkan Nick tetap memasang tampang cool. Pria berusia 26 tahun yang ditugaskan untuk mengawasi Faleesha sekaligus menjadi pengintainya. Rata-rata pria yang bekerja pada Sanders adalah pria yang terlatih bela diri. “Ck, aku juga malas semobil dengan wanita tomboi seperti
Baca selengkapnya

Melepas Rindu

Ervina terkejut dengan kemunculan Fahaz. Tidak menyangka suaminya itu masih terjaga.“Sayang.” Ibu tiri Faleesha terlihat gelagapan. “Papa, Faleesha di sini.”Gadis itu mendekat dengan tubuh gemetar. Tangisnya tak terbendung. Ingin menumpahkan segala keluh kesah. Faleesha segera menghambur ke pelukan sang ayah. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang begitu dia rindukan. Sang ayah memeluk putrinya dengan hangat. Sedangkan ibu dan saudara tirinya mulai cemas. “Kemana saja kamu, Sayang? Kenapa pergi tidak bilang? Papa cemas sekali,” ucap sang ayah terbata. Angela berbisik di kejauhan. “Ck, percuma aja, Mi. Kita ngompori Papa sampai mulut berbusa, dia tetap saja sayang sama Faleesha.” “Memang si Faleesha itu pembawa sial. Jangan biarkan mereka semakin dekat.” Ervina mendengus kesal. Sedangkan Faleesha bingung menjawabnya, dia harus menjaga perasaan Papanya agar tidak drop lagi. “Maafin Faleesha, Pa. Aku nggak pernah pergi jauh dari Papa, ada kerjaan yang harus aku selesaikan
Baca selengkapnya

Meyakinkan Papa

“Apa yang ingin kamu bicarakan, Sayang?” tanya Fahaz pada putrinya. Netranya mengawasi halaman depan. Gadis itu berjalan menuju ke arah pintu. Menguncinya agar tidak ada yang menguping. Dia yakin sekali, ibu dan saudara tirinya mengawasi gerak geriknya. Dibelakangnya, mereka bertindak seperti musuh. “Pa, aku mau minta izin ke Papa, untuk tinggal sementara di rumah Emily.” Wajah Fahaz seketika berubah muram. “Kenapa? Apa kamu tidak betah tinggal di sini? Apa karena Papa terlalu mengekang kamu?” Faleesha menggeleng pelan. “Tidak, Pa. Bukan itu. Aku hanya butuh tempat untuk diriku sendiri-”“Papa tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, Papa tidak tahu bagaimana sulitnya Faleesha menerima keluarga ini sejak dulu.” Gadis itu menghela napas panjang.“Aku mohon, Papa jangan salah paham. Aku hanya ingin jujur tanpa menyakiti siapa pun.”Faleesha berusaha memberi pengertian. “Mami Ervina memang baik, Angela juga baik, tapi aku masih belum selesai dengan diriku sendiri, luka yang memb
Baca selengkapnya

Dikejar Orang Tak Dikenal

Keesokan harinya…Faleesha berpamitan pada ayahnya. Dia berjanji akan menjenguk Fahaz dua hari sekali asalkan diizinkan tinggal bersama Emily. Sebelum pergi, Faleesha juga berpesan pada pembantunya agar menghubunginya diam-diam jika sesuatu terjadi pada ayahnya. Atau gerak gerik ibu dan saudara tirinya mencurigakan. Takutnya mereka membuat masalah setelah kedatangannya. “Mi, gimana orang-orang Mami? sudah disiagakan belum? Si anak kesayangan itu harus kita beri pelajaran,” bisik Angela. Mereka sudah mengatur strategi untuk melukai Faleesha. “Sst, jangan keras-keras, nanti Papamu dengar, Mami yang kena.” Ervina melekatkan jari telunjuk ke bibirnya sendiri. “Mami curiga, apa jangan-jangan Tuan Sanders juga dibohongi oleh Faleesha-”“Sampai dia mudah sekali mengizinkan gadis pembawa sial itu keluar,.” Ervina tampak gelisah. Seharusnya Faleesha- tetap hidup dalam kurungan mansion mewah itu. Dia yakin, Sanders tidak memperlakukannya dengan baik. “Nah ‘kan, Mi. Apa kataku!” se
Baca selengkapnya

Jangan Tuduh Aku Menghindarimu

Faleesha berjalan menghampiri Eric yang sudah menunggunya sejak tadi.Seperti biasa, kekasihnya itu selalu kelihatan segar dan tampan. “Kau antusias sekali ya bertemu dia sampai setengah berlari seperti ini?” tanya Emily.Pasalnya Faleesha berjalan tergopoh-gopoh seperti dikejar waktu. “Aku sudah lama tidak bertemu dengannya,” balas Faleesha. Langkahnya semakin cepat. Emily hanya menggeleng pasrah. Dalam kamus hidupnya memang tidak ada yang namanya cinta. Dia tidak pernah merasakan tertarik pada seorang pria. “Aku mohon, kau mengantarku sampai sini saja supaya Eric tidak curiga.”Faleesha menelangkupkan tangannya ke dada, sebagai permohonan. Emily menghela napas panjang. “Baiklah.”Merepotkan musuh orang yang sedang jatuh cinta. Faleesha semakin mendekat dan menepuk bahu pria itu perlahan. Eric serta Merta menoleh dan tersenyum lebar, kemudian memeluk Faleesha erat. “Sayang, aku rindu sekali,” ucapnya. Faleesha berusaha tegar. Padahal selama ini hanya kepada pria inilah t
Baca selengkapnya

Jerat Mr. Devil

“Seharusnya kita sudah sampai di mansion sekarang,” ujar Emily cemas. Setelah bertemu dengan Eric, Faleesha dan rombongan bergegas pulang. “Yang penting 'kan sekarang sudah perjalanan pulang,” balas Faleesha. “Tuan Sanders menghubungi Nick, kedengarannya marah besar.” Emily mulai cemas. “Benarkah? Kenapa kau tidak beritahu aku tadi?” Faleesha ikut gelisah. “Kata kamu aku tidak boleh mendekat, kan? Nomormu saja aku tidak tahu.” Faleesha menepuk keningnya perlahan. “Maaf aku lupa memberi tahu.” “Tidak apa-apa, Nona. Bukan salah anda.” Nick menimpali. “Saya sudah katakan pada Tuan, kita segera pulang.”“Paling juga kita dihukum seperti biasanya,” timpal Emily dengan enteng. “Hukuman apa?” tanya Faleesha. Dia heran, kenapa Sanders hobi sekali menghukum bawahannya. “Yah, palingan hukuman-”“Sudah cukup, Emily. Berhenti menakut-nakuti Nona Faleesha,” sela Nick. Pria itu kelihatan simpati pada Faleesha sejak awal. “Aku tidak menakut-nakutinya. Memang sudah konsekuensi kita,
Baca selengkapnya

Rencana Baru

Seperginya Faleesha…Fahaz merasa hatinya semakin hampa. Masih berbekas kerinduan pada putri tercintanya. Dia tidak pernah merasa rumah seperti tempat kosong yang terbengkalai. Mungkin seperti inilah perasaan Faleesha saat Fahaz mengusir ibunya dari rumah dua belas tahun yang lalu. Pria paruh baya itu masih menyembunyikan kejadian yang sebenarnya. Dia memijit pelipisnya, pusing mulai mendera. Kira-kira apa yang membuat Faleesha memutuskan untuk tinggal di rumah temannya? “Sayang.”Rupanya Ervina telah berdiri di belakangnya. “Kok belum tidur sih, ini sudah malam lo,” lanjut dia. Fahaz menampik tangan istrinya yang berada di pundak. Tentu saja hal itu mengejutkan Ervina. Tidak biasanya suaminya bersikap seperti ini. “Aku kepikiran Faleesha.”Fahaz masih menatap jalanan kosong. “Em, jadi itu yang buat kamu nggak bisa tidur? Aku juga menyayangkan sikap Faleesha, tapi-”“Kita nggak bisa melarang dia, Sayang.” Wanita itu kembali memainkan perannya. Pura-pura peduli. Fahaz b
Baca selengkapnya

Meracuni Sanders

Faleesha mondar mandir di dalam kamarnya. Harus ada jalan supaya dia bisa keluar dari sini, gagal tidak membuatnya berkecil hati. Ingin rasanya Faleesha menampar wajah Angela karena dia hidupnya semakin rumit. “Sudah saatnya kamu mendapat balasan, Sanders,” batin Faleesha. Rupanya dia masih menyimpan kebencian karena gagal kabur. Gadis itu meraih suitcase miliknya. Dia membuka kotak obat yang dibawanya. “Nah, ini dia!” Faleesha mengeluarkan serbuk dalam botol kecil. Dia dapatkan dari salah satu temannya. Sepertinya obat ini akan berguna. Kemudian melangkah menuju dapur. Dilihatnya Beatrice sedang mengkoordinir para maid yang ada di dapur untuk menyiapkan makanan. “Nona, kenapa anda kemari? Anda bisa panggil saya sewaktu-waktu kalau perlu apa-apa.”Sanders tidak mengizinkan Faleesha membantu di dapur. “Tidak apa-apa, aku hanya bosan di kamar terus.” Falisha menekuk wajahnya. “Baiklah, silahkan duduk, Nona. Ada yang ingin anda makan?” tawar pelayan itu. “Tidak, aku masih
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status