Share

Melepas Rindu

Penulis: Ummah Rafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-17 18:58:42

Ervina terkejut dengan kemunculan Fahaz. Tidak menyangka suaminya itu masih terjaga.

“Sayang.”

Ibu tiri Faleesha terlihat gelagapan.

“Papa, Faleesha di sini.”

Gadis itu mendekat dengan tubuh gemetar.

Tangisnya tak terbendung. Ingin menumpahkan segala keluh kesah.

Faleesha segera menghambur ke pelukan sang ayah. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang begitu dia rindukan.

Sang ayah memeluk putrinya dengan hangat.

Sedangkan ibu dan saudara tirinya mulai cemas.

“Kemana saja kamu, Sayang? Kenapa pergi tidak bilang? Papa cemas sekali,” ucap sang ayah terbata.

Angela berbisik di kejauhan.

“Ck, percuma aja, Mi. Kita ngompori Papa sampai mulut berbusa, dia tetap saja sayang sama Faleesha.”

“Memang si Faleesha itu pembawa sial. Jangan biarkan mereka semakin dekat.”

Ervina mendengus kesal.

Sedangkan Faleesha bingung menjawabnya, dia harus menjaga perasaan Papanya agar tidak drop lagi.

“Maafin Faleesha, Pa. Aku nggak pernah pergi jauh dari Papa, ada kerjaan yang harus aku selesaikan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Meyakinkan Papa

    “Apa yang ingin kamu bicarakan, Sayang?” tanya Fahaz pada putrinya. Netranya mengawasi halaman depan. Gadis itu berjalan menuju ke arah pintu. Menguncinya agar tidak ada yang menguping. Dia yakin sekali, ibu dan saudara tirinya mengawasi gerak geriknya. Dibelakangnya, mereka bertindak seperti musuh. “Pa, aku mau minta izin ke Papa, untuk tinggal sementara di rumah Emily.” Wajah Fahaz seketika berubah muram. “Kenapa? Apa kamu tidak betah tinggal di sini? Apa karena Papa terlalu mengekang kamu?” Faleesha menggeleng pelan. “Tidak, Pa. Bukan itu. Aku hanya butuh tempat untuk diriku sendiri-”“Papa tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, Papa tidak tahu bagaimana sulitnya Faleesha menerima keluarga ini sejak dulu.” Gadis itu menghela napas panjang.“Aku mohon, Papa jangan salah paham. Aku hanya ingin jujur tanpa menyakiti siapa pun.”Faleesha berusaha memberi pengertian. “Mami Ervina memang baik, Angela juga baik, tapi aku masih belum selesai dengan diriku sendiri, luka yang memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Hasrat Membara Mr. Devil   Dikejar Orang Tak Dikenal

    Keesokan harinya…Faleesha berpamitan pada ayahnya. Dia berjanji akan menjenguk Fahaz dua hari sekali asalkan diizinkan tinggal bersama Emily. Sebelum pergi, Faleesha juga berpesan pada pembantunya agar menghubunginya diam-diam jika sesuatu terjadi pada ayahnya. Atau gerak gerik ibu dan saudara tirinya mencurigakan. Takutnya mereka membuat masalah setelah kedatangannya. “Mi, gimana orang-orang Mami? sudah disiagakan belum? Si anak kesayangan itu harus kita beri pelajaran,” bisik Angela. Mereka sudah mengatur strategi untuk melukai Faleesha. “Sst, jangan keras-keras, nanti Papamu dengar, Mami yang kena.” Ervina melekatkan jari telunjuk ke bibirnya sendiri. “Mami curiga, apa jangan-jangan Tuan Sanders juga dibohongi oleh Faleesha-”“Sampai dia mudah sekali mengizinkan gadis pembawa sial itu keluar,.” Ervina tampak gelisah. Seharusnya Faleesha- tetap hidup dalam kurungan mansion mewah itu. Dia yakin, Sanders tidak memperlakukannya dengan baik. “Nah ‘kan, Mi. Apa kataku!” se

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Hasrat Membara Mr. Devil   Jangan Tuduh Aku Menghindarimu

    Faleesha berjalan menghampiri Eric yang sudah menunggunya sejak tadi.Seperti biasa, kekasihnya itu selalu kelihatan segar dan tampan. “Kau antusias sekali ya bertemu dia sampai setengah berlari seperti ini?” tanya Emily.Pasalnya Faleesha berjalan tergopoh-gopoh seperti dikejar waktu. “Aku sudah lama tidak bertemu dengannya,” balas Faleesha. Langkahnya semakin cepat. Emily hanya menggeleng pasrah. Dalam kamus hidupnya memang tidak ada yang namanya cinta. Dia tidak pernah merasakan tertarik pada seorang pria. “Aku mohon, kau mengantarku sampai sini saja supaya Eric tidak curiga.”Faleesha menelangkupkan tangannya ke dada, sebagai permohonan. Emily menghela napas panjang. “Baiklah.”Merepotkan musuh orang yang sedang jatuh cinta. Faleesha semakin mendekat dan menepuk bahu pria itu perlahan. Eric serta Merta menoleh dan tersenyum lebar, kemudian memeluk Faleesha erat. “Sayang, aku rindu sekali,” ucapnya. Faleesha berusaha tegar. Padahal selama ini hanya kepada pria inilah t

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Hasrat Membara Mr. Devil   Jerat Mr. Devil

    “Seharusnya kita sudah sampai di mansion sekarang,” ujar Emily cemas. Setelah bertemu dengan Eric, Faleesha dan rombongan bergegas pulang. “Yang penting 'kan sekarang sudah perjalanan pulang,” balas Faleesha. “Tuan Sanders menghubungi Nick, kedengarannya marah besar.” Emily mulai cemas. “Benarkah? Kenapa kau tidak beritahu aku tadi?” Faleesha ikut gelisah. “Kata kamu aku tidak boleh mendekat, kan? Nomormu saja aku tidak tahu.” Faleesha menepuk keningnya perlahan. “Maaf aku lupa memberi tahu.” “Tidak apa-apa, Nona. Bukan salah anda.” Nick menimpali. “Saya sudah katakan pada Tuan, kita segera pulang.”“Paling juga kita dihukum seperti biasanya,” timpal Emily dengan enteng. “Hukuman apa?” tanya Faleesha. Dia heran, kenapa Sanders hobi sekali menghukum bawahannya. “Yah, palingan hukuman-”“Sudah cukup, Emily. Berhenti menakut-nakuti Nona Faleesha,” sela Nick. Pria itu kelihatan simpati pada Faleesha sejak awal. “Aku tidak menakut-nakutinya. Memang sudah konsekuensi kita,

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rencana Baru

    Seperginya Faleesha…Fahaz merasa hatinya semakin hampa. Masih berbekas kerinduan pada putri tercintanya. Dia tidak pernah merasa rumah seperti tempat kosong yang terbengkalai. Mungkin seperti inilah perasaan Faleesha saat Fahaz mengusir ibunya dari rumah dua belas tahun yang lalu. Pria paruh baya itu masih menyembunyikan kejadian yang sebenarnya. Dia memijit pelipisnya, pusing mulai mendera. Kira-kira apa yang membuat Faleesha memutuskan untuk tinggal di rumah temannya? “Sayang.”Rupanya Ervina telah berdiri di belakangnya. “Kok belum tidur sih, ini sudah malam lo,” lanjut dia. Fahaz menampik tangan istrinya yang berada di pundak. Tentu saja hal itu mengejutkan Ervina. Tidak biasanya suaminya bersikap seperti ini. “Aku kepikiran Faleesha.”Fahaz masih menatap jalanan kosong. “Em, jadi itu yang buat kamu nggak bisa tidur? Aku juga menyayangkan sikap Faleesha, tapi-”“Kita nggak bisa melarang dia, Sayang.” Wanita itu kembali memainkan perannya. Pura-pura peduli. Fahaz b

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Hasrat Membara Mr. Devil   Meracuni Sanders

    Faleesha mondar mandir di dalam kamarnya. Harus ada jalan supaya dia bisa keluar dari sini, gagal tidak membuatnya berkecil hati. Ingin rasanya Faleesha menampar wajah Angela karena dia hidupnya semakin rumit. “Sudah saatnya kamu mendapat balasan, Sanders,” batin Faleesha. Rupanya dia masih menyimpan kebencian karena gagal kabur. Gadis itu meraih suitcase miliknya. Dia membuka kotak obat yang dibawanya. “Nah, ini dia!” Faleesha mengeluarkan serbuk dalam botol kecil. Dia dapatkan dari salah satu temannya. Sepertinya obat ini akan berguna. Kemudian melangkah menuju dapur. Dilihatnya Beatrice sedang mengkoordinir para maid yang ada di dapur untuk menyiapkan makanan. “Nona, kenapa anda kemari? Anda bisa panggil saya sewaktu-waktu kalau perlu apa-apa.”Sanders tidak mengizinkan Faleesha membantu di dapur. “Tidak apa-apa, aku hanya bosan di kamar terus.” Falisha menekuk wajahnya. “Baiklah, silahkan duduk, Nona. Ada yang ingin anda makan?” tawar pelayan itu. “Tidak, aku masih

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Hasrat Membara Mr. Devil   Bukan Kelinci Percobaan

    “Aku bukan kelinci percobaan!” jerit Faleesha kesal. Dia meronta. Namun, selalu saja tidak berhasil. “Jangan mengurungku terus menerus.” Gadis itu terduduk lemas begitu Sanders melepas genggamannya. “Sudah kukatakan berapa kali, hah?” Sanders menarik wajah Faleesha mendekat padanya. Lagi-lagi, pria itu mempermainkan ketakutannya. Seolah ingin mengintimidasi.Namun tidak ada kekerasan sama sekali. Hembusan napas kasar terdengar jelas dan menerpa daun telinga Faleesha. “Kamu tidak akan bisa keluar dari sini tanpa izin dariku,” lanjut Sanders. Wajahnya tersenyum penuh kemenangan. Setelah mengatakan hal itu, Sanders pun meninggalkannya. “Dasar, pria gila,” rutuk Faleesha. Merasakan kekesalannya sudah memuncak. Sudah tak ada bedanya dia dengan tawanan. Faleesha mengambil ponselnya, mengalihkannya ke mode silent. Tiba-tiba, nama Amber muncul di benda pipih yang dia pegang. Sahabatnya itu melakukan panggilan. Gegas dia menjawabnya. “Halo,” sapanya.Tangisnya hampir saja mele

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Hasrat Membara Mr. Devil   Wanita Penggoda

    Pagi hari, Sanders menyempatkan diri menengok Faleesha. Dia masih tertidur pulas dengan mata sembab. Wajahnya sangat manis dan teduh. Membuat siapa pun yang memandangnya akan jatuh cinta. Usianya juga masih sangat belia, tiba-tiba saja, ada desir aneh dalam dadanya setiap kali bersitatap. “Tuan, mobil anda sudah siap,” ujar Nick mengingatkan. “Ya, aku segera berangkat.” Sanders melangkah keluar dan menatap sekilas wajah Faleesha. “Apa mungkin aku terlalu keras padamu?” batin dia. Pria itu bergerak menuju mobil pribadi. Dia harus ke perusahaan pagi-pagi sekali. Ponselnya masih terus berdering. Tetap saja nama wanita itu yang tertera. Sanders terpaksa menjawab panggilan karena berisik. “Apa kau tidak punya kerjaan selain menggangguku?” “Sanders…,” lirih wanita tersebut merayu. “Aku hanya ingin memberimu hadiah. Apa kamu tidak merindukanku setelah lama kita tidak ketemu, hm?” Sanders menghela napas berat. Wanita satu ini tidak pantang menyerah. Dia terus nempel padanya s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19

Bab terbaru

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kabar Bahagia (End)

    Sanders menghentikan gerakannya. Dia menatap wajah Faleesha yang sedikit pucat. “Apa kau sakit? Kenapa tidak bilang?” tanya pria itu. Faleesha hanya menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, akhir-akhir ini tubuhku lemas sekali. Aku juga mual kalau mencium baumu.” Sanders seketika mengernyit. “Maksudmu aku bau?” Dia pun mengendus-endus tubuhnya sendiri. Merasai tidak ada yang salah dengan badannya. “Entahlah, aku tidak tau. Kenapa rasanya aku mual jika dekat denganmu,” balas Faleesha. Tetiba gadis itu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi dalam perutnya. Sanders mengikuti dan memijat tengkuk belakangnya. “Istirahatlah, aku panggilkan dokter,” titah Sanders. Faleesha hanya mengangguk lemah. Dia berjalan sembari memeluk pinggang sang suami. Walaupun mual dekat Sanders, tapi Faleesha tiba-tiba ingin sekali bermanja-manja dengannya. “Ck, katamu aku bau,” sungut Sanders merengkuh tubuh mungil istrinya. Tiba-tiba saja, Faleesha ambruk. Beruntung Sanders segera menangkapnya. “

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kesedihan Jinny

    Sesampainya di rumah sakit, Sanders segera memeluk Faleesha erat. Menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam. “Sialan, kau membuatku sangat khawatir,” rutuknya. Pria itu mengecup lembut bibir Faleesha sampai tidak menyadari Meera menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. “Sst, kamu bisa tidak cium aku nanti aja. Itu Mama lagi sedih,” balas Faleesha berbisik. Sanders langsung terkesiap. Dia baru sadar jika ibu mertuanya berada tak jauh dari Faleesha. “Mama,” sapanya. Meera tersenyum sendu. “Tidak apa-apa, aku pernah merasakan seperti kalian. Masa pengantin baru, yang sulit berjauhan.” Sejurus kemudian tatapannya mengarah ke ruang Fahaz dirawat. “Bagaimana kondisi papa mertuamu?” tanya Meera. “Tidak ada luka yang parah, Ma. Dokter sudah menanganinya. Tetapi karena benturan yang cukup keras, Papa belum sadar hingga sekarang,” terang Sanders. “Baiklah, kalian bisa pulang. Aku yang akan menjaga Fahaz,” sela Meera. “Kita obati dulu tangan Mama,” jawab Faleesha. Meera baru s

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Ervina dan Angela Tertangkap

    “Aku yang seharusnya bicara seperti itu, Ervina. Kau datang kemari tidak membawa apa-apa, pergi juga harusnya tidak membawa apa pun,” tegas Meera tak takut. Dia pun lekas memanggil Wira agar membawa Yooshi ke rumah sakit terlebih dahulu. Pria berkaca mata itu datang tergopoh-gopoh dan terkejut melihat darah yang mengalir dari kepala bagian belakang. Sebenarnya, Wira sedikit mencemaskan keadaan Meera tetapi majikannya itu meyakinkannya agar dia berangkat terlebih dahulu. Meera akan menyusulnya nanti. Setelah Wira menghilang dengan membopong tubuh Yooshi. Ervina semakin menyeringai. “Tamat riwayatmu sekarang.” Ervina bergerak cepat mengeluarkan pisau dari balik saku bajunya yang sudah dia sembunyikan dan menyerang Meera. Meera terkejut melihat wanita yang pernah menjadi sahabatnya itu hendak menghunusnya. Dia langsung menahan pisau itu dengan tangannya. Meera meringis kesakitan saat benda tajam itu merobek telapak tangannya. Darah yang mengucur tidak dia hiraukan. Yang terpenti

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Mari Kita Akhiri

    Secepat kilat mobil Sanders melaju di perjalanan. Dia tidak menghubungi Faleesha terlebih dahulu karena takut sang istri panik. Sesampainya di rumah sakit, Fahaz langsung dibawa ke UGD, beruntung lukanya tidak parah. Hanya benturan kecil yang membuatnya syok hingga pingsan. Dia juga tidak harus dioperasi. Hanya perlu penanganan intensif. Tetapi rahang Sanders sudah mengeras. Pertanda dia benar-benar marah kali ini. “Nick,” panggilnya. “Ya, Tuan,” jawab Nick. “Segera hubungi polisi, dan laporkan kejadian barusan, juga serahkan semua bukti yang memberatkan mereka yang kita dapatkan sebelumnya-” Sanders menjeda ucapannya. “Dan jangan lupa, ambil rekaman CCTV dekat daerah persimpangan kecelakaan terjadi.” “Siap, Tuan.” Pemuda itu bergegas melaksanakan perintah majikannya. Sedangkan Sanders menunggu Fahaz dengan gelisah. Kali ini Ervina dan Angela tidak bisa dibiarkan. Tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Faleesha muncul. Dia terkejut kenapa waktunya tepat sekali. Apa perasaan se

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Gagal

    Fahaz tengah bahagia. Usahanya untuk kembali meminta maaf dan mengambil hati Meera tidak main-main. Walaupun wanita terkasihnya itu masih tidak mau sekedar berbincang, tapi Meera sudah sering mengingatkan dia untuk minum obat. Terkadang ketika ibu kandung Faleesha itu ingin pergi atau angkat kaki dari rumahnya, Fahaz selalu mencari cara agar bisa menggagalkannya. Bertahun lamanya dia telah berbuat tidak adil pada keluarga kecilnya. Ini saatnya menebus semuanya. Bahkan dia tidak ingat sedikitpun tentang Ervina. Wanita licik itu sudah berhasil mengobrak-abrik keluarganya. Fahaz tidak akan membiarkannya kali ini. “Tuan, sepertinya ada yang mengikuti kita sejak tadi,” ujar sang sopir. Fahaz menoleh ke belakang untuk memastikan. “Jalan terus saja, Pak. Abaikan saja. Mungkin kebetulan arah kita sama.” “Baik, Tuan.” “Meera, aku akan menebus kesalahanku dan tidak akan membiarkanmu hidup menderita lagi,” gumam Fahaz dengan wajah berbinar. “Tuan, mobil di belakang semakin mendekat, dan

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rencana Baru Ervina

    “Kamu keren sekali,” bisik Emily. Faleesha menghembuskan napas pelan. “Kamu tidak tahu saja betapa aku menyesal kenapa tidak bisa tegas sama mereka dari dulu.” “Bahkan ketika mereka mengucilkan aku dulu, Papa dengan mudahnya percaya begitu saja. Aku tak mendapat dukungan dari siapa pun, Em. Tapi sekarang, aku tidak akan tinggal diam setelah membongkar kebusukan mereka,” lanjut Faleesha. “Bagus, kamu memang harus seperti itu,” jawab Emily memberi semangat. “Makasih ya, sudah mau menemaniku dan menjagaku.” tiba-tiba gadis itu menjadi sentimentil. Karena selama ini merasa tidak pernah punya keluarga dekat. Dari dulu sang Papa melarangnya bertemu siapa pun tanpa alasan yang jelas. “Kau ini bicara apa, sudah jadi tugasku. Kau lupa Tuan akan menghabisiku kalau sampai kau kenapa-kenapa,” jawab Emily. Setelah mengatakannya, gadis tomboy itu membuat gerakan menggores lehernya dengan tangan. Membuat Faleesha semakin terkekeh. “Percayalah, suamiku sekarang tidak sekejam itu,” timpalnya.

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Sial Bertubi-tubi

    Faleesha menghentakkan kakinya dengan keras. Dia memakai pantofel setinggi 5 cm. Tersenyum lebar berjalan menuju kedua ibu beranak itu. Angela dan Ervina tampak melongo melihat penampilan Faleesha. Dia sungguh berkelas. Tidak seperti biasanya yang cenderung casual. “Ngapain kamu di sini?” tanya Angela tak suka. Tatapannya penuh kebencian. Karena bukti yang Faleesha berikan membuat gadis itu menang telak. “Harusnya aku yang tanya, untuk apa kalian datang kemari?” Gadis itu melipat kedua tangannya ke dada. Memberi tatapan tidak bersahabat. “Ck, songong,” gumam Angela kesal. “Begitukah cara kamu berbicara pada ibumu, Fal?” Ervina bersuara. Dia tampak geram melihat tingkah laku Faleesha. Tahu begitu, dulu lebih baik gadis itu dilenyapkan saja. “Lantas aku harus bicara pada Tante dengan nada yang sopan? Sedangkan kalian saja marah-marah tidak tahu tempat, apa tidak malu jadi tontonan banyak orang?” tanya Faleesha penuh penekanan. "Dan satu lagi, Anda bukan ibu saya." “Heh, jang

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Keributan Di Perusahaan Fahaz

    “Tuan, saya baru saja menerima informasi dari Emily, Nona Faleesha sedang di perusahaan ayahnya,” ujar Nick. Sanders mengernyit. “Untuk apa?” “Kata Emily ada urusan yang harus Nona selesaikan, ibu dan saudara tirinya berulah lagi,” balas Nick. Ada rasa khawatir yang menyeruak dalam hatinya, namun Sanders berusaha mengabaikan. Bagiamana pun, Faleesha harus belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia juga nantinya yang akan menggantikan posisi ayahnya. “Apa kita ke perusahaan Tuan Fahaz saja?” tanya Nick memastikan. “Tidak perlu, jalan saja,” balas Sanders. “Apa Tuan tidak khawatir pada Nona?” “Tentu saja khawatir, tapi dia perlu belajar mandiri jika ingin memimpin perusahaan, Jika nanti ada kendala, barulah aku turun tangan,” balas Sanders. Nick tidak pernah melihat perubahan yang begitu besar pada majikannya selama ini. Dinilainya Sanders jauh lebih tenang dan tidak pernah emosi berlebihan. Faleesha benar-benar membawa dampak yang baik untuknya. “Lagipula katamu tadi, ist

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rindu Istri

    Ada seseorang yang keras kepala selain dirinya. Sanders menyadari William bukan hanya keras kepala. Tetapi juga intimidatif. Namun, pria tua itu juga lupa siapa yang sedang ia intimidasi. “Kalau begitu kau mendekati ajalmu sendiri,” ucap William dengan sorot tajam. “Kita lihat hancurnya perusahaanmu perlahan, karena sebentar lagi pemiliknya akan hancur di tanganku.” Pria paruh baya itu yakin kali ini Sanders tidak bisa berkutik, apalagi dia masuk ke dalam rumahnya tanpa ditemani siapa pun. “Bahkan seekor singa pun tidak pernah menerima kekalahan dengan mudah,” ucap Sanders dengan santai. “Sayangnya kau hanya tikus kecil bagiku sekarang-” “Kupikir kau licik seperti kata orang-orang, rupanya kau tak lebih dari sekedar orang bodoh yang ceroboh. Berani sekali kau datang kemari dengan percaya diri, dan aku berharap bisa keluar dengan mudah?” Tawa William menggema di seluruh ruangan. Dia pikir sudah di atas awan. Menang telak atas ketidakberdayaan Sanders. “Aku memang bisa keluar d

DMCA.com Protection Status