Share

S2-Laura

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Danny terlihat senang melihat wajah Mary yang terlihat bersemu merah. Tidak terlalu keihatan karena warna kulit wanita itu memang sedikit kecokelatan. Persis sama dengan warna foundation yang disebutkannya tadi.

Maureen yang baru saja masuk pun langsung mengernyit melihat aura merah muda bertebaran di mana-mana. Membuat wanita itu berpikir, sejak kapan bosnya ini sembuh?

"Atau memang sejak awal dia baik-baik saja?" gumam Maureen dalam hati.

Kalau melihat usia anak-anak ini pastinya sudah ada sekitar tiga tahunan Danny menjadi pria lurus. Tapi kalau melihat gerak-gerik bosnya selama ini, ada kemungkinan ini adalah cinta lama yang bersemi kembali kan?

Lihat saja tingkah Danny yang tersenyum-senyum sambil melirik ke arah Eza yang malu-malu. Maureen mendesah pelan. Kalau tahu Danny manusia normal, seharusnya dia bisa menggoda bosnya itu sedari dulu.

"Maaf menunggu lama." Maureen mengacaukan aura merah mudah itu hanya dengan tiga kata saja. Membuatnya sadar, bahwa sedari tadi dia s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Dipecat

    Danny bersenandung dan melangkah dengan pelan sekembalinya dari toilet. Hatinya sedang senang, karena ada Mary dan anak-anak. Tapi senyumnya menghilang begitu melihat pintu ruangannya terbuka dan mendengar suara teriakan dari dalam. "Anak-anak," panggilnya dengan raut tidak senang. Betapa terkejutnya Danny dengan pemandangan yang terlihat di dalam ruangannya. Baru ditinggal lima belas menit ruangannya sudah berantakan. Tapi bukan itu yang jadi fokus Danny. Yang menjadi fokusnya adalah Laura yang sepertinya sedang mengasari Lily dan Liam. "Laura, apa yang kau lakukan pada anak-anakku?" Danny berteriak. Tidak terlalu kencang karena tidak mau mengagetkan anak-anak, tapi cukup membuat Laura berbalik. "Ah, Danny kebetulan kau sudah kembali." Laura melepaskan cengkramannya pada tangan kecil Lily dan mendekati anak tirinya itu. Dia sama sekali tidak mendengarkan kata-kata Danny yang barusan.. "Anak-anak ini masuk ke ruanganmu tanpa izin. Dan seperti yang kau lihat mereka mengaca

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Berhenti Menjadi Banci?

    Sesuai yang sudah diperkirakan oleh Danny. Tiba-tiba saja ayahnya Xavier Newton, meneleponnya. Padahal sejak menikah dengan Laura, bisa dibilang hubungan ayah dan anak itu jadi sedikit renggang. "Ada perlu apa Dad?" tanya Danny to the point. Dia sedang malas berbasa-basi dengan sang ayah. "Apa kau ada waktu malam ini?" Xavier juga sepertinya tidak berniat untuk berbasa-basi busuk. Dia langsung menanyakan apa yang ingin dia tanyakan. "Kurasa aku akan pulang agak malam. Tapi kalau ada yang perlu dibicarakan aku bisa meluangkan waktu," jawab Danny dengan sangat yakin. "Kalau begitu pulanglah ke rumah untuk makan malam bersama. Ada yang mau Dad bicarakan." Xavier menjawab dengan nada suara yang sama dengan anaknya. "Tentu saja," Danny menjawab dan langsung meletakan teleponnya tanpa mendengar balasan sang ayah. Danny yakin ayahnya langsung mematikan telepon setelah selesai mengutarakan maksudnya. Jadi Danny tidak merasa bersalah sama sekali. Baru saja Danny mau melanjutkan pekerja

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Topeng yang Retak

    "Hai, Darren. Apa kabarmu?" Danny berbicara dengan intonasi suaranya yang NORMAL. Nada suara Danny tiba-tiba saja terdengar seksi di telinga para wanita. Bahkan para lelaki saja terkejut dan menaikkan sebelah alis atau sekedar ternganga. "Kau sudah pulang?" Xavier Newton entah muncul dari mana bersama dengan Laura. Danny benar-benar kesal melihat wajah Laura sekarang ini. Sungguh, rasanya Danny ingin berteriak memarahinya karena telah melukai Lily, tapi dia tidak akan melakukannya sekarang. Setidaknya, Danny masih tahu sopan santun untuk tidak berteriak di depan orang banyak. "Aku tidak tahu kalau ada acara kumpul keluarga." Danny tidak menjawab pertanyaan Xavier karena merasa tidak perlu. "Ya, acara ini dibuat untukmu loh. Dadakan sih, tapi kuharap kau menyukainya." Laura yang membalas perkataan Danny. "Danny sudah pulang? Kau membawa hadiah untukku?" Diana adik tiri Danny yang berumur tiga tahun datang menghampiri. Danny yang sedari tadi menatap Laura karena rasa sebal

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Menginap

    "Siapa?" tanya Danny pada Maureen yang masih menjadi sekretarisnya hari ini. "Itu Miss Eza ada di bawah. Katanya sih ada anak-anak juga. Apa mau langsung disuruh naik saja?" "Tentu saja. Untuk apa kau menanyakan hal yang sudah pasti?" Danny yang tadinya akan ke lab, batal melakukan niatnya itu. Dia yang baru keluar dari pintu ruangannya langsung masuk lagi ke dalam ruangan. Mood Danny yang sejak pagi anjlok tiba-tiba saja terbang tinggi sampai ke langit. Semalam, Danny terpaksa menginap di rumah ayahnya dan berangkat kantor dari sana. Sarapan pagi pun terpaksa dilalui dengan keluarganya. Beruntungnya, Ian menelepon dan Danny bisa pura-pura sibuk lalu segera pergi setelah duduk lima menit. Kini Danny yang memang sedikit sibuk, sedang pura-pura tidak sibuk agar bisa bermain sebentar dengan anak-anak. Atau kalau bisa dengan Mary. "Papa." Teriakan anak kecil langsung terdengar begitu pintu terbuka disertai dengan suara derap langkah beriringan yang tergesa. Suara itu membuat Da

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Apa yang Kau Pegang

    "Menginap?" tanya Fika untuk memastikan. "Ya, Bun." Eza menjawab sambil memijat pelipisnya. Sudah seharian ini kepala Eza sakit gara-gara permintaan Danny. Bukan hanya karena ajakannya, tapi karena gestur tubuh pria itu yang terlalu dekat. Untungnya Leon merusuh sehingga, Eza tidak perlu berlama-lama di posisi memalukan itu. "Akhir pekan kan?" tanya Fika untuk lebih memastikan lagi. "Iya, Bun. Akhir pekan ini anak-anak bakal nginap di sana." Eza menjawab masih dengan meimijat pelipisnya. Sejujurnya Eza sedikit khawatir, karena ternyata Danny tinggal sendiri di apartemen. Dia khawatir lelaki itu akan kesulitan mengurusi anak-anak sendirian. Apalagi Danny juga menolak ketika Eza memberi opsi pengasuh anak-anak ikut menginap. "Kalau kau yang menginap sih tidak masalah. Tapi aku tidak menerima orang lain." Itulah yang dikatakan Danny. Sungguh, Eza sudah nyaris menolak. Tapi begitu melihat Maureen dirinya jadi merasa sedikit bersalah. Pada akhirnya, Eza menyanggupi memb

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Istri Danny

    "Sialan," umpat Eza kesal.Malam ini Eza merasa tidak akan bisa tertidur. Karena rengekan dan tangisan dari anak-anak, dirinya terpaksa ikut menginap tanpa persiapan apa pun Seharian ini dilewati Eza dengan perasaan tak menentu. Pagi tadi bisa dilewati Eza tanpa masalah. Siang juga bisa dilalui dengan aman-aman saja. Danny juga tadi sudah terlanjur memesan makana siang, jadi Eza tidak perlu masak. Tapi sekarang ini? Sepertinya akan jadi masalah. Ini sudah waktu tidur siang anak-anak. Sebenarnya sudah lewat lima belas menit dari waktu biasanya, tapi anak-anak masih belum mau tidur. Hanya saja mata mengantuk mereka sudah terlihat jelas dan dalam sepuluh menit, satu per satu ambruk. Danny memindahkan anak-anak satu per satu ke kamarnya. Menidurkan anak-anak itu dengan posisi melintang. Itu dilakukan agar tiga bocah itu tidak jatuh di ranjang queen size itu. "Jangan menggigit jarimu, Mary. Itu akan merusak cat kukumu dan itu tidak sehat." Danny menegur begitu melihat ibu dari anak

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Menikah

    "Kau siapa?" Laura langsung emosi ketika melihat seorang wanita membuka pintu apartemen Danny. Makin merasa kesal karena wanita di depannya memakai pakaian anak tirinya itu. "Bukankah itu pertanyaanku?" Eza menantang wanita hamil di depannya. Eza menduga wanita itu adalah istri Danny, tapi mana mungkin ada istri sah yang tidak punya akses ke apartemen suaminya kan? Atas pemikiran itu, Eza mengkonfrontasi wanita hamil di depannya. "Apa maksud kata-katamu itu? Ini adalah properti milik keluargaku." Baru sebentar saja Laura sudah tersulut dan berteriak. "Astaga! Tidak bisakah kau mengatur intonasi suaramu di hadapan anak kecil? Dia ketakutan," sergah Eza mulai marah. Tidak sadar pada dirinya sendiri yang sering berteriak. Baru saja Laura ingin berteriak lagi, seseorang memanggilnya. "Sayang? Kenapa kau berdiri di sana?" Xavier, mendekati dan langsung merangkul istri mudanya itu. Pria paruh baya itu kemudian menoleh ke arah Eza. Menatap wanita yang menggunakan pakaian an

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Pertama Kali

    "Di mana aku bisa tidur?" Eza bertanya begitu melihat Danny masuk ke dalam kamar. "Tidur saja di sana. Kalau kau bersedia tidur telentang, masih muat kok untuk dua orang." Danny mengedipkan mata nakal, setelah mengedikkan dagu ke arah ranjang yang ditiduri anak-anak. Eza sedari tadi sudah mencoba untuk sabar dan tidak menegur Danny karena ada ayahnya. Tapi setelah sempat dilupakan, Eza akhirnya menegur Danny. "Apa maksud kata-katamu tadi?" Eza bertanya pada Danny yang baru masuk ke kamar mandi dan membiarkan pintu terbuka. "Yang mana?" tanya Danny sedikit berteriak. , "Soal menikah itu." Eza menjawab dengan sangat kesal. Eza yakin Danny hanya pura-pura tidak tahu. "Memangnya kenapa dengan itu?" Danny keluar dengan wajah segar setelah cuci muka. "Kalau kau tidak serius dengan hal itu, maka jangan mengatakannya." "Kata siapa aku tidak serius?" Jawaban Danny itu membuat Eza mengernyit. Perempuan itu tidak percaya dengan ucapan lelaki yang kini berdiri di depannya dengan

Bab terbaru

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Special Chapter 2

    “Siapa yang punya ide bodoh, untuk mengumpulkan anak-anak ini di sini?” Gita hanya bisa menghela napas, ketika mendengar adiknya mengeluh. Bagaimana tidak, sekarang rumah orang tua mereka tiba-tiba saja berubah menjadi taman bermain anak-anak. Bukan hanya ada anak-anak Gita dan saudara perempuannya, tapi ada juga anak-anak Eza di sana. Total, ada sembilan anak kecil yang sedang berteriak dan berlari di ruang tengah rumah besar itu. “Maaf.” Pada akhirnya, Gita yang mengatakan hal itu. “Aku tidak benar-benar berpikir kalau Eza akan benar-benar membawa semua anak-anaknya.” “Hei, kau mengundang semua anakku,” hardik Eza terlihat agak kesal. “Memangnya apa yang akan kau dapatkan, ketika mengadakan pesta ulang tahun untuk anak-anak?” Gita kembali menghela napas karena mendengar pembelaan diri yang sangat benar itu. Tapi dia sama sekali tidak berniat untuk membuat acara besar untuk ulang tahun pertama putra keduanya. Rencananya hanya makan-makan bersama dengan keluarga besar

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Special Chapter

    “Wah, kau benar-benar luar biasa.” Eza baru membuka pintu rumahnya, dan sudah langsung disambut kalimat bernada ejekan dari sang sahabat. Gita Bramantara, baru saja tiba di depan pintu rumahnya. “Berhenti menatapku dengan pandangan mencemooh seperti itu sialan,” desis Eza merasa sangat kesal. “Tunggu saja giliranmu nanti, Ta.” “Maaf, tapi aku tidak ingin punya banyak anak.” Gita mengangkat kedua tangannya. “Lagi pula, akan sulit kalau aku tidak benar-benar berusaha.” Eza menghela napas mendengar apa yang dikatakan sahabatnya barusan. Dia sebenarnya masih ingin memprotes, tapi merasa tidak tega juga. Biar bagaimana, Gita memang agak kesulitan mendapat anak. “Bagaimana keadaan Teddy?” Pada akhirnya, Eza mengalihkan pembicaraan saja. Tentu setelah mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah. “Dari pada menanyakan keadaan anakku yang sedang tertidur pulas, bagaimana kalau aku yang menanyakan keadaanmu saja? Apa kau baik-baik saja?” Eza meringis mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Titipan

    “Akhirnya kau bangun juga?” Dina mengembuskan napas lega begitu melihat Eza terbangun. Eza mengerjap beberpa kali untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan ilusi. Syukurnya bahkan setelah Eza mengucek matanya, Dina masih terlihat. Ini bukan ilusi, tapi apakah ini mimpi lagi? “Dina? Apa yang kau lakukan di rumahku?” Eza bertanya dengan nada bingung. Eza makin terlihat bingung ketika menyadari Dina berada di kamar tidurnya dan Danny tidak terlihat dimana pun. Bagaimana Dina bisa tahu tentang rumah barunya? “Tenang saja, suamimu ada di lantai bawah. Dia tidak lari kok dan pernikahan kalian kemarin itu nyata.” Dina tersenyum melihat kebingungan di wajah saudara kembarnya itu. Eza yang tadinya masih berbaring, kini sudah duduk di pinggir ranjang dan meminta Dina duduk di sebelahnya. “Kenapa kemarin kau tidak hadir? Aku menunggumu loh.” Eza memprotes Dina yang tidak terlihat dimana-mana saat acaranya kemarin. “Kata siapa? Aku datang kok, kau saja yang tidak melihatku.” “Benar

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Satu Garis

    "Mary? Kok cemberut sih?" Danny sedang mencoba melihat wajah tunangannya itu. Sudah sejak kemarin malam Mary-nya cemberut. Dia selalu memalingkan wajah saat berbicara dengan Dann,dan hal itu membuat Danny jadi frustasi. Bahkan saat sedang berdua di dalam mobil seperti ini pun, Mary tetap memalingkan muka. Membuat Danny meminggirkan mobilnya. Sebenarnya Danny sudah bisa menebak apa yang membuat kekasihnya itu cemberut. Dia pastinya kecewa dengan keputusan semalam. Semua orang memaksanya untuk menikah dalam bulan ini juga. Alasan Attha memang cukup masuk akal dan Xavier juga sudah setuju dengan hal itu. Apalagi Danny yang sudah tidak sabar bisa berduaan saja dengan Mary sesuka hatinya. Tapi sepertinya Mary tidak terlalu setuju dengan hal itu. "Apa segitu tidak cintanya kau padaku sampai tidak mau cepat-cepat menikah denganku?" Danny mengeluh frustasi. Takut jika Mary meninggalkannya. Mendengar pertanyaan tunangannya, Eza refleks berbalik ke arah Danny. Keningnya berkerut, ti

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Persiapan Nikah

    Eza bersenandung riang di depan cermin. Dia sudah mengenakan bajunya dan makeup-nya juga sudah terasa sangat sempurna. Sekarang hanya tinggal menungggu anak-anak siap dan mereka akan berangkat ke acara peluncuran produk baru Mar. “Sudah siap, Za?” Fika muncul dari balik pintu. “Anak-anak sudah siap?” Eza balik bertanya. “Udah.” “Kalo gitu ayo pergi,” seru Eza tidak sabar. Eza tiba sedikit lebih awal dari waktu yang direncanankan. Kru Eza juga sudah lebih dulu sampai untuk menyiapkan beberapa hal. Dan tentu saja mereka semua disambut dengan baik. Apalagi karena Eza sudah dikenal oleh semua karyawan Mar. Pada awalanya semua berjalan norma saja. Tidak ada hal yang aneh dan kata-kata Gita kemarin malam tentang ‘lamaran’ juga tidak mempengaruhi Eza sama sekali. Eza sibuk berkeliling tempat acara untuk melakukan live. Tidak terlalu lama karena dia tidak mau meninggalkan anak-anak terlalu lama. Dia yang belum mau memperlihatkan wajah anak-anaknya di depan kamera, juga mendapat

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Will You Marry Me?

    “Bisa gak sih, jangan menghela napas terus? Bikin sial tahu gak,” Ian berseru kesal. Bagaimana tidak? Entah sudah berapa kali Danny bolak balik seperti setrikaan rusak sambil mendesah atau menghela napas. Itu benar-benar membuat Ian pusing. “Aku gugup.” Danny mengaku pada sahabatnya itu. “Lalu apa dengan kau menjadi gugup seperti ini masalahmu akan selesai?” Ian bertanya dengan gemas. “Tidak akan, Dan. Jadi berhentilah mondar-mandir seperti itu.” Danny akhirnya menuruti kata-kata Ian. Dia duduk di kursi kosong di sebelah Ian, tapi jelas masih merasa gugup. Danny makin gugup ketika pihak dari EO mengatakan acaranya sudah bisa dimulai. Intinya acara berjalan sesuai rencana. Pertama-tama Danny dan Ian menyapa beberapa tamu dan influencer, sebelum masuk ke acara utama. Termasuk Eza yang sedang live. Eza hari ini memilih memakai halter dress berwarna hijau zamrud dengan bahan brokat dan hanya menutupi setengah pahanya. Pilihan pakaian Eza jelas membuatnya terlihat makin cantik dan

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Makanan Pembuka

    Danny menatap kotak perhiasan yang baru saja tiba di kantornya sore ini. Akhirnya benda penting yang disiapkannya untuk acara besok tiba juga. Itu membuat Danny makin gugup. Karena harus mengurusi anak-anak dan kerja disaat bersamaan, Danny harus memesan secara online. Selain itu kali ini Danny memesannya sendiri tanpa melibatkan Maureen. Untungnya, barang yang datang sesuai dengan ekspektasi Danny. Begitu shining, shimmering, splendid. Menurutnya, ini cincin yang sangat cocok dengan Mary. Sayang sekali, lamunan Danny terinterupsi dengan ketukan di pintunya. Buru-buru, Danny menyimpan kotak perhiasan itu di kantong jasnya. "Pak, orang dari EO datang untuk membahas acara besok." Maureen tidak masuk ke dalam ruangan dan hanya memberitahu dari depan pintu. "Suruh masuk." Demi untuk melamar Mary-nya, Danny memilih untuk bekerja sama dengan event organizer. Dia tidak mau terlalu mempercayakan ini ke divisi PR, terutama setelah insiden dengan Rosaline. Rosaline belum dipecat,

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Tidak Sesuai Ekspektasi

    “Kau sudah datang?” Danny langsung berdiri begitu melihat Eza masuk ke ruanga VIP yang dipesannya. Dia juga segera menarikkan Eza kursi untuk wanita itu duduki. “Kau sendirian? Anak-anak ke mana?” Eza bertanya dengan ekspresi bingung. “Ah, itu. Maaf aku sedikit berbohong soal itu. Sebenarnya hari ini aku ingin makan malam berdua saja denganmu.” Danny menjawab dengan jujur. “Apa kau marah?” Danny bertanya dengan hati-hati, takut jika kekasihnya itu marah. “Tidak juga sih. Tapi aku hanya khawatir dengan mereka.” Eza menjawab dengan sedikit gugup. “Ah, tenang saja. Aku sudah memulangkan mereka ke rumah. Ayah dan Bunda juga tidak keberatan membantu menjaga mereka untuk sementara waktu.” Eza mengangguk canggung dengan bibir membentuk huruf o yang sempurna. Sungguh rasanya seumur hidup baru kali ini Eza merasa gugup. Tepatnya kali kedua setelah proses melahirkannya dulu. “Tadi aku sudah memesan makanan duluan. Kau tidak masalahkan dengan yang namanya iga penyet?” tanya Danny dengan

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Imajinasi Eza

    "Ada apa dengan telingamu?" Ian langsung bertanya ketika melihat Danny memasuki ruangannya, yang sedang menggendong Lily. "Ini gara-gara karyawan yang kau rekrut." Danny langsung mengeluh pada Ian. "Siapa?" "Manager PR," jawab Danny jujur sembari duduk di sofa ruangan sahabatnya itu. "Rosaline? Kenapa dengan dia? Jangan bilang kau bercinta dengannya di kantor dan kepergok sama Eza?" "Kau pikir aku tukang selingkuh?" sergah Danny kesal. "Dia mencoba menggodaku, tapi ketahuan Mary. Untung saja aku menolak dengan tegas." "Lalu? Apa hubungannya dengan telingamu itu?" tanya Ian makin bingung. "Mary menyalahkanku, dan dia menjewer telingaku, bahkan mencubit lenganku." Danny sedikit menarik lengan kemejanya yang suduh tergulung. Di sana terlihat jelas dua titik biru yang lumayan besar dan pastinya sakit jika disentuh. "Oh, wow!" Ian menatap ngeri pada Danny. Bagaimana mungkin pria lembek sepertu sahabatnya ini jatuh cinta pada wanita sebar-bar itu? "Sudah lupakan saja soal tel

DMCA.com Protection Status