Home / Romansa / Mengandung Benih Majikanku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Mengandung Benih Majikanku: Chapter 91 - Chapter 100

128 Chapters

BAB 91

Chelsi yang mendengar suara perempuan itu dari telepon segera menjauhkan benda pipih tersebut. "Aku harus gimana, Thania. Aku bukan keluarga kalian buat ke sana," balas Chelsi. Thania mendengar ucapan Chelsi mengembuskan napasnya. Wanita itu bersandar dan bergerak sangat gelisah. Bahkan tangan terkepal saking emosi. "Pokoknya kamu yang harus jadi istri Devano, titik!" seru perempuan tersebut. Seseorang yang mendengar percakapan itu bersidekap, memiringkan kepala dan memandang tajam Thania. Dia mendekat tanpa terdengar langkah suara, sampai perempuan tersebut kaget dengan ucapan sang empu. "Memang kamu siapa bisa memutuskan hal itu, hm ...," kata Devano dingin. Wanita itu langsung tertunduk, tangan yang memegang handphone ke telinga segera turun. Sedangkan tatapan lelaki tersebut seperti hendak menguliti sang empu lewat pandangan mata. "Kenapa berhenti mengobrol? Ayo lanjutkan, aku ingin dengar percakapan kalian selanjutnya," seru lelaki tersebut. Kepalanya kembali ia miringkan
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

BAB 92 [PART 1]

Chelsi baru saja hendak keluar lalu mobil melaju membuat sang empu memekik. Sedangkan supir yang mengemudi hanya menyeringai senang, perempuan tersebut segera memandang tajam lelaki ini. "Apa yang kamu lakukan! Mau membahayakanku," omel wanita itu.Mendengar omelan Chelsi lelaki itu menggeleng, matanya sesekali memandang wajah kesal perempuan yang memesan taksinya. "Saya gak bermaksud, tadi kan udah berubah jadi lampu hijau. Jadi saya segera jalan dong, bukannya kamu yang menginginkan cepat-cepat. Lagian ini jalan raya gak boleh sembarangan parkir," balas sang supir. Perempuan ini memutarkan bola mata kala mendengar jawaban lelaki yang mengemudi. Dia tau jika supir tersebut balas dendam padanya, dia memukul tempat duduk dan melipat tangan. Pandangan menatap keluar jendela yang terlihat kendaraan pria merengut mahkota saat pernikahan Devano telah melaju pergi. "Sialan! Sialan!" makinya. Kepuasan terlihat diwajah sang supir telah membalas dendam lewat hal ini, setelah sampai ke per
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

92 [PART 2]

Chelsi berkata demikian dengan langkah cepat mendekati pemilik perusahaan ini dan dengan spontan mendarat di pangkuan Devano sebelum sang empu bereaksi. Senyuman mengembang di bibir perempuan tersebut kala tidak mendaratkan dorongan dari pria pujaannya, sedangkan Devano memang wajah gadis yang selalu menempel pada dia sejak kecil. "Turunlah! Aku belum bisa bersentuhan lama," perintah lelaki ini.Perempuan ini akhirnya menurut, dia sudah sangat bahagia karena Devano tidak menghindar lagi. Tetapi tangan wanita tersebut masih menempel di leher sang pria, tetapi suami Kania sangat tenang dan tak menepisnya. "Ada apa kemari? Aku masih banyak kerjaan. Gak bisa melayanimu bermain-main," jelas Devano. Senyuman Chelsi pudar kala mendengar ucapan Devano, dia segera menarik tangannya lalu melangkah memutari meja kerja lelaki itu. Sedangkan William pamit dari sana setelah mendapatkan persetujuan sang Bos. "Cepatlah! Mau bicara apa? Pintu sudah t
last updateLast Updated : 2024-07-20
Read more

BAB 93 [PART 1]

Tangan Devano terkepal mendengar teriakan Chelsi, bibir wanita itu langsung tertutup rapat kala melihat pandangan sang pria sangat menyeramkan. Spontan ia menunduk kala mata mereka bertabrakan, telinga William menangkap teriakan perempuan ini segera mendekati wanita tersebut lalu menarik pergi keluar. "Apa yang kamu lakukan! Lepaskan," omel Chelsi. Wanita itu hempaskan tangannya membuat cengkraman William terlepas, asisten Devano ini menatap malas perempuan di hadapannya. "Kalau aku gak bawa kamu pergi, kamu bakal makin malu! Dan dapat amukan Tuan Devano. Aku tadinya malas tapi lagi gak mau ada masalah yang bikin aku pusing lagi," balas William. Chelsi mendelik ia membenarkan perkataan William dalam hati tapi tidak mau mengakui. Perempuan tersebut memilih melangkah pergi meninggalkan lelaki itu tanpa sepatah kata pun. Sedangkan asisten Devano hanya menggelengkan kepala melihat tingkah wanita yang sejak dulu mengejar majikannya. "Dasar, kirain kalau setengah pulang bakal berubah,
last updateLast Updated : 2024-07-21
Read more

BAB 93 [PART 2]

Kania spontan dengan tangan gemetar berusaha mengalihkan layar handphone agar terganti ke kamera depan. Karena gugup wanita itu tak sengaja melepaskan benda pipih ini dan membuat terjun bebas ke bawah. Perempuan tersebut memekik lalu berusaha keluar kediaman untuk melihat alat yang tidak lepas dari manusia, sedangkan Devano bergegas menelepon sang Grandma karena sambungan terputus. "Ada apa, Kania? Kenapa Devano menyuruh Grandma segera mencarimu," seru sang Nenek dengan napas terengah. Perempuan hamil ini yang baru memegang handle pintu itu menoleh, dia memandang Ida yang menyentuh pundaknya. Gadis tersebut langsung menghela napas, ia menerima handphone dipegang sang Nenek. "Kamu gak apa-apa kan, Sayang?" tanya Devano khawatir. Istri Devano menggeleng sebagai jawaban, sedangkan Ida mengerutkan kening apalagi mendengar suara sang cucu sangat khawatir. "Emangnya ada apa, Nia? Kenapa cucuku sangat khawatir." Mendengar pertanya
last updateLast Updated : 2024-07-22
Read more

BAB 94

Setelah mendengar suara diujung telepon, spontan Kania segera memutuskan panggil dengan ekspresi marah dengan sangat jelas. Ida mengusap punggung cucu menantunya, sedangkan William menahan bos perusahaan ini kala pria tersebut beranjak dari duduk dan hendak melangkah pergi. "Jangan pergi, Tuan! Banyak kerjaan yang harus Tuan bereskan dulu," seru sang asisten. Lelaki itu langsung menghempaskan tangan William yang mencengkram lengannya. Ia memukul meja dengan penuh emosi, lalu mendaratkan bokong di kursi. Tangan terkepal sangat kuat, guratan amarah terlihat jelas. Mata pria ini menatap kertas diatas meja, dia mengambil lalu mengeluarkan korek dan membakar surat dari Chelsi. "Cuma karena kertas ini membuat istriku marah, Chelsi bener-bener menyebalkan. Baru kali ini aku risih dengan gadis itu," geram Devano. William yang mendengar hanya menyeringai, dia paham dengan apa yang ada di hati sang majikan. Waktu terus bergerak, tetapi terasa sangat lam
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

BAB 95

Kania langsung membuka nata saat mendengar ucapan sang suami, pandangannya segera beradu dengan manik mata lelaki itu. Mereka saling berpandangan lumayan lama, lalu wanita tersebut lekas memalingkan wajah. "Kamu masih marah sama aku?" tanya lelaki itu lembut. Perempuan itu memandang sang suami, ia menggeleng tetapi pandangan melihat ke bawah membuat Devano menghela napas. Pria tersebut segera menarik dagu Kania agar mereka saling bertatapan. "Terus kenapa kamu gak balas tatapan aku? Itu artinya kamu masih marah bukan. Bisa gak percaya sama aku? Aku cuma punya rasa sama kamu, Chelsi cuma aku anggap adik aja, gak lebih," jelas sang suami. Mata Kania langsung membalas tatapan sang suami, tangannya tergerak memegang lengan Devano yang menyentuh dagu perempuan ini. "Gak, Tuan. Aku percaya sama kamu, cuma sekarang lagi lesu aja badanku, mau istirahat," balas Kania. Mendengar balasan sang istri, ia terus menatap manik mata wanita tersebut. Mencari kesungguhan dari pancaran netra,
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

BAB 96

Devano ingin sekali tertawa melihat wajah takut sang istri. Ia langsung menghela napas dan menyentuh punggung tangan Kania dan sedikit meremas lembut. "Kenapa kamu masih memanggilku, Tuan?" tanya Devano dengan nada datar. Mendengar pertanyaan sang suami, wanita itu mendongak dan memandang wajah lelaki tersebut. "Eum, itu ... Aku kira kamu marah karena ...." Perkataannya terhenti kala Devano mengulurkan tangan lalu menyentuh bibir perempuan tersebut dengan jari. Dia terpaku beberapa menit, sedangkan sang suami masih berwajah datar. "Aku marah karena kamu masih sering memanggilku, Tuan. Bisa singkirkan panggilan itu? Nanti orang yang dengar mengira aku menindasmu," seru pria tersebut.Kania segera menggeleng dengan cepat, membuat Devano tak sanggup untuk menahan tawanya. Kening wanita itu mengkerut kala melihat reaksi sang suami, ia beberapa saat terpaku dengan ketampanan lelaki yang dipandang ini. "Udahlah, Vano! Kamu jangan terus mengerjai istrimu. Mendingan ayo cepat makan," te
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

BAB 97 [PART 1]

Lelaki itu hanya menyeringai mendengar gerutuan sang istri, matanya tetap fokus ke jalanan dan sesekali melihat wajah Kania yang cemberut. Beberapa menit kemudian perempuan ini memandang waspada pada Devano, melihat jalanan sepi, dia juga baru pertama kali kemari. "Apa dia ingin membunuhku? Tapi mana mungkin, bukannya dia ...." Ucapannya terhenti dia memekik karena Devano tidak menyadari ada polisi tidur. Membuat lelaki itu juga agak panik dan segera menepi. Dada Kania berdebar sangat kencang, ia langsung memandang sang suami yang setelah menepikan kendaraan segera menyentuh perutnya. "Maafkan aku, perasaan dulu gak ada polisi tidur di sini. Sepertinya baru dibuat," ujar Devano. Setelah berkata demikian, lelaki itu terus memandang khawatir sang istri. Mendapatkan perlakuan tersebut, rasa cemas Kania segera hilang. Dia mengulum senyum lalu menyentuh tangan Devano pria yang dikursi kemudi. "Aku gak apa-apa kok, kamu tenang aja," balas perempuan tersebut.Mendengar ucapan sang istri
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more

BAB 97 [PART 2]

Lelaki itu langsung berlari ke arah Kania dengan spontan, dia menarik lengan sang istri yang hendak menarik buah. Perempuan ini tertarik ke belakang beberapa langkah lalu membulatkan mata melihat ular terjatuh ke tanah. Beruntung bawahan Devano melihat, ia lekas menangkap hewan tersebut."Sayang, aku takut," pekik wanita tersebut. Kania memeluk erat tubuh sang suami, menyusupkan wajah ke dada lelaki tersebut. Devano menenangkan dengan cara mengusap-usap punggung perempuannya, setelah hewan itu di tangkap para bawahan langsung menjatuhkan lutut di hadapan suami wanita itu yang memasang wajah datar. "Tuan tolong maafkan, kami ...." Perempuan tersebut langsung menoleh, dia baru menyadari hal ini setelah salah satu dari yang berlutut bersuara. Kania segera mendongak, mendapati Devano memasang wajah dingin."Kalian apa, ha!" geram lelaki itu. Tangan Kania segera menyentuh lengan Devano membuat sang empu memandangnya. Tatapan lelaki itu semula sangat penuh amarah lalu lekas ia ubah menj
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status