Home / Romansa / Mengandung Benih Majikanku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Mengandung Benih Majikanku: Chapter 81 - Chapter 90

128 Chapters

BAB 81

Tangan Devano mengepal mendengar perkataan Rayyan. Dia langsung mengeluarkan nada suara yang sangat tinggi, khas pria ini sedang murka."Jangan! Dia milikku." Rayyan mendengar ucapan Devano bukannya takut, dia langsung menyeringai dan menganggukan kepala. Dia terus melakukan tugas setelah merasa sudah selesai. Terlihat suami Kania membuka mata, ia memandang lelaki yang ada di sampingnya. "Sudah enakan? Merasa lebih ringan," tutur Rayyan. Devano hanya melirik sekilas, dia segera merenggangkan otot kala merasa pegal. Sedangkan Rayyan, lelaki itu melangkah pergi dan mengambilkan air putih untuk sang pasien."Jangan terlalu sering menyakiti istrimu, manjakan dia. Agar kamu gak menyesal, sepertinya ... kamu menyukai gadis itu," tutur pria tersebut. Pria yang masih memakai setelan jas kantor ini langsung melayangkan tatapan tajam ke arah Rayyan. Membuat sang empu terkekeh, lalu segera menyodorkan segelas air pada Devano. "Minumlah," kata pria seusianya.Dia segera meraih gelas yang di
last updateLast Updated : 2024-07-07
Read more

BAB 82

"Apa yang kalian lakukan!" seru Devano dingin. Suaranya lumayan nyaring membuat kedua manusia itu terkejut. Mereka spontan menoleh ke arah pintu, terlihat Devano yang memandang tajam lalau melangkah mendekat. Suami Kania ini segera menarik dia agar berada di sampingnya."Apa yang kalian obrolin? Kayanya asik banget, sampai kamu lupa gak masakin aku hm ...," ujar Devano dengan nada sedikit menekan.Kania memandang takut sang suami, sedangkan lelaki itu segera memandang tajam Eric. Devano memiringkan kepala, pandangannya sama sekali tidak berkedip. "Tuan, Eric tadi cuma nanya aja. Kenapa aku di sini," jelas Kania. Pria yang baru membersihkan diri itu memandang sang istri. Ia menggerakan kepala ke atas dan kebawah lalu kembali memandang Eric. "Kamu pergi, jangan berlama-lama di kediamanku. Sudahi main-mainnya," tegur Devano.Sang istri langsung menoleh memandang suaminya, ia mengerutkan kening lalu memandang Eric yang menghela napas. "Aku masih nyaman di sini, lagian ... aku masih s
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

BAB 83

Kania mulai kehabisan ide untuk membuatkan sarapan, makan siang dan makan malam untuk suaminya. Ia bahkan harus mengantarkan bekal ke perusahaan Devano. "Apa yang harus aku buat, huh ...," erang Kania. Perempuan itu mengacak-acak rambutnya, dia memandang isi kulkas dengan pandangan frustasi. Yasmin yang melihat hal ini segera mendekat, wanita tersebut memegang bahu sang teman membuat istri pemilik kediaman menoleh. "Ada apa?" tanya perempuan itu. Wajah Kania cemberut mendengar pertanyaan sang teman. Ia membalikan tubuh agar berhadapan dengan Yasmin, helaan napas keluar dari bibir perempuan ini."Aku bingung, Yas ... apa lagi yang harus aku masak buat Tuan," tutur istri Devano. Wanita berseragam pembantu terdiam sebentar, keningnya berkerut memikir sesuatu lalu senyuman terukir di bibir perempuan itu. "Ini, lihat aja di aplikasi ini. Kali aja kamu dapat infirasi, bukannya katamu yang penting menu beda-beda kan," ujar Yasmin. Istri Devano ini menganggukan kepalanya, dia segera me
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

BAB 84

Devano tidak menyadari dirinya sendiri jika mulai lembut dan melunak kepada Kania. Beberapa bulan berlalu, kini kandungan istri pemilik perusahaan ini sudah menginjak usia kehamilan tiga bulan. "Nia, kayanya kamu harus beli baju lagi. Kalau bisa yang gak ketat, takutnya ketauan sama Tuan Devano," seru Yasmin pelan. Ia berkata demikian setelah memandang sekitar, semenjak kepergian Eric lelaki itu tidak terlibat batang hidungnya. Sedangkan Kania sudah tak menjadi koki dadakan lagi, ia hanya memasak jika sang suami memerintah atau dia menginginkan membawa bekal untuk Devano."Iya, nanti aku izin sama Tuan Devano dulu. Sekalian sambil beli susu lagi, udah mau habis," balas perempuan itu. Yasmin mengangguk, ia melirik jam dipergelangan tangannya lalu memilih izin pergi untuk kembali bekerja. Sedangkan Kania mengembuskan napas, dia sangat bosan di kediaman ini. Dengan pelan mendaratkan bokong dikursi taman dan memainkan benda pipih. [Tuan, aku izin mau beli pakaian boleh?]Perempuan itu
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

BAB 85

Lutut Yasmin terhantam keras ke lantai, rasa lemas langsung membuat ia berlutut dan sakit menusuk dalam diri. Perempuan ini terduduk lemah, tangan terus memegang erat pisau yang menancap di perut, menyebabkan rasa menyakitkan tak tertahankan. Di sampingnya Kania terpaku, segera menggelengan kepala sangat cepat dan dengan gemetar menyentuh ke arah benda tajam yang terbenam di perut sang teman. "Bodoh! Apa yang kamu lakukan? Ini bukan salahku ... ini kesalahanmu yang berusaha melindunginya," desis perempuan itu dengan lirih di antara nafas yang terengah-engah.Sementara itu, Devano, terguncang oleh adegan tragis yang ia saksikan melalui layar ponselnya, refleks bergerak berlari. William, yang berada di sekitar, terkejut oleh tindakan tiba-tiba sang bos, tertunduk mengucapkan permintaan maaf dan menyusul pria tersebut. "Cepat, bawa dia ke rumah sakit!" perintah Devano dengan keras.Ketegangan dan kepanikan terasa di seluruh kediaman Devano, seakan hawa panik merambat cepat tanpa kendal
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

BAB 86

Ekspresi sinis yang terpasang di wajah Devano, lelaki itu memandang istrinya dengan tatapan tajam sebelum menghela napas berat. Melihat ketakutan yang terpancar dari mimik muka Kania, ia segera menggenggam erat jemari perempuan ini penuh kelembutan yang tak terduga. "Udahlah, kamu istirahat lagi. Sekarang fokus ke Yasmin dulu, baru nanti urusan kita," tutur pria itu. Kania mendengar penuturan sang suami bernapas lega, tatapannya terarah ke lelaki tersebut. Ia segera memandang sekitar lalu menatap Yasmin yang ada di brankar, spontan dia hendak turun tetapi ditahan Devano. "Mau ke mana! Tidur lagi, udah aku bilang kamu mendingan istirahat lagi," seru Devano. Wanita itu memandang Devano lalu melirik Yasmin, paham akan pandangan sang istri. Suami perempuan tersebut mengembuskan napas dan menarik dagu Kania agar memandangnya. "Tenang aja, dia udah lewati masa kritis. Sekarang dia lagi istirahat, kamu juga harus istirahat! Ingat kamu lagi hamil," tutur suami perempuan itu. Perempuan
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

BAB 87

Dengan mata terpaku pada layar yang menampilkan gambaran janin yang berusia dua belas minggu di dalam rahim Kania, Devano terus memperhatikan dengan tatapan sulit diartikan. Setiap gerakan janin yang terlihat begitu jelas di layar, membuat hati sedikit merasakan denyutan sesuatu. Sang dokter sangat menjelaskan dengan lengkap, ukuran janin yang sebesar jeruk, berat lima belas gram, panjang dari kepala dan kaki lima sentimeter. Wajah telah menyerupai manusia, mata semula di bagian sisi kepala kini bergeser menjadi lebih rapat. Kuku tangan, kaki mulai terbentuk. Setelah sudah melakukan tugasnya, dokter menyudahi kerjaan tersebut. Istri Devano perlahan duduk dibantu pria tersebut, sedangkan perempuan yang memeriksa merapikan peralatan. "Bagus, sampai saat ini sepertinya kehamilanmu lancar. Gak merasakan morning sick juga bukan," tutur dokter tersebut.Kania menganggukan kepala saat mendengar penuturan sang dokter, lelaki yang berstatus suaminya ini kembali mengulurkan tangan membuat per
last updateLast Updated : 2024-07-13
Read more

BAB 88

Kini mereka baru aja sampai di kediaman Devano, pembantu lelaki itu menundukkan kepala. Bibirnya ia gigit karena merasa gelisah, melihat hal tersebut pria ini mengembuskan napas. "Kamu ke kamar, istirahat gih!" perintah lelaki itu. Dia memandang Kania yang berada di sisinya, membuat sang empu yang diperintahkan menggelengkan kepala. Dia memegang lengan Devano lalu menggoyangkan pelan. "Tuan ... jangan pecat temanku," pinta Kania. Devano memiringkan kepala, dia langsung melirik Yasmin yang masih berdiri. Terlihat lelaki ini menghela napas kembali, ia memilih mendaratkan bokong di sofa lalu bersidekap dan menopang kaki. "Kamu terlalu banyak maunya, ya," tutur lelaki itu. Setelah berkata demikian Devano memandang Yasmin yang menundukkan kepala. "Aku memecatmu jadi pembantuku, tapi aku memberikan gantinya. Karena kamu menyelamatkan istriku dan calon keturunanku, aku bakal memberikan pekerjaan yang lebih bagus dari itu. Sekalian hadiahnya, aku berterimakasih karena menyelamatkan dua
last updateLast Updated : 2024-07-14
Read more

BAB 89

Kania mematung melihat banyak kendaraan roda empat terparkir, Devano yang terhenti akibat sang istri berhenti mendadak menoleh. Ia mengikuti pandangan wanitanya dan segera mendekat mengusap lembut punggung tangan ibu hamil ini. "Tenanglah, ada aku di sini. Mungkin Grandma terlampau bahagia jadi mengundang semua keluarga besar," tutur Devano. Perempuan tersebut langsung memandang wajah suaminya, melihat Devano yang mengerakan kepala ke atas dan bawah membuat ia menghela napas. Dan tatapan kembali pada kediaman megang di depan mata. "Udah, ayo! Grandma pasti udah nunggu banget sejak tadi. Kamu juga tau kan setiap jam Grandma terus menelepon sejak pagi," ujar lelaki itu. Dia mengangguk sebagai jawaban dan menarik napas, membuang secara perlahan. Kania memejamkan mata lalu kembali memandang sang suami. "Ayo, Tuan," kata Kania. Lelaki berstatus suaminya ini mengangguk, mereka mulai melangkah menuju kediaman yang lumayan jauh. Lalu saat hendak santai, terlihat Grandma melambaikan tang
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more

BAB 90

Ida melotot mendengar ucapan wanita di sampingnya, ia langsung bersidekap dan memang tajam perempuan tersebut. "Jaga ucapanmu! Menantuku hanya Kania, titik! Gak ada yang bisa gantikan dia," sungut perempuan itu. "Kalau kamu gak menyukai menantuku, pergi dari sini!" usir nenek Devano. Baru saja hendak membuka mulut menjawab Ida, wanita paruh baya itu langsung melangkah meninggalkan perempuan tersebut. "Apa sebenarnya kelebihan wanita itu? Kenapa sampai tidak tergantikan gini. Padahal Devano kalau beneran udah sembuh pantasnya sama Chelsi, jadi aku bisa pamer sama teman tongkrongan atau arisan," ujarnya pelan. Perempuan itu menggelengkan kepala pelan, dia memilih melangkah menuju ruangan berkumpul. Saat sesampai di sana ucapan selamat pada Devano sangat bergema, membuat lelaki tersebut yang tadi kesal sedikit tersenyum bahagia begitupun Kania. "Dia sama sekali tidak pantas bersanding dengan Devano," gumamnya pelan. Beberapa orang di sisinya langsung menoleh lalu mengangguk mengiy
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status