Home / Romansa / Kekasih Gelap Ceo Arogan / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Kekasih Gelap Ceo Arogan: Chapter 171 - Chapter 180

204 Chapters

Bab 171. Rahasia?

"Sayang, tolong buka pintunya!" Edward mengetuk pintu kamarnya yang telah dihias sedemikian rupa untuk menjadi kamar pengantin untuknya dan juga Lean. Beberapa saat yang lalu, ia mencoba untuk mengejar Lean yang segera meninggalkan pesta setelah ia menggoda mempelainya yang cantik itu. Dan Lean yang marah malah mempercepat langkahnya kemudian masuk ke dalam kamar mereka lalu mengunci pintunya dari dalam. "Sayang?" Edward mencoba memanggil Lean kembali. Sama sekali tidak menyadari keberadaan Oliver yang kini telah berdiri di belakangnya. "Kau pantas menerimanya," celetuk Oliver. Terkejut, Edward pun sontak menoleh. Dan mendengus kemudian ketika menyadari siapa yang baru saja berbicara padanya. "Haha, sangat lucu," sungutnya. Oliver tersenyum miring, "Jika aku menjadi mempelai seorang Edward Gail, aku pasti juga akan melakukan hal yang sama," selorohnya. "Jangan mengatakan sesuatu yang aneh dan tidak tahu malu seperti itu!" protes Edward. Ia menatap daun pintu kamarnya sesaat, la
last updateLast Updated : 2024-09-16
Read more

Bab 172. Tugas Rahasia.

Edward menghela napas panjang setelah Eve pergi, meninggalkannya dengan segudang rasa penasaran. Namun kini ada sesuatu yang lebih penting untuk ia kerjakan, yaitu membujuk Lean agar tidak membiarkan dirinya kedinginan di luar kamar. “Sayang, tolong buka pintunya. Aku mohon. Tolong jangan lakukan ini padaku," pintanya dengan nada memelas, sambil mengetuk pintu kamar berkali-kali.Setelah beberapa detik, pintu akhirnya terbuka sedikit, dan Lean, dengan wajah memerah, muncul. "Aku tahu kau akan kembali meminta maaf," cicitnya. Edward menatap wajah istrinya itu yang masih tampak cemberut. "Ya, aku memang ingin minta maaf. Jadi ... tolong maafkan aku, oke? Please!"Lean hanya menatap Edward, "Jadi kau akan tidur malam ini?" Edward menggeleng cepat dan mendorong perlahan pintu kamar yang sedang ditahan oleh Lean. "Aku tidak mungkin bisa tidur, lagipula malam ini adalah malam pernikahan kita," ujarnya seraya menyeret Lean untuk mengikuti dirinya. Bersamaan dengan itu, tangannya yang beba
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

Bab 173. Malam Yang Indah.

"Jadi, apa jawabanmu, Eve?" tukas Luis yang melihat Eve hanya terdiam membisu. "A-apa?" tersentak, Eve sontak melirik Luis dengan wajah merona. "Jawabanmu," desak Luis gemas. Ingin rasanya ia menarik tengkuk Eve dan mengecup bibir wanita itu. Tetapi Luis tahu kalau Eve tidak akan mungkin diam saja ketika ia melakukan hal itu. Jadi ia pun mengurungkan niatnya. "Kau pasti tahu apa yang kumaksud, bukan?" imbuhnya tak sabar. Eve seketika mematung, merasakan detak jantungnya yang saling berkejaran di dalam tubuhnya. Melihat reaksi Eve dan wajah asistennya itu yang bersemu merah— Luis mengerang dalam hati. "Eve?" Eve berusaha menenangkan detak jantungnya yang mulai tak teratur. Ia menggigit bibir bawahnya, menghindari tatapan Luis yang tajam. Perasaannya campur aduk antara ingin berlari menjauh dan sekaligus ingin mendekat. “Eve,” panggil Luis sekali lagi, suaranya lebih rendah, menampilkan sisi lembut yang jarang ia tunjukkan. “Bukankah selama ini kita sudah sangat dekat?” Eve
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Bab 174. Eve Dan Luis Berpamitan.

Pagi ini sinar matahari menerobos masuk melalui tirai jendela kamar vila. Lean tersentak dari tidurnya ketika ia mendengar ketukan keras di pintu kamar. Ia mengerjapkan matanya selama beberapa saat, berusaha mengingat kembali malam penuh bahagia yang baru saja ia alami bersama Edward. Tatkala ia menoleh ke samping, Lean menemukan Edward yang masih tertidur lelap, wajah tampan suaminya itu terlihat damai dalam dekapan mimpi.“Edward, bangunlah,” bisiknya lembut sambil menggoyangkan bahu Edward. Namun, Edward hanya menggeliat, seolah enggan untuk meninggalkan petualangan indah dalam mimpinya. Di saat yang sama, ketukan di pintu kamar tiba-tiba kembali terdengar, lebih mendesak.“Baiklah, aku akan membuka pintunya,” katanya sambil beranjak dari atas tempat tidur. Setelah mengenakan gaun tidur yang nyaman, Lean melangkah ke arah pintu dan membukanya sedikit.Di luar, berdiri Adolf, sang kepala pelayan, dengan tatapan serius. “Maaf mengganggu, Nyonya. Nona Eve, dan Tuan Luis sedang menung
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

Bab 175. Kecurigaan Edward Dan Juga Lean.

"Ed, apa maksud ucapanmu tadi kepada Luis?" tanya Lean penasaran. Tanpa suaminya ketahui, meski tadi ia terlihat sedang berbicara pada Eve— nyatanya, Lean diam-diam sengaja mendengarkan apa yang telah Edward katakan pada Luis.Saat itu, kalimat Edward terdengar sedikit aneh baginya, atau ... mungkinkah ia hanya terlalu banyak berpikir? "Ucapanku? Yang mana?" Edward balik bertanya, pura-pura tak mengerti, sembari merangkul Lean kala ia dan istrinya itu berjalan bersama menuju ruang makan. "Tadi kau mengatakan pada Luis, jika kita pergi berbulan madu ke Zurich— kau memintanya untuk terbuka padamu. Dalam hal apa? Apa kau masih menyelidiki pria yang telah menembakmu?" selidik Lean, menatap Edward dengan wajah cemberut dan kedua tangan yang bersedekap di dada. Edward mengumpat dalam hati mendengar pertanyaan dari istrinya itu, tidak menduga jika Lean bisa menangkap kecurigaannya terhadap Luis. Namun, agar istrinya itu tidak mencemaskan dirinya— ia segera memutar otaknya demi memberikan
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Bab 176. Rencana Di Balik Keinginan Edward.

“Hmm? Apa yang kau inginkan, Ed?” tanya Charlotte, memiringkan kepalanya dengan penuh rasa ingin tahu. Ia adalah satu dari sedikit orang yang selalu peduli pada Edward.“Aku … ingin tiket pesawat ke Zurich!” ungkap Edward tiba-tiba. “Aku ingin mengajak Lean untuk berbulan madu ke sana. Aku juga ingin Anton menemaniku, jadi kuharap Kakek bersedia meminjamkan James padaku untuk memimpin Gail Mart selama aku pergi ke Zurich,” lanjutnya dengan nada serius. Suasana menjadi hening sejenak. Semua orang menatap Edward dengan tanpa ekspresi. Menyaksikan hal itu, Edward pun tersenyum lebar lalu menambahkan. “Tentu dengan kelas bisnis tentunya!”Semua yang hadir di ruang tamu itu sontak tertawa, bahkan Edward juga ikut tertawa. Hanya Tuan Besar Gail yang masih terlihat serius mendengarkan cucu bungsunya itu. “Mengapa harus ke Zurich? Dan mengapa Anton harus ikut dalam perjalanan bulan madumu?” celetuk Tuan Besar Gail, sembari mengerutkan dahi. “Ed, apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan dari
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Bab 177. Rahasia Para Pria.

Langit senja mulai memerah di atas Kota L, Edward menatap pemandangan itu dari jendela vila mereka. Ia bisa merasakan ketegangan yang menciptakan semacam sensasi yang membingungkan antara kegembiraan dan keinginan yang gelap. Selama ini, ia tahu bahwa kepergiannya ke Zurich bukan semata-mata untuk berbulan madu. Ada tujuan yang lebih dalam, rencana yang melibatkan risiko—dan hal itu harus dilakukannya tanpa sepengetahuan Lean."Ed, kau sudah siap?" Suara Lean membuat Edward tersentak dari lamunannya. Ia lalu berbalik dan tersenyum, berusaha menyembunyikan beban yang terdapat di dalam pikirannya."Ya, Sayang. Apa kau sudah siap?" ia balik bertanya sambil merangkul bahu Lean. "Apakah kau yakin tidak ada barang yang tertinggal?" lontarnya pada istrinya itu. Lean menganggukkan kepalanya, seiring dengan itu— matanya ikut berbinar karena senang. "Aku tidak percaya kalau akhirnya aku bisa pulang ke Zurich," cicitnya. Edward hanya tersenyum menanggapi ucapan istrinya itu, meskipun nyatanya
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Bab 178. Janji Dengan Luis.

"Sayang, maaf aku terlambat." Lean segera memberi isyarat pada Eve saat ia mendengar suara Edward dan langkah kaki suaminya itu yang terdengar semakin mendekat ke arahnya. Setelahnya, ia berpaling dan tersenyum pada Edward. "Aku baru bertemu dengan Eve, Ed. Baru beberapa menit," ujarnya. Agar Edward tidak terlalu merasa bersalah padanya. Mendengar ucapan istrinya itu, Edward pun melirik ke arah Anton yang tengah duduk di salah satu kursi yang berada tak jauh dari Lean. Asistennya itu mengangguk padanya, membenarkan ucapan Lean bahwa istrinya itu benar-benar baru saja bertemu dengan Eve. Dari Anton, Edward mengalihkan pandangannya pada Eve dan menyapa iparnya itu. "Kau tampak jauh lebih segar setelah meninggalkan Kota L bersama Luis," selorohnya menggoda Eve. Membuat wajah Eve sontak bersemu merah. "Terima kasih, mungkin aku memang lebih cocok menetap di Zurich," balas Eve, tak mau kalah. Dan juga demi mengalihkan perhatian Edward dari membahas tentang hubungannya dengan Lui
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

Bab 179. Bart Bekerja Sendiri?

Edward menyusuri koridor hotel, berusaha menenangkan dirinya. Ia tahu pertemuan dengan Luis sangat penting, dan meskipun hatinya berat meninggalkan Lean, ia harus melakukannya. Dengan menggunakan taksi, ia pergi menuju tempat yang telah disepakatinya dengan Luis. Sebuah kafe kecil yang terkenal dengan kopi dan pastry-nya. Ia mengirimkan pesan pada Anton untuk mengawasi kamarnya. Tak lama, balasan dari Anton masuk ke dalam ponselnya. [Anda sedang berada di mana sekarang, Tuan Edward?] Edward pun langsung membalas, [Kalian pikir kalian bisa membatasi gerakanku? Jika kau, Paman, Oliver, dan Ben, tidak ingin terbuka padaku, apa kau pikir aku akan terus berdiam diri?] Tak sampai satu menit setelah pesan itu terkirim, tiba-tiba ponsel Edward berdering. Ia tahu siapa yang sedang berusaha menghubunginya saat ini, oleh sebab itu Edward sengaja mengacuhkannya. Pikirannya justru berputar kembali pada percakapannya dengan Lean sebelum ia pergi. Ia, sebenarnya sangat ingin berbagi momen-momen
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Bab 180. Kekhawatiran Brad.

Pagi-pagi sekali, Lean akhirnya terbangun dari tidur lelapnya. Ia menemukan Edward sedang tidur memeluk dirinya. Senyum tipis terukir di bibirnya melihat wajah tampan suaminya itu. Dulu, ia tidak pernah berpikir jika ia akan memiliki seorang suami sekelas Edward. Apalagi ia sendiri bukanlah seorang wanita yang pintar dalam bergaul. Bahkan, menjadi tunangan seorang Brad saja sudah membuatnya merasa sangat bahagia hingga pria itu menghianati dirinya bersama Isla. Sembari menikmati wajah Edward, juga rambut suaminya itu yang telah dipotong pendek dan rapi sebelum pernikahan mereka, Lean hanya menggelengkan kepalanya. Ia seakan bermimpi, mimpi yang sangat indah. Dan sontak terjaga, ketika Edward perlahan membuka matanya. "Hmm, apa sudah puas melihatnya?" tanya Edward dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Ucapan Edward itu membuat wajah Lean seketika bersemu merah. "Se-jak kapan kau bangun?" lontarnya terbata. Edward tersenyum tipis dan semakin mengeratkan pelukannya ke pi
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more
PREV
1
...
161718192021
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status