Home / Romansa / Kekasih Gelap Ceo Arogan / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Kekasih Gelap Ceo Arogan: Chapter 191 - Chapter 200

204 Chapters

Bab 191. Memata-matai.

Pria itu adalah Brad, dari jendela mobil yang terbuka sedikit— ia terus menatap ke arah distro yang dimasuki oleh Lean dan Edward. Jiwanya seakan terperangkap dalam ketidakberdayaan dan kemarahan hanya karena melihat mantan tunangannya tampak tersenyum senang bersama Edward. Hati Brad berdesir tatkala ia melihat raut bahagia yang terukir di wajah Lean saat wanita itu memasuki toko. Tidak bisa ia pungkiri jika ia ... merasa sangat cemburu terhadap Edward. 'Jangan lakukan, Brad. Jangan lupa jika Ernest Gail sudah memperingatkanmu,' nasehat hatinya. Brad menggelengkan kepalanya demi mengenyahkan kalimat itu dari dalam benaknya. Hari ini, seharusnya ia sudah kembali ke Zurich. Namun, pikirannya yang kerap tertuju pada Lean membuatnya ragu untuk pergi. 'Kini dia sudah bahagia. Kenapa kau masih di sini?' kali ini otak Brad ikut angkat bicara. Brad sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari toko tersebut, terus mengawasi Lean yang tengah bergelayut manja di lengan Edward. Pr
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Bab 192. Gundah.

Sejak saat itu, hidup Brad terasa seperti sebuah permainan catur yang rumit. Setiap langkah yang diambilnya harus ia pikirkan dengan matang, dan semua rencana yang ia susun akan melibatkan dua orang, Lean dan juga Edward. Rasa cemburu itu terus mengganggu pikirannya, dan perlahan-lahan, tekadnya untuk mendapatkan Lean kembali semakin menguat.Keesokan harinya, setelah pertemuannya dengan Oliver, Brad memutuskan, ia tidak ingin hanya menjadi sosok yang menunggu, tetapi seorang pejuang yang siap merebut kembali hati Lean dengan memantapkan posisinya di kancah bisnis Internasional. Brad membawa pemikiran ini saat ia kembali ke Zurich. Hari berganti, beberapa hari setelah kepergian Brad, Wilhelm yang baru saja pulang dari luar negeri tampak masih belum bisa menata hatinya. Di resto miliknya ia duduk termangu sambil memikirkan apa yang ia rasakan terhadap Lean. Di sisi lain, Edward berusaha keras untuk selalu meluangkan waktunya untuk sang istri di sela-sela kesibukannya. Akhirnya, hari
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

Bab 193. Mengapa Edward Tidak Bisa dihubungi?

Ketika Wilhelm dan Lean masih berbincang di ruang tamu, tawaran Wilhelm untuk bersantai sejenak menyelamatkan suasana tegang di antara mereka. Namun, saat perbincangan mulai melambat, Lean tiba-tiba merasakan nyeri tajam di perutnya. "Wil-helm!" panggilnya terbata, sambil memegang perutnya. Wilhelm mengerutkan kening saat menemukan pelipis Lean dipenuhi butiran keringat sebesar biji jagung juga wajah wanita itu yang mendadak menjadi pucat. "Ada apa?" tanyanya, dengan cepat beranjak dari sofa dan melangkah menghampiri Lean. Raut panik tergambar di wajahnya yang tampan. "Perutku ... tiba-tiba merasa sakit," jawab Lean sambil berusaha menarik napas panjang, tetapi rasa sakit yang semakin meningkat membuatnya menjadi cemas. "Di mana rasa sakitnya? Apakah itu berhubungan dengan kehamilanmu?" Wilhelm membungkuk di hadapan Lean dan memperhatikan wanita itu dengan wajah bingung. Please, ini pertama kalinya ia berhadapan dengan seorang wanita yang sedang hamil. Hingga ia tidak tahu apa yan
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

Bab 194. Cemas Dan Cemburu.

"Apakah Lean menghubungimu?" lontar Edward, pada Anton yang menunggunya di depan ruangan. Terkejut, Anton segera memeriksa ponselnya. Namun tidak ada panggilan masuk ke dalam ponselnya itu. Setelah itu, ia mengangkat wajahnya. "Apakah Nyonya menghubungi Anda, Tuan?" tanyanya dengan raut khawatir. Edward semakin merasa takut. "Tinggallah di sini dan hubungi Paman. Katakan pada Paman bahwa Rosi telah melahirkan dengan selamat," titahnya. Usai memberi perintah pada Anton, Edward segera berlari secepat mungkin menuju lobby rumah sakit sambil mencoba menghubungi Lean. Sialnya panggilan itu tidak terhubung sama sekali. "Brengsek!" ia meremas ponselnya, jantungnya berdegup kencang seolah melawan laju motoriknya. Di dalam pikirannya, hanya Lean dan bayi yang sedang dikandung oleh istrinya itu yang ia takutkan. Saat Edward tiba di lobby rumah sakit, tiba-tiba panggilan dari Wilhelm masuk. Sahabatnya itu menyampaikan bahwa Lean mengalami masalah serius dengan kehamilannya, membuat Edward s
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Bab 195. Pilihan Sulit.

Edward menggenggam erat tangan Lean, merasakan betapa lemah tubuh istrinya yang terasa semakin rentan. Tak lama setelah ia memanggil perawat, seorang Dokter muda masuk ke dalam ruangan. Dengan raut wajah serius, Dokter tersebut mulai memeriksa keadaan Lean.“Selamat pagi, Nyonya Gail. Saya Dr. Frank,” ucap Dokter itu dengan lembut. “Tadi saya sudah membaca laporan tentang kondisi Anda. Sekarang, kami perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut.”Edward merasakan ketegangan di udara, dan saat Dokter bernama Frank itu berusaha melihat ke dalam mata Lean, ia bisa merasakan hawa dingin memasuki ruangan. “Dokter.” Edward menyela aktifitas Dr. Frank dengan wajah penasaran sekaligus khawatir, “Apakah ada yang salah? Mengapa Istriku terus merasakan sakit pada perutnya?”Dr. Frank menatap Edward, mengambil napas dalam-dalam sebelum ia menjelaskan. “Apa kita bisa berbicara di luar, Mr. Gail?" pintanya pada Edward seraya melirik ke arah Lean. Mengerti dengan maksud Dr. Frank, Edward pun menganggu
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

Bab 196. Harapan.

Wilhelm kemudian menjauhi Edward, ia menghubungi seseorang dan berbicara dengan wajah serius. Dari tempatnya berdiri, Edward terus memperhatikan sahabatnya itu. Setelah 15 menit berlalu, Wilhelm tampak memutuskan panggilan telepon dan kembali menghampiri dirinya. "Aku sudah bertanya pada sahabatku yang berada di luar negeri, aku telah memintanya untuk memeriksa apakah keluarganya mengenal seorang Dokter yang sangat berpengalaman tentang masalah kehamilan?" terang Wilhelm. Edward hanya diam, berusaha menanggapi ucapan sahabatnya tadi dengan senyuman yang terasa getir. "Ini akan butuh waktu, sebaiknya aku menemani Lean terlebih dahulu sambil menunggu kabar darimu," ujarnya. Wilhelm mengangguk setuju. "Itu yang sedang kupikirkan. Temanilah dia! Aku tidak ingin lagi melihatnya tampak tertekan seperti beberapa jam yang lalu." Ia lagi-lagi menepuk pundak Edward untuk menunjukkan dukungannya terhadap sahabatnya itu. "Terima kasih, Will." Edward kemudian bergegas pergi usai ia berbicara
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Bab 197. Kekerasan hati Lean.

"Maaf, Nak. Tidak ada yang bisa aku lakukan pada Ibunya ketika dia memaksa untuk melahirkan Lean hingga akhirnya kematian merenggutnya dari kehidupan kami," terang Leon dengan wajah lesu ketika satu jam kemudian ia datang ke rumah sakit setelah Edward menghubunginya tentang kondisi Lean. Edward memperhatikan wajah ayah mertuanya itu yang tampak murung. Sebelumnya, ia pernah berpikir bahwa Leon adalah seorang ayah yang sedikit egois dan pilih kasih terhadap Lean. Namun setelah Leon menjelaskan alasan dari sikapnya selama ini terhadap putrinya itu, Edward baru mengerti jika sebenarnya Leon sedang melindungi Lean dengan caranya sendiri. "Aku ingin dia memiliki seseorang yang sangat peduli padanya. Jadi ketika Tuan Besar meminta Lean untuk menjadi calon istrimu— aku langsung menyetujuinya. Eve pernah bertengkar denganku gara-gara keputusanku itu. Tapi mendengar gosip tentangmu yang beredar di Zurich bahwa kau hanya menyukai satu wanita sepanjang hidupmu, aku pikir kau bisa menyayangi Le
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Bab 198. Kemarahan Dan Mengikhlaskan.

Lean kemudian diam dalam keheningan, mengabaikan tatapan cemas Edward dan juga Leon. Suara bising dari alat medis di ruangan itu seolah mengingatkannya bahwa waktu terus berjalan, sementara ketegangan di antara mereka semakin mencekam. Tangan Lean masih terjepit dalam genggaman Edward, dan rasanya seperti dunia di sekitarnya perlahan menghilang. "Sayang?" Edward mencoba lagi dengan lembut, tetapi Lean sudah menatap keluar jendela, menghindari tatapan matanya. Di dalam hatinya, Lean merasakan pertempuran yang tak berujung. Selama ini ia berusaha dengan sangat keras untuk selalu kuat menghadapi apapun, tetapi saat ini, Lean merasakan ada sesuatu yang menggerogoti keputusannya. Ia bukan hanya menghadapi penyakitnya sendiri, tetapi juga risiko yang bisa merenggut nyawa bayi yang ia cintai."Edward, aku perlu waktu." Akhirnya Lean angkat berbicara. Suaranya terdengar lemah, namun digerakan oleh tekad yang kuat."Sayang, aku hanya ingin kau baik-baik saja." Edward menjelaskan kembali, tet
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 199. Masa Lalu Adalah Masa Lalu.

Keberangkatan Lean ke Zurich mengubah banyak hal. Sejak Lean memutuskan pergi, rasa cemas dan gelisah tidak pernah lepas dari pikiran Edward. Meskipun ia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya, benak dan hatinya selalu terikat pada sang istri dan kesehatan istrinya itu. Di sisi lain, Lean kini berada di rumah sakit Zurich, berharap ia bisa menemukan cara untuk menjaga bayinya agar tetap aman sekaligus memikirkan dirinya sendiri.Di kota kelahirannya, hari-hari awal Lean dipenuhi dengan rangkaian perawatan medis yang melelahkan. Eve, yang kini telah bahagia dengan kehidupan barunya sebagai istri Luis, berusaha untuk mendampingi sang adik semaksimal mungkin. Ia sering merasa tidak nyaman kala menemukan Lean yang tampak stres dan juga ketakutan menghadapi hal yang tidak pasti. Setiap hari, Eve mencoba mengajak Lean untuk berbincang, berbagi cerita dan memperkuat semangat satu sama lain meski di tengah rasa cemas yang selalu hadir menemani mereka.“Aku tidak tahu bagaimana melakuk
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Bab 200. Ide Wilhelm.

Senyum Brad sontak memudar, “Aku hanya ingin kau tahu kalau kau bisa mengandalkanku jika kau membutuhkan sesuatu, tidak lebih. Seperti yang kau katakan tadi, kita sudah berpisah, tetapi apakah aku tidak boleh peduli padamu?”Lean hampir membuka mulut untuk membalas ucapan Brad itu, namun dengan cepat Eve menyentuh tangan Lean lalu menggelengkan kepalanya pada adiknya itu. Setelah itu, ia menoleh pada Brad. “Kau lihat, bukan? Kau tidak seharusnya berada di sini, Brad. Lean sedang dalam keadaan yang sangat rentan. Keberadaanmu justru memperburuk situasi,” cetusnya emosi. Lean merasakan ketegangan yang terus meningkat antara kakaknya dan Brad. Naluri melindungi Eve membuatnya merasa sedikit tertekan, tetapi di sisi lain, ia juga merasa bahwa hanya dirinya yang dapat menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.“Eve, tolong! Aku bisa mengurus diriku sendiri,” kata Lean dengan suara yang masih bergetar. Ia kemudian berpaling pada Brad. "Brad, aku menghargai niat baikmu. Tapi seperti yang
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more
PREV
1
...
161718192021
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status