All Chapters of My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri): Chapter 151 - Chapter 160

183 Chapters

S2-Topeng yang Retak

"Hai, Darren. Apa kabarmu?" Danny berbicara dengan intonasi suaranya yang NORMAL. Nada suara Danny tiba-tiba saja terdengar seksi di telinga para wanita. Bahkan para lelaki saja terkejut dan menaikkan sebelah alis atau sekedar ternganga. "Kau sudah pulang?" Xavier Newton entah muncul dari mana bersama dengan Laura. Danny benar-benar kesal melihat wajah Laura sekarang ini. Sungguh, rasanya Danny ingin berteriak memarahinya karena telah melukai Lily, tapi dia tidak akan melakukannya sekarang. Setidaknya, Danny masih tahu sopan santun untuk tidak berteriak di depan orang banyak. "Aku tidak tahu kalau ada acara kumpul keluarga." Danny tidak menjawab pertanyaan Xavier karena merasa tidak perlu. "Ya, acara ini dibuat untukmu loh. Dadakan sih, tapi kuharap kau menyukainya." Laura yang membalas perkataan Danny. "Danny sudah pulang? Kau membawa hadiah untukku?" Diana adik tiri Danny yang berumur tiga tahun datang menghampiri. Danny yang sedari tadi menatap Laura karena rasa sebal
Read more

S2-Menginap

"Siapa?" tanya Danny pada Maureen yang masih menjadi sekretarisnya hari ini. "Itu Miss Eza ada di bawah. Katanya sih ada anak-anak juga. Apa mau langsung disuruh naik saja?" "Tentu saja. Untuk apa kau menanyakan hal yang sudah pasti?" Danny yang tadinya akan ke lab, batal melakukan niatnya itu. Dia yang baru keluar dari pintu ruangannya langsung masuk lagi ke dalam ruangan. Mood Danny yang sejak pagi anjlok tiba-tiba saja terbang tinggi sampai ke langit. Semalam, Danny terpaksa menginap di rumah ayahnya dan berangkat kantor dari sana. Sarapan pagi pun terpaksa dilalui dengan keluarganya. Beruntungnya, Ian menelepon dan Danny bisa pura-pura sibuk lalu segera pergi setelah duduk lima menit. Kini Danny yang memang sedikit sibuk, sedang pura-pura tidak sibuk agar bisa bermain sebentar dengan anak-anak. Atau kalau bisa dengan Mary. "Papa." Teriakan anak kecil langsung terdengar begitu pintu terbuka disertai dengan suara derap langkah beriringan yang tergesa. Suara itu membuat Da
Read more

S2-Apa yang Kau Pegang

"Menginap?" tanya Fika untuk memastikan. "Ya, Bun." Eza menjawab sambil memijat pelipisnya. Sudah seharian ini kepala Eza sakit gara-gara permintaan Danny. Bukan hanya karena ajakannya, tapi karena gestur tubuh pria itu yang terlalu dekat. Untungnya Leon merusuh sehingga, Eza tidak perlu berlama-lama di posisi memalukan itu. "Akhir pekan kan?" tanya Fika untuk lebih memastikan lagi. "Iya, Bun. Akhir pekan ini anak-anak bakal nginap di sana." Eza menjawab masih dengan meimijat pelipisnya. Sejujurnya Eza sedikit khawatir, karena ternyata Danny tinggal sendiri di apartemen. Dia khawatir lelaki itu akan kesulitan mengurusi anak-anak sendirian. Apalagi Danny juga menolak ketika Eza memberi opsi pengasuh anak-anak ikut menginap. "Kalau kau yang menginap sih tidak masalah. Tapi aku tidak menerima orang lain." Itulah yang dikatakan Danny. Sungguh, Eza sudah nyaris menolak. Tapi begitu melihat Maureen dirinya jadi merasa sedikit bersalah. Pada akhirnya, Eza menyanggupi memb
Read more

S2-Istri Danny

"Sialan," umpat Eza kesal.Malam ini Eza merasa tidak akan bisa tertidur. Karena rengekan dan tangisan dari anak-anak, dirinya terpaksa ikut menginap tanpa persiapan apa pun Seharian ini dilewati Eza dengan perasaan tak menentu. Pagi tadi bisa dilewati Eza tanpa masalah. Siang juga bisa dilalui dengan aman-aman saja. Danny juga tadi sudah terlanjur memesan makana siang, jadi Eza tidak perlu masak. Tapi sekarang ini? Sepertinya akan jadi masalah. Ini sudah waktu tidur siang anak-anak. Sebenarnya sudah lewat lima belas menit dari waktu biasanya, tapi anak-anak masih belum mau tidur. Hanya saja mata mengantuk mereka sudah terlihat jelas dan dalam sepuluh menit, satu per satu ambruk. Danny memindahkan anak-anak satu per satu ke kamarnya. Menidurkan anak-anak itu dengan posisi melintang. Itu dilakukan agar tiga bocah itu tidak jatuh di ranjang queen size itu. "Jangan menggigit jarimu, Mary. Itu akan merusak cat kukumu dan itu tidak sehat." Danny menegur begitu melihat ibu dari anak
Read more

S2-Menikah

"Kau siapa?" Laura langsung emosi ketika melihat seorang wanita membuka pintu apartemen Danny. Makin merasa kesal karena wanita di depannya memakai pakaian anak tirinya itu. "Bukankah itu pertanyaanku?" Eza menantang wanita hamil di depannya. Eza menduga wanita itu adalah istri Danny, tapi mana mungkin ada istri sah yang tidak punya akses ke apartemen suaminya kan? Atas pemikiran itu, Eza mengkonfrontasi wanita hamil di depannya. "Apa maksud kata-katamu itu? Ini adalah properti milik keluargaku." Baru sebentar saja Laura sudah tersulut dan berteriak. "Astaga! Tidak bisakah kau mengatur intonasi suaramu di hadapan anak kecil? Dia ketakutan," sergah Eza mulai marah. Tidak sadar pada dirinya sendiri yang sering berteriak. Baru saja Laura ingin berteriak lagi, seseorang memanggilnya. "Sayang? Kenapa kau berdiri di sana?" Xavier, mendekati dan langsung merangkul istri mudanya itu. Pria paruh baya itu kemudian menoleh ke arah Eza. Menatap wanita yang menggunakan pakaian an
Read more

S2-Pertama Kali

"Di mana aku bisa tidur?" Eza bertanya begitu melihat Danny masuk ke dalam kamar. "Tidur saja di sana. Kalau kau bersedia tidur telentang, masih muat kok untuk dua orang." Danny mengedipkan mata nakal, setelah mengedikkan dagu ke arah ranjang yang ditiduri anak-anak. Eza sedari tadi sudah mencoba untuk sabar dan tidak menegur Danny karena ada ayahnya. Tapi setelah sempat dilupakan, Eza akhirnya menegur Danny. "Apa maksud kata-katamu tadi?" Eza bertanya pada Danny yang baru masuk ke kamar mandi dan membiarkan pintu terbuka. "Yang mana?" tanya Danny sedikit berteriak. , "Soal menikah itu." Eza menjawab dengan sangat kesal. Eza yakin Danny hanya pura-pura tidak tahu. "Memangnya kenapa dengan itu?" Danny keluar dengan wajah segar setelah cuci muka. "Kalau kau tidak serius dengan hal itu, maka jangan mengatakannya." "Kata siapa aku tidak serius?" Jawaban Danny itu membuat Eza mengernyit. Perempuan itu tidak percaya dengan ucapan lelaki yang kini berdiri di depannya dengan
Read more

S2-Cinta Itu Buta

"Eza boleh lebih rileks lagi gak?" Seseorang yang memegang kamera memberi arahan pada yang empunya nama. Eza sempat berkedip bingung beberapa kali, sebelum akhirnya mengangguk dan mulai memperbaiki posisinya. Dia menyandarkan telapak tangannya di kedua rahangnya dengan santai. Tidak lupa Eza mengatur napas dan menjernihkan pikiran dengan memejamkan mata beberapa detik. Hari ini, Eza sudah mulai bekerja sebagai muse dari Mar. Dimulai dengan melakukan pemotretan untuk beberapa produk Mar yang sudah pernah dipakai Eza sebelumnya. Ini bukan pemotretan pertama Eza, tapi hari ini dia sangat sulit untuk fokus. "Sialan," desis perempuan itu hanya bisa di dalam hati saja." Bagaimana Eza bisa fokus ketika Danny terus menatapnya. Apalagi setelah yang terjadi dua hari lalu. Mengingatnya saja membuat Eza salah tingkah, apalagi kalau Danny memperhatikannya seperti sekarang ini. Mereka bahkan tidak melakukan apa-apa. Hanya bibir bertemu bibir dan sedikit elusan singkat di paha, tapi itu
Read more

S2-Melamar

"Dad yakin?"Danny menggaruk kepalanya yang tak gatal sembari memegang ponsel yang menempel di telinganya. Mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan oleh Xavier. Ayahnya itu ingin mengajak Mary sekeluarga untuk makan malam bersama. "Baiklah, tapi nanti biar aku yang tentukan waktu dan lokasi. Bagaimana?" tanya Danny frustasi. Bagaimana tidak. Tadi siang dia baru saja bertengkar dengan Mary gara-gara Lily, sekarang tiba-tiba ayahnya mau makan bersama dalam waktu dekat. Bagaimana caranya dia memberitahu Mary? Danny hanya bisa menghela napas. Setelah diingat-ingat lagi, Danny memang salah sih. Dia masuk ke ruangan Mary tanpa mengetuk pintu. Seenaknya saja meyentuh kulit punggung wanita itu ketika sedang menurunkan resleting bajunya. Wajar kan kalau Mary marah? Lagi pula yang dikatakan Mary tidaklah salah. Secara biogis Lily memang bukan putri kandungnya. Danny juga tahu itu, tapi tetap saja dia tidak senang mendengarnya. Lily kan berada bersama Leon dan Liam saat berada d
Read more

S2-In A Dream

"Menikah itu apa?" Liam bertanya dengan polosnya pada Eza. "Ehm .... Apa ya?" Eza jelas bingung menjawab pertanyaan anaknya. "Sepasang pria dan wanita yang saling mencintai, tinggal bersama dan punya anak bersama?" Eza menjawab dengan nada bertanya, tidak yakin dengan jawabannya. "Kalau begitu Papa dan Mama akan menikah?" Leon yang sudah berbaring di ranjangnya langsung duduk. "Tidurlah Leon." Eza memberi perintah, tapi anaknya itu bergeming. "Kita semua akan tinggal bersama kan? Seperti akhir pekan lalu?" Leon kembali bertanya dengan sangat antusias. Eza ingin sekali menjawab tidak, tapi dia tidak tega melihat wajah antusias anak-anaknya. Bahkan mata Lily sekalipun terlihat sangat berbinar. "Entahlah," jawab Eza singkat, membuat binar di mata anak-anaknya sedikit meredup. "Sekarang tidurlah. Ini sudah malam." Eza bertepuk tangan dua kali, memberi kode untuk anak-anak kembali berbaring di ranjang masing-masing. Tanpa diperintah dua kali, anak-anak langsung kembali ber
Read more

S2-Pacaran

"Maaf." Eza membungkuk dalam pada ketua tim yang mengurus proyeknya. "Kau ini terlambat sejam lebih loh ya. Jangan mentang-mentang kau dekat dengan wakil CEO lantas kau seenaknya gitu dong." Ketua tim pemotretan menghardik. Mendengar hal itu Eza langsung mengernyit tidak senang. Dirinya segera menegakkan punggungnya, menatap Wlelaki di depannya dengan tajam. "Maaf itu maksudnya apa ya, Pak Wilson?" tanya Eza mencoba untuk sopan. "Gak usah sok lugu deh. Katanya kau dekat dengan wakil CEO kan? Untung dia banci, kalau tidak pasti sudah kau goda. Oh, atau mungkin kau menggoda CEO? Atau mau sekalian naik ke ranjangku?" tanya Wilson dengan senyum miring yang sangat memuakkan. "Maaf, ya. Aku mendapat tawaran ini dari investor kalian. Kebetulan saja dia temanku. Lagi pula, aku sudah menjelaskan. Aku terlambat karena mengurusi anak-anakku." "Oh, kau sudah punya anak? Biar kutebak siapa ayahnya. Pasti pemorkasa itu kan?" Wilson tertawa nyaring, sementara kru yang berada di rua
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status