All Chapters of My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri): Chapter 131 - Chapter 140

183 Chapters

Ekstra-Happy Family

"Sam, stop that." Gita meneriaki putra bungsunya dengan sangat keras. "Tapi, Mamih. Kak Ted yang nakal. Dia merusak mainanku." Samuel tidak terima dirinya yang dimarahi, padahal dia hanya membela diri. "Gak, Mih. Sam yang duluan. Dia menghancurkan gambarku, padahal itu untuk dikumpulkan ke sekolah." Teddy juga tidak mau kalah. "Aku kan gak sengaja. Aku udah bilang aku gak sengaja." Sam malah berteriak marah. "Kalau kamu memang tidak sengaja, kenapa kamu malah menyembunyikannya. Aku sampai dihukum karena itu." Ted berteriak sama kerasnya dengan Sam. "Kakak yang duluan." "Kamu yang duluan." Teriakan itu saling sahut menyahut tanpa ada yang mau mengalah. Gita sampai perlu menutup kedua telinganya dengan tangan, berusaha untuk meredam emosinya. Tapi sayang sekali itu tidak berhasil sama sekali. "ENOUGH." Teriakan Gita menggelegar bak guntur dan mencapai setiap sudut rumah minimalis mereka. Membuat dua bocah itu terlonjak kaget. Baik Ted maupun Sam memandang sang ma
Read more

S2-He is a Softy

"It can't be," gumam Eza, sambil terkekeh pelan. Perempuan itu sebenarnya terbangun dari tidurnya akibat mimpi buruk. Air matanya tidak berhenti mengalir dan kepalanya pening luar biasa. Tapi yang membuat Eza bingung adalah rasa pegal di seluruh tubuhnya, pinggang yang terasa remuk dan bagian diantara pahanya yang terasa sedikit perih. Eza mendadak bangun dari posisi berbaringya, tidak mempedulikan pening dan pinggangnya yang sakit. Dia menyibak selimut hanya untuk mendapati tanda cinta yang luar biasa banyaknya di sekujur tubuhnya. "Orang gila mana yang bisa sampai seperti ini?" Eza berbalik pelan menatap orang yang tertidur di sebelahnya dan napasnya langsung tercekat. Lelaki itu tertutupi selimut sampai dilehernya, dengan warna rambut blonde alami. Eza mengingat lelaki itu sebagai pria yang dikenalkan oleh ibunya. Lelaki yang jadi teman kencan butanya semalam. Lelaki yang terlihat letoy dan sedikit melambai, tapi sangat ganas di atas ranjang. Yang paling penting terli
Read more

S2 - Mary

"Kau sudah gila, Dany."Daniel bisa mengingat dengan sangat jelas apa yang terjadi kemarin malam. Kadar toleransi alkoholnya yang tinggi membuat dia tidak mudah mabuk, tidak seperti perempuan yang ditemuinya semalam. Daniel memanggilnya Mary. Perempuan berkulit kecokelatan itu terlihat sangat seksi dan eksotis. Biasanya Daniel tidak mudah tergoda, tapi entah mengapa kemarin malam dia tergoda. "Kalau begini, percuma saja aku berakting menjadi banci," desis lelaki itu tampak kesal. Gaya Daniel memang terlihat seperti banci, tapi dia lelaki baik-baik dan lurus. Daniel tidak berniat ambil kesempatan dari seorang perempuan yang sedang mabuk, tapi ketika dia terpaksa mengantar Eza itu ke kamar hotel karena dia nyaris pingsan, dia digoda dan tergoda dengan cepat. Bagaimana tidak tergoda? Belum sampai kamar hotel saja, perempuan itu sudah meraba-raba tubuh Daniel, sampai ke bagian paling sensitif. Bibir wanita itu juga tidak tinggal diam saja dan meminta perhatian dari bibir Daniel. D
Read more

S2-She is a Psycho

"Apa maksudmu?" Eza berteriak marah pada seorang satpam yang sedang bertugas. "Anak-anak anda dilarang memasuki lokasi acara, Bu." Pak satpam yang sedang bertugas itu sudah berkeringat dingin melihat wajah emosi Eza. "Kenapa tidak bisa? Jelas-jelas aku diundang. Undanganku juga undangan VIP dan di sana tertulis untuk sekeluarga. Kenapa anak-anakku tidak boleh masuk?" Eza tidak mau kalah dan juga tidak peduli jika anak-anaknya mendengar dirinya berteriak. "Karena anak-anak memang tidak diizinkan, Bu. Tolong mengertilah." Pak Satpam yang sudah agak tua itu terlihat makin nelangsa menghadapi wanita keras kepala di depannya. Belum lagi lirikan orang-orang yang melintas. "Undangannya tidak tertulis seperti itu. Aku hanya akan membawa anak-anakku dan ibuku, pengasuhnya tidak akan dibawa masuk." Eza yang kepalanya terbuat dari batu atau bahkan lempengan logam super tebal, tidak mau mengerti sama sekali. "Udah, Za. Biar Bunda dan anak-anak pulang saja deh. Kamu juga tidak akan bisa k
Read more

S2-Utang

"Ya, El. Ada apa? Tumben nelpon?" Daniel menjawab telepon sahabatnya pada dering kedua. "Tamu VIP ku ditahan di bawah sama satpam karena dia bawa anak-anaknya dan maksa masuk. Kamu tolong urusin ya, Dan. Biarkan saja mereka masuk." Eli segera menjelaskan secara singkat. "Masa anak-anak dibiarkan masuk ke acara sih? Mereka bisa bikin ribut loh." Daniel protes tidak terima. "Lagian kenapa bukan Fabian yang ditelepon? Yang CEO kan dia, aku cuma bagian racik-racik." "Dia gak bisa dihubungi, Dan. Lagian kau memang turun tangan di divisi cosmetic science, tapi kau juga wakil CEO. Jadi tamu VIP pun harus bisa kau urus." Eli mendebat Daniel dengan nada malas-malasan. "Lagipula kau tidak usah pedulikan anaknya. Justru ibunya yang akan menimbulkan masalah. Jadi bertanyalah pada satpam di sana dan urusi dia dengan baik. Aku mau tidur." Eli langsung mematikan telepon sebelum Daniel bisa membalasnya lagi. Daniel menghela napas. Terpaksa dia harus turun tangan menghadapi tamu aneh Eli. Ken
Read more

S2-Tendangan Mematikan

"Aku tidak punya utang apa-apa padamu." Eza tak segan berteriak meski Lily ada dalam gendongannya. "Lalu bagaimana kau menjelasakan tentang anak yang mirip denganku?" Daniel bertanya dengan nada lebih lembut, tapi lumayan ngegas. Dengan emosi yang selalu tak bisa ditahannya, Eza menyerahkan Lily pada si babysitter. Dirinya kemudian maju mengkonfrontasi Daniel. Eza mengulurkan tangannya. "Selagi aku meminta baik-baik, tolong berikan anak itu padaku." Eza menggeram rendah, kemudian mengatupkan rahangnya berusaha menahan diri untuk tidak menonjok Danny. "Tidak akan." Bukannya memberikan Leon kembali pada Eza, Danny malah memberikannya pada satpam yang masih berdiri di belakangnya. "Apapun yang terjadi jangan sampai anak ini diambil dan jangan sampai mereka keluar dari gedung ini." Danny memberi perintah pada si satpam. "Eh, seenaknya saja kau membiarkan orang asing menggendong anakku." Eza maju selangkah dan langsung ditahan oleh Danny. "Kau tak boleh mendekat sebelum mem
Read more

S2-Takut Ditinggalkan

"Mama sedih?" Lily bertanya dengan wajah cemberut. Seharian ini Eza cemas setengah mati. Dia takut, tiba-tiba Danny datang dan mengambil semua anaknya. Bahkan mungkin Lily juga akan dipisahkan darinya. Bahkan Eza sempat berpikiran ingin pulang ke Indonesia. Belum lagi Cassie si babysitter keceplosan tentang Danny dan membuat Ayah Attha mengamuk. Lalu Liliy menyadari kecemasan sang ibu. Mungkin Lily tidak sepandai dua saudaranya yang lain, tapi anak itu sangat peka. Rasanya hampir menyamai kepekaan tingkat dewa Gita, sahabatnya. Atau mungkin melebihi. "Gak kok,Nak." Eza tersenyum meyakinkan Lily. "Mama sedih." Kali ini bukan pertanyaan, tapi pernyataan. Eza mendesah. Tidak tahu bagaimana harus menjawab anaknya itu. Lily pada dasarnya jarang berbicara, tapi sekalinya bicara kata-katanya pasti selalu tepat sasaran. Seperti sekarang ini. Eza sebenarnya tidak sedang sedih, tapi dia memang tampak menyedihkan. Itu sangat terlihat dari rambutnya yang acak-acakan. Eza yang baru semenit
Read more

S2-Triplet's Day Out

"Apa maksudmu?" Eza berteriak tidak peduli jika hari masih pagi dan suaranya mungkin bisa membangunkan anak-anak. "Kau sudah menandatangani kontraknya, Kak. Tidak bisa batal lagi. Kecuali kau mau bayar tiga kali lipat dari harga kontrak dan harus dibayar satu kali. Tidak boleh dicicil." Eli menjelaskan dengan nada santai. "Kau gila? Bagaimana caranya aku mengumpulkan uang tiga jutaan dollar? Itu setara empat puluh milyar," teriakan Eza tidak kunjung mereda. Sekarang dia malah berjalan mondar-mandir sambil menempelkan ponsel di telinga. "Itu bukan urusanku lagi, Kak. Sori aku tidak bisa membantu." "Kau tidak bisa meminjamiku uang?" tanya Eza frustasi. "Kalau satu atau dua milyar mungkin masih bisa kupinjamkan, tapi empat puluh? Maaf saja," jawab Eli masih dengan gaya santainya. "Jalani sajalah, Kak. Kak Eza bisa hidup enak hanya dengan kontrak itu. Apalagi kalau pulang ke Indonesia. Uang sejuta dollar itu bisa banget buat beli dua atau tiga yacht mewah." "Brengsek, aku ti
Read more

S2-Triplets Day Out 2

"Lily mau ke mana?" Liam yang akhirnya berhasil mengejar saudara perempuannya, mencengkram tangan Lily dan bertanya. Lily tidak menjawab dan hanya menunjuk ke seberang jalan. Leon mengikuti arah telunjuk saudarinya dan bisa melihat seseorang memeluk boneka beruang besar. Mungkin lebih tinggi dari Lily. "Beruang?" tanya Liam dan Lily mengangguk dengan antusias. "Kita mau ke mana?" Leon yang datang sedikit terlambat bertanya dengan napas sedikit tersengal. "Ikut beruang," jawab Liam asal saja. Melihat Leon yang bingung, Lily kembali menunjuk ke seberang jalan. Begitu melihat boneka beruang, Leon langsung mengangguk mengerti. "Mau?" tanya Leon pada Lily. Dan saudarinya itu mengangguk antusias. "Leon ambilkan." Leon membalas dengan penuh percaya diri. Tapi baru saja mau melangkah, beruang itu sudah menghilang dari pandangan. Lily menarik-narik lengan baju Leon untuk meminta perhatian. Lebih tepatnya meminta Leon untuk mengikutinya. Tanpa banyak tanya, Leon dan Liam mengg
Read more

S2-Banci Kaleng

"Astaga, Dan. Kenapa lama sekali baru mengangkat telepon? Sudah sepuluh menit berlalu sejak aku meneleponmu," Eli mengeluh begitu mendengar suara Danny.Danny baru saja kembali ke kamar rawat inap setelah memeriksakan diri sekaligus jalan-jalan tak tentu arah di rumah sakit, ketika mendengar ponselnya yang diletakkan di atas nakas berdering. "Memangnya ada hal penting apa?" Danny bertanya dengan nada malas-malasan, sambil naik kembali ke atas ranjang. Danny hanya perlu sehari untuk bisa berjalan kembali secara normal, setelah medapat serangan brutal dari Mary. Tidak ada masalah berarti pada 'benda pusakanya', tapi dokter tetap menyarankan untuk mengistirahatkan diri dari aktifitas ranjang. Tidak masalah bagi Danny, karena dia sudah lama vakum 'melakukannya.' Danny juga sebenarnya sudah bisa pulang begitu pemeriksaan lanjutan menyatakan dia baik-baik saja. Tapi dia masih ingin malas-malasan di rumah sakit. Mungkin sekalian memikirkan soal Mary dan anak-anak. "Hei, apa kau mendeng
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status