All Chapters of My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri): Chapter 141 - Chapter 150

183 Chapters

S2-Bukan Anakmu

"Apa yang kau temukan?" tanya Danny pada Ian lewat panggilan telepon. "Apa maksudmu?" tanya Ian dengan nada bingung. "Aku bertanya soal anak-anakku brengsek. Mereka hilang di area gedung kantormu." Danny mendesis marah. "Santailah sedikit, Bung. Kami masih mencarinya. Dan hei, ini juga gedung kantormu." Ian terdengar kesal saat membalas kata-kata Danny. "Mana bisa aku santai ketika anakku hilang?" tanya Danny makin kesal dengan kata-kata sahabatnya. "Kau mengakuinya sebagai anakmu?" Suara Ian terdengar lirih. "Aku sudah lihat CCTV. Memang mirip denganmu sih, tapi siapa yang tahu kan?" "Apa maksudmu brengsek? Mereka anakku," jawab Danny dengan nada suara naik satu oktaf. "Oke, sorry." Ian memilih untuk mengalah. Ian cukup tahu sifat sahabatnya yang satu itu. Danny jarang marah walau mulutnya kadang cukup pedas. Jadi ketika intonasi suaranya naik seperti itu, bisa dipastikan Danny benar-benar marah. Hal yang harus dihindari adalah memprovokasinya lebih lanjut. Karena itu Ian
Read more

S2-Calon Ibu Tiri

"Mana anakku?" Suara Eza bergema di ruang IGD. Danny menoleh cepat ke arah Eza yang baru masuk ke ruangan IGD. Perawakan Danny yang terbilang tinggi, membuat Eza mudah untuk melihatnya. "Apa yang kau lakukan pada Liam?" tanya Eza mencengkram, kemeja pasien yang Danny pakai. "Aku menyelamatkannya," jawab Danny tenang. Dia tahu perempuan di depannya sangat meledak-ledak, jadi dirinya harus tenang. Eza memejamkan mata, berusaha untuk tenang. Dia tahu tadi adalah pertanyaan yang tidak masuk akal, tapi mulutnya tidak bisa bekerja sama. "Tenanglah. Liam sudah baik-baik saja. Leon dan Lily juga sudah ditangani dengan baik." Danny segera memberi info agar Mary-nya bisa tenang. "Kenapa dengan mereka?" suara Eza akhirnya terdengar lebih tenang, tapi tangannya masih menggenggam baju Danny. "Leon dan Lily terjatuh. Mereka terluka, tapi tidak ada masalah serius. Sementara Liam ...." Kata-kata Danny yang menggantung membuat Eza yang tadinya menunduk, kini mendonggak menatap pri
Read more

S2-Mau Papa

"Huwa. Mau Papa." Liam menangis meraung-raung. "Liam sayang. Papa sibuk, Nak. Gak bisa main sama Liam dulu." Fika berusaha menenangkan cucunya itu. Sementara Eza mengurung diri di kamar sambil menutup telinga. Sudah sejak setengah jam yang lalu Liam merengek ingin bertemu papanya. Dia merasa cemburu karena kemarin tidak sempat bertemu Danny sedetik pun. Kemarin, Liam langsung diizinkan pulang oleh dokter yang merawatnya setelah infus yang terpasang habis. Gejala alergi yang timbul pun sudah hilang sepenuhnya dan juga tidak ada masalah lain. Lily dan Leon pun sama. Karena enggan berlama-lama berdua saja dengan Danny, Eza memutuskan untuk melarikan diri ketika Danny pergi mengurus administrasi. Bahkan Eza membawa pulang anak-anak dalam keadaan tertidur. "Leon ketemu Papa." Celakanya, Leon bercerita pada kedua eyangnya bahwa mereka bertemu papa. Liam yang ikut mendengar cerita itu langsung cemberut karena tidak sempat bertemu papanya. Pagi ini, Liam langsung merengek dan men
Read more

S2-Calon Mertua

Danny menutup telepon dengan perasaan tak menentu. Dia sudah mengiyakan permintaan Mary, padahal dia sendiri tahu besok ada banyak hal yang mau dia kerjakan di lab, tapi tetap saja mulut dan otaknya tidak bisa diajak kerjasama. "Besok jadwalku apa saja ya?" tanya Danny pada sekretarisnya. Masih dengan gaya melambainya. Sulit untuk melepas kebiasaan itu, karena sudah lama Danny berakting demikian. Danny berpura-pura menjadi banci untuk menjauh dari wanita yang pernah dicintainya, yang tidak lain adalah ibu tirinya sendiri. Dia bahkan mengaku dirinya menyukai lelaki dan melukai perasaan Laura dengan mengatakan, menyatakan cinta pada Laura adalah bentuk taruhan dengan teman-temannya. Siapa pun pasti sakit hati mendengar hal seperti itu kan? Laura juga begitu, dia bahkan sampai menampar Danny waktu itu. Tapi Laura yang lembut dan baik hati melupakan hal itu dengan cepat. Dia bahkan bersedia memperlakukan Danny seperti anak kandungnya sendiri. Padahal jarak usia mereka tidak sejauh i
Read more

S2-Mar For Mary

Eza sengaja mengurung diri di kamar sore ini. Dia sedang tidak ingin bertemu dengan Danny yang sudah berjanji akan datang menemani anak-anak bermain. Dia sudah berharap Danny tidak datang, tapi nyatanya pria itu datang dengan membawa banyak kantongan. Eza bisa tahu karena dia melihat Danny yang baru turun dari mobil dari jendela kamarnya di lantai dua. Dari atas, Eza bisa melihat Danny dengan penampilan kantornya yang rapi. Dia juga bisa melihat kalau gerak-gerik Danny sudah terlihat sedikit lebih baik. "Harusnya kau turun ke bawah, Za. Kau harus mengawasinya agar tidak membawa kabur anakmu." Eza mendoktrin dirinya seraya berjalan mondar-mandir di dalam kamar seperti setrikaan rusak. Berkali-kali perempuan itu menghampiri pintu, namun segera membatalkan niatnya untuk membuka pintu. "Kau kenapa sih, Za?" Eza bertanya pada dirinya sendiri. Beberapa waktu lalu, Eza memang takut bertemu Danny karena berpikir lelaki itu mungkin akan mengambil anaknya. Tapi sekarang ini rasanya,
Read more

S2-Dear Mary

Eza tidak bisa tertidur. Sejak jam sembilan malam tadi dan setelah Danny pulang, Eza langsung naik ke kamar untuk tidur. Tapi yang terjadi hanyalah dirinya yang berguling ke kiri dan ke kanan. Dan berakhir dengn Eza menendang selimutnya sekuat tenaga. "Apa-apaan sih banci itu?" Eza mendesis pelan. Eza sih inginnya berteriak, tapi dia tidak mau membangunkan seisi rumah. Terutama karena anak-anak tidur di kamar sebelah dan pintu penghubungnya terbuka lebar. Eza menyugar rambut panjangnya asal-asalan. Gara-gara satu kalimat pendek dari Danny, kepala Eza dipenuhi wajah tampan nan kinclong pria itu. "Sialan," Eza mengumpat ketika mengingat kata-kata Danny yang lain saat memberikan kantongan berisi tester yang dibicarakannya tadi. "Aku memilihkan lipstik yang launching kemarin untukmu. Aku membuat warna seperti itu karena yakin kau akan cocok memakainya." Eza mendesah pelan kemudian menatap paper bag tebal, berukuran besar dan berwarna hitam keemasan di atas nakas. Jujur saja Eza p
Read more

S2-Bapak Tampan

Eza menghela napas ketika seorang wanita cantik yang mengaku sebagai sekretaris Danny datang menyapanya di area lobi., bahkan sebelum Eza sempat bertanya ke meja resepsionis. "Dibilangin juga gak usah dijemput," bisik Eza sangat lirih. Saking lirihnya tidak ada yang bisa mendengar. Kali ini Attha dan Fika tidak ikut. Tiba-tiba saja ada masalah di warung yang mereka dirikan semenjak pindah ke NYC. Bangunan dua lantai yang dibeli dengan bantuan Gita itu, terbakar karena keteledoran salah satu pekerja. Jadinya, hanya Eza dan anak-anak saja yang datang. Jujur saja, kali ini Eza cukup khawatir akan kecolongan lagi. Bukan hanya takut anak-anaknya kabur, tapi juga takut bocah-bocah itu membuat masalah di kantor orang. "Papa." Si kembar berteriak bahagia begitu melihat Danny yang duduk di balik mejanya. Tentu saja panggilan itu membuat Maureen terbelalak. Apalagi ketika Danny menyambut bocah-bocah itu dengan sangat antusias. Bos mereka yang melambai itu sudah punya tiga anak? Dengan
Read more

S2-Laura

Danny terlihat senang melihat wajah Mary yang terlihat bersemu merah. Tidak terlalu keihatan karena warna kulit wanita itu memang sedikit kecokelatan. Persis sama dengan warna foundation yang disebutkannya tadi. Maureen yang baru saja masuk pun langsung mengernyit melihat aura merah muda bertebaran di mana-mana. Membuat wanita itu berpikir, sejak kapan bosnya ini sembuh? "Atau memang sejak awal dia baik-baik saja?" gumam Maureen dalam hati. Kalau melihat usia anak-anak ini pastinya sudah ada sekitar tiga tahunan Danny menjadi pria lurus. Tapi kalau melihat gerak-gerik bosnya selama ini, ada kemungkinan ini adalah cinta lama yang bersemi kembali kan? Lihat saja tingkah Danny yang tersenyum-senyum sambil melirik ke arah Eza yang malu-malu. Maureen mendesah pelan. Kalau tahu Danny manusia normal, seharusnya dia bisa menggoda bosnya itu sedari dulu. "Maaf menunggu lama." Maureen mengacaukan aura merah mudah itu hanya dengan tiga kata saja. Membuatnya sadar, bahwa sedari tadi dia s
Read more

S2-Dipecat

Danny bersenandung dan melangkah dengan pelan sekembalinya dari toilet. Hatinya sedang senang, karena ada Mary dan anak-anak. Tapi senyumnya menghilang begitu melihat pintu ruangannya terbuka dan mendengar suara teriakan dari dalam. "Anak-anak," panggilnya dengan raut tidak senang. Betapa terkejutnya Danny dengan pemandangan yang terlihat di dalam ruangannya. Baru ditinggal lima belas menit ruangannya sudah berantakan. Tapi bukan itu yang jadi fokus Danny. Yang menjadi fokusnya adalah Laura yang sepertinya sedang mengasari Lily dan Liam. "Laura, apa yang kau lakukan pada anak-anakku?" Danny berteriak. Tidak terlalu kencang karena tidak mau mengagetkan anak-anak, tapi cukup membuat Laura berbalik. "Ah, Danny kebetulan kau sudah kembali." Laura melepaskan cengkramannya pada tangan kecil Lily dan mendekati anak tirinya itu. Dia sama sekali tidak mendengarkan kata-kata Danny yang barusan.. "Anak-anak ini masuk ke ruanganmu tanpa izin. Dan seperti yang kau lihat mereka mengaca
Read more

S2-Berhenti Menjadi Banci?

Sesuai yang sudah diperkirakan oleh Danny. Tiba-tiba saja ayahnya Xavier Newton, meneleponnya. Padahal sejak menikah dengan Laura, bisa dibilang hubungan ayah dan anak itu jadi sedikit renggang. "Ada perlu apa Dad?" tanya Danny to the point. Dia sedang malas berbasa-basi dengan sang ayah. "Apa kau ada waktu malam ini?" Xavier juga sepertinya tidak berniat untuk berbasa-basi busuk. Dia langsung menanyakan apa yang ingin dia tanyakan. "Kurasa aku akan pulang agak malam. Tapi kalau ada yang perlu dibicarakan aku bisa meluangkan waktu," jawab Danny dengan sangat yakin. "Kalau begitu pulanglah ke rumah untuk makan malam bersama. Ada yang mau Dad bicarakan." Xavier menjawab dengan nada suara yang sama dengan anaknya. "Tentu saja," Danny menjawab dan langsung meletakan teleponnya tanpa mendengar balasan sang ayah. Danny yakin ayahnya langsung mematikan telepon setelah selesai mengutarakan maksudnya. Jadi Danny tidak merasa bersalah sama sekali. Baru saja Danny mau melanjutkan pekerja
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status