Semua Bab My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri): Bab 41 - Bab 50

183 Bab

Bayi Koala

“Gita mau makan sesuatu atau singgah di mana?”Pertanyaan dari Alan itu langsung dijawab dengan gelengan. Seumur-umur, dia tidak pernah melihat Gita yang manja. Baginya itu pemandangan yang sangat langka dan kini Alan tengah menikmati pemandangan yang dimaksud.Semenjak keluar di kamar rawat inap Amel, Gita tak melepaskan lengan suaminya. Saat duduk dalam mobil perempuan itu malah makin mengeratkan pelukannya. Membuat Alan nyaris tidak bisa bernapas karena Gita menempel dengan erat. Untung saja mereka menggunakan sopir yang bisa menjaga rahasia dengan baik.Begitu sampai di rumah dan melihat Julie duduk di ruang keluarga, Gita melepaskan pelukannya dari lengan sang suami. Kini perempuan itu berpindah memeluk ibu angkatnya dengan erat, seperti bayi koala memeluk induknya."Loh, ada apa nih? Kok pulang-pulang main peluk sih?" Julie jelas akan bertanya dengan nada bingung.Sayangnya, Gita tidak menjawab dan malah memepererat pelukannya. Membuat Julie langsung protes karena merasa sesak.
Baca selengkapnya

Suami VS Mantan

Gita terbangun di pagi hari sebelum matahari benar-benar terbit. Matanya masih tertutup, masih ingin menikmati ketenangan yang dirasakannya. Rasanya sudah lama sekali Gita bisa tidur nyenyak.Perempuan itu menggeliat pelan dan merasakan dirinya tidak sebebas biasanya. Ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa bergerak . Hal yang membuat Gita membuka kedua matanya. Gita refleks menjauh dan hampir saja berteriak begitu melihat Alan tepat di depan wajahnya. Segala gerakan dan umpatan itu batal terlontar ketika dia sadar apa yang sebenarnya terjadi. Gita membuka lebar mulutnya begitu mengingat semua kejadian kemarin."Tolol. Kenapa kau bisa kambuh ke Alan kemarin Gita?" Perempuan itu bergumam lirih mengumpati dirinya, kemudian merasa terkejut karena pelukan sang suami mengerat.Tubuh Gita membeku begitu saja, takut suaminya terbangun. Tapi saat merasa keadaan sudah kondusif, pelan-pelan dia menarik tangannya dan melepaskan diri dari sang suami. Sedikit susah, tapi Gita berhasil tanpa harus m
Baca selengkapnya

Ada Apa Dengan Eza?

"Kenapa bisa perusahaan lelaki sialan itu masih belum bangkrut juga sih?" Eza langsung mengumpat ketika hanya tinggal berdua dengan Gita di dalam ruangan."Entahlah. Aku juga tidak begitu tahu. Sepertinya ada yang menyuntikkan sedikit dana ke perusahaan mereka."Sudah beberapa hari sejak kasus Tony terekspos ke media. Berita itu hanya trending sekitar dua sampai tiga hari, kemudian menghilang begitu saja, tertelan gosip yang lain. Seolah sedang terjadi pengalihan isu.Jujur saja, Gita sedikit gusar dengan hal itu, tapi dia memilih untuk tidak terlalu mempedulikannya. Selama keluarga Hamdani tidak bisa terlalu bergerak, rasanya akan baik-baik saja."Sepertinya ada pengalihan isu. Hanya saja aku tidak begitu yakin." Gita menyuarakan pikirannya."Apa perlu aku pergi ke rumah orang tuanya? Siapa tahu aku bisa bikin mereka mati berdiri."Gita memandang Eza dengan bingung. Gita memang bar-bar, tapi sahabatnya bisa dibilang nyaris psikopat dan hari ini dia terlihat absurd. Yang salah adalah
Baca selengkapnya

Makam

Alarm Gita berbunyi tepat jam lima subuh. Itu membuat Alan yang tidur nyaman di sofabed-nya ikut tersentak bangun. Dia tertegun ketika melihat sang istri sudah tebangun dan mematikan alarmnya. Lebih kaget lagi ketika Gita terlihat berjalan gontai ke arah kamar mandi.Alan mengerjapkan, bahkan menggosok mata beberapa kali memastikan dirinya tak salah lihat dan memang tidak. Gita yang biasanya sulit bangun, kini sudah bangun dan sedang mandi."Dia kenapa bisa bangun sepagi ini." Alan bermonolog sendiri.Lelaki yang sudah tidak bisa tertidur lagi itu, memutuskan untuk membereskan tempat tidurnya. Setelahnya Alan memutuskan berolahraga ringan. Hitung-hitung sambil menunggu Gita selesai mandi."Wow. Kau bisa push up dengan satu tangan?" Gita berseru takjub melihat suaminya sedang push up dengan satu tangan, tanpa menggunakan kaos atau apa pun untuk menutupi tubuh atasnya."Apa kau masih bisa push up jika aku naik di atasmu?" Perempuan yang penasaran itu, berlari kecil dari arah kamar mandi
Baca selengkapnya

Dua Orang Mantan

"SiAlan, pijitin kakiku dong."Gita langsung menjatuhkan diri di sofabed yang biasa ditiduri suaminya. Perempuan itu menguap besar, masih mengantuk karena bangun terlalu pagi. Belum lagi kakinya yang pegal karena lama berjongkok."Jangan langsung baring gitu. Mandi dulu. Minimal cuci tangan, muka dan ganti baju. Kamu habis dari kuburan loh.""Memangnya kenapa?" tanya Gita bingung dengan teguran sang suami."Pamali. Nanti bisa kena sial." Alan menjawab sambil membuka kancing kemejanya. Rasanya lelaki itu makin terbiasa buka baju di dalam kamar."Ya, ampun. Kamu tinggal di zaman apa sih?" Gita tertawa dengan pikiran kolot suaminya."Terserah deh. Yang jelas aku sudah kasih tahu kamu." Alan memilih untuk melangkah ke kamar mandi, untuk menghindari pertengkaran dan langsung saja diteriaki Gita."SiAlan. Kakiku belum dipijit.""Nanti setelah aku mandi." Alan balas berteriak karena sudah berada di dalam kamar mandi. "Jangan lupa ganti baju." Dengan malas, Gita beranjak ke walk in closet. M
Baca selengkapnya

Serangan Konyol

"Ada berita soal Eza yang bertemu dengan Tony." Alan langsung berbicara begitu masuk ke dalam ruangan kerja istrinya."Biarkan saja." Gita menjawab tanpa mengalihkan tatapan dari ipad."Biarkan saja? Gak salah? Ini sahabat dan mantanmu loh. Difoto di lobi kantor kita lagi." tanya Alan dengan penuh penekanan. Siapa tahu istri sekaligus bosnya salah dengar."Gak salah siAlan. Itu bagian dari rencana Eza." Gita menjawab masih sambil menggambar di ipad."Kalian masih mengerjai Tony?""Eza, bukan aku. Lagian bukannya berita ini akan menaikkan harga saham kita?" Kali ini Gita mendonggak menatap sang asisten."Kenapa bisa?" tanya Alan bingung."Eza akan disebut pelakor yang merebut tunanganku. Aku akan jadi sahabat yang terkhianati dan orang-orang akan kasihan padaku. Ujung-ujungnya sentimen masyarakat akan positif untuk orang yang teraniaya sepertiku.""Teraniaya? Yang benar saja." Alan sampai tertawa mendengar kalimat tidak masuk akal itu."Lah, itu benar kan? Aku yang jadi korban ditinggal
Baca selengkapnya

Rencana Besar

Isabella menghembuskan napas kasar, mendengar apa yang dikatakan si sekretaris. "Apa sih hubungannya dengan pernikahan kamu?" Dia enggan sekali menggunakan kata pernikahan kalian. "Katamu kalian tidur bareng beberapa hari sebelum putus. Kalian putus itu sebelum hari pernikahan yang belum dua bulan berlalu. Lalu kenapa bisa kandunganmu sudah tiga bulan lebih?"Isabella membeku di tempat. Dia sama sekali tidak memperhatikan tanggal dan asal bicara saja tadi. Alan memang pernah mabuk bersamanya, tapi dia sendiri sudah lupa kapan itu. Jadinya tadi dia hanya asal ngomong saja. "Ma ... Maksudku dua bulan. Kandungannya baru dua bulan. Tadi aku salah ingat." Mau tidak mau mengoreksi."Oke. Katakan saja kau hamil dua bulan lebih. Bagaimana kau membuktikan itu anak Alan?" Gita bertanya lagi."Tes DNA mungkin?" Jelita yang menjawab dengan ragu-ragu. Perempuan itu, rupanya masih sangat setia menonton. "Perfect. Usia kandungannya mungkin belum mencukupi untuk dicek, tapi tinggal sebentar lagi.
Baca selengkapnya

Lelaki Brengsek

"Apa kau sudah gila?" Tony berteriak marah pada Isabella."Kecilkan suaramu, Kak. Kita lagi di tempat umum." Isabella berdesis marah.Sudah cukup dirinya dijadikan bulan-bulanan kemarin di kantor. Dia tidak mau lagi mengalami hal yang sama hanya karena suara keras Tony."Sudah kukatakan padamu, aku tidak mau melakukan hal gila. Itu kriminal, Vampir." Tony sempat melihat sekelilingnya sebelum berbisik pada Isabella."Ayolah, Kak. Ini satu-satunya jalan." Isabella ikut berbisik."Masalahnya adalah otakmu itu kosong. Pura-pura hamil ketika kau tidak pernah tidur dengan siAlan itu? Ide yang sangat cemerlang."Isabella memejamkan mata dengan penuh amarah. Dia sudah memberitahu Tony soal idenya yang gagal itu, tapi tak menyangka lelaki itu juga akan menertawakannya. Atau tepatnya, otak Isabella benar-benar tak ada isinya jika berpikir tidak ada yang akan menertawakannya."Kau tidak punya hak untuk menolak, Kak. Ingat uang yang diinvestasikan ke perusahaanmu." Isabella memberikan ancaman."M
Baca selengkapnya

Masa Lalu 1

"Eza."Perempuan remaja masih dengan seragam putih birunya berbalik ke arah datangnya suara, mencari tahu siapa yang memanggil. Orang yang memanggil langsung menubruknya dan memeluknya erat."Astaga Dina. Harus banget ya main tabrak-tabrak?" Eza langsung protes pada saudara kembarnya itu."Gimana ni, Za. Aku takut banget." Madina Felia Atthallah alias Dina, menagis terisak-isak dipelukan saudara kembarnya."Apa sih Din? Takut kenapa?" tanya Eza penasaran."A-Aku …. " Dina terbata-bata. Kesulitan bicara karena tangisannya yang begitu keras membuatnya kesusahan."Hei, sekarang coba kamu berhenti nangis dulu deh, Din. Abis itu baru cerita sama aku." Eza mencoba untuk menenangkan dan dijawab dengan anggukan pelan, berusaha menahan tangisannya.Dua saudara kembar ini sedang duduk di teras tempat mereka les. Mereka sedang menunggu dijemput oleh sang ayah.Walaupun wajah mereka nyaris sama, banyak yang bisa membedakan dua anak perempuan ini. Eza terlihat lebih tomboy dan Dina lebih kalem. D
Baca selengkapnya

Masa Lalu 2

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Eza. Ayahnya menampar dengan sangat keras dan penuh amarah, bahkan sang ibu tidak repot-repot mau membela putrinya itu. Mereka ketahuan. Bahkan Eza belum menemui Tony. Tapi entah bagaimana, Atthallah-sang ayah menemukan test pack yang disembunyikannya. Eza yang memegang benda itu, sehingga dirinyalah yang langsung diseret untuk dihakimi. Dina sendiri masih keluar karena disuruh belanja oleh sang ibu."Apa Ayah pernah mengajarimu untuk bergaul sebebas ini?" Attha berteriak marah sambil menunjuk-nunjuk putrinya yang terdiam."Siapa pria brengsek yang melakukan ini?" Attha masih membentak-bentak dengan sangat gusar. Sementara sang ibu hanya bisa menatap anaknya dengan nanar."Jawab Eza." Attha berteriak makin kencang.Eza bergeming. Tidak ada yang bisa dia katakan karena memang bukan dia yang melakukan. Namun dia juga tidak mau membawa-bawa Dina. Saudarinya itu sudah cukup stres, Eza tidak mau membuat Dina makin stres. Satu-satunya yang bisa d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
19
DMCA.com Protection Status