Home / Historical / Keris Darah Candramaya / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Keris Darah Candramaya: Chapter 91 - Chapter 100

133 Chapters

91. Anak Setan.

"Kami hanya menjalankan perintah Tuan!" jawab salah satu bandit bertubuh tinggi besar dan gagah itu. Penampilannnya berantakan jangkut dan kumisnya panjang membuat wajahnya terlihat menyeramkan. Sedangkan rambutnya di gulung secara asal-asalan. Dia adalah ketua dari kelompok ini. Dan yang lainnya tersenyum remeh melihat dari bawah ke atas. Memperhatikan penampilan pemuda dengan pakaian lusuh dan sederhana. Tubuhnya tinggi dan cukup berisi, namun terlihat lemah. Walaupun terlihat lemah, aura kebangsawanan tetap terlihat.Arya Baladitya menyeringai dengan tatapan datar. "Siapa?" tanya Arya Balaaditya dengan suara rendah."Bukan urusanmu! Lagian kalian akan mati!" Sarkas pria yang berada di sisi sang ketua. Pria itu cukup berani dan angkuh."Humm! Sebaiknya kamu turun ya Nak?" ujar Indrayana sambil membuka kain yang mengikat putranya. "Baik Romo," ujar Indrayana lirih. Anak itu turun dari punggung ayahnya.Arya Balaaditya memeluk anak itu dan berbisik, "Indrayana ... tolong temani hita
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

92. Amukan Arya Balaaditya

Seketika Arya Baladitya berhenti, lalu menoleh ke sumber suara. Nafasnya memburu namun tatapannya terlihat liar dan dingin. Ketua bandit itu menelan salivanya dengan kasar, tenggorokannya terasa kering. Bahkan seumur hidupnya dia baru merasakan apa itu rasa takut. Semua anak buahnya tersungkur dengan keadaan babak belur.Dia sekarang berpikir, lebih baik di kejar wanita gila itu sampai ke ujung dunia. Dari pada berhadapan dengan malaikat maut yang menyamar menjadi manusia sederhana.Sungguh para bandit itu merasa merinding saat menatap sepasang mata dingin dan aura hitam yang menyelimuti pemuda berpenampilan sederhana itu.Mereka seketika tobat dan merasa kapok. Apalagi Baladewa tiba-tiba teringat putrinya yang usianya sama dengan Indrayana. Gadis kecil itu dia titipkan pada bibinya. Mata Baladewa mengembun, dia menghawatirkan putri semata wayangnya. Bagaimana jika bibinya meninggal karena sudah tua. Dan sekarang bagaimana dengan nasibnya sekarang."Kami menyerah Tuan!" Semua bandit
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

93. Ajian Aksamala

Arya Balaaditya mengerutkan kening dia tidak percaya. Dia ingat siapa yang memberi makanan itu padanya, istrinya sendiri. Mana mungkin Asri Kemuning ingin meracuni putranya sendiri. Hati Arya Balaadewa bergejolak dan wajahnya tampak rumit."Itu pasti benar, dia ahli dalam memanah dan ahli dalam peracunan. Hehe!" ujar Sentot sambil tertawa kikuk."Makanan itu telah tercampur dengan ramuan yang berasal dari tumbuhan merambat, Tuan. Sangat berbahaya," ujar Respati lirih. Pria itu meringis menahan rasa sakit pada kakinya yang terpotong. Darah merah terus saja keluar dari lututnya, pria itu duduk di atas tanah dalam keadaan lemah.Ketua bandit itu berinisiatif dengan mengambil segenggam makanan yang berhambur di rerumputan, lalu melempar ke arah tanah yang jauh dari mereka. Para burung yang bertengger di pohon datang memburu nasi yang berhamburan itu.Cahaya matahari sudah mulai masuk ke dalam celah-celah pepohonan dan membuat embun-embun tampak berkilau. Kabut-kabut juga sudah mulai mengh
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

94. Wanita Bercadar

Semua bandit teriak histeris. Mereka ingin mencekik temannya sampai mati tapi mereka ingin pingsan saja. Lutut mereka rasanya lemas dan bergetar. Beraninya dia memberi syarat."Bisa-bisanya dia berniat bunuh diri dan mengajak kami semua!" batin Baladewa. Wajahnya tampak frustasi. Mimpi apa dia punya anak buah tidak ada yang waras. Semuanya selalu bikin depresi dan setiap saat ada saja membuat jantungnya mau loncat dari tempatnya. Semua bandit merasa putus asa melihat kelakuan temannya."Apa syaratnya?" tanya Arya Balaaditya dingin.Izinkan kami mengabdi pada Tuan. Kami ingin ikut dengan Tuan," ujar Darma dengan mata berkaca-kaca. Dia ingin menjadi orang baik sekarang.Semua bandit merasakan hal sama, mereka merasa orang itu sangat baik. Jika tidak, mana mungkin dia mau menolong orang yang menyerangnya.Arya Balaaditya menghela nafas panjang, "Baiklah .. katakan!" Darma mengangguk, "Dia seorang wanita dan memakai cadar. Namun dari pakaiannya, dia pasti seorang bangsawan. Apalagi kuli
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

95. Dua Jalan Yang Berbeda

"Mereka teman Paman. Dia Tuan Wismaya, paman dari istri Indrayana yang bernama Candramaya. Dan Tuan Kebo Ireng, Tuan Seno Aji dan Tuan Aji Suteja," ujar Ranu Baya memperkenalkan satu persatu tamunya. Mendapati anggukan dari Keempat orang itu. "Dia Cempaka, putri Baladewa," lanjutnyaWismaya dan yang lainnya mengangguk dan tersenyum.Cempaka juga mengangguk dan tersenyum ramah, gadis itu bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang. Dia melihat lengannya yang terbalut. Matanya terlihat berkaca-kaca, dia mengingat Saka. Dadanya terasa sesak dan sakit. Entah mengapa dia merindukan pria itu dan mengkhawatirkannya.Melihat tingkah Cempaka yang murung, berbeda dari karakternya yang ceria, Ranu Baya merasa resah dan semakin merasa bersalah, "Ada apa, Nak? Apa yang mengganjal hatimu," tanyanya.Gadis itu mengucek matanya dan tersenyum, "Tidak apa-apa paman," ujarnya."Paman akan menghilangkan bekas lukamu sekarang juga. Bolehkan?" tanya Ranu Baya dengan hati-hati. Gadis itu menunduk dan berk
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

96. Mantan Maha Patih Harsa Loka

Semua orang kembali ke ruang tamu, mereka kembali duduk bersama. Wismaya tampak masih kesal. Dia duduk bersandar di kursi dengan melipat kedua tangannya dengan wajah masam. Aji Suteja yang merasa tidak enak hati memilih duduk berjauhan. Dia merasa canggung karena telah menyinggung hati Wismaya. Wismaya yang tenang dan bijaksana, emosinya sering kali meledak setiap ada bahaya yang mendekati keponakannya. Mereka berdua memang sering berbeda pendapat. Kebo ireng mengutarakan tujuan mereka kembali ke Tanah Para Dewa. Selain berkunjung dan berterima kasih, mereka juga ingin menjalin persekutuan. "Ada hal yang ingin kami utarakan, Tuan," ujar Kebo Ireng. Dia duduk dengan tegap dan memasang wajah serius. "Kami berniat melakukan pembrontakan," lanjutnya setengah berbisik. Ranu Baya tertegun, dia melihat satu persatu wajah anggota Mawar Hitam dengan tanpa ekspresi. Ranu Baya tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya tersenyum tipis lalu kembali mengesap tehnya. Melihat Ranu B
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

97. Desa Kuningan

"Sepagi ini?" tanya Wirata dengan dahi berkerut karena merasa heran. Matahari saja baru bangun dari peraduan. Langit masih terlihat mendung dan udara juga masih lembab."Tentu! Aku akan kembali ke waringin," ujar Danumaya dengan memutar bola matanya dengan jengah. Dia merasa bosan di sini. Sebenarnya karena Candramaya dan Indrayana semakin hari semakin dekat. Apalagi ada bekas merah di leher gadis itu. Dia rasa sebentar lagi dia akan menjadi paman. Dia masih belum rela.Danumaya sebenarnya tidak habis pikir, kenapa gadis jahat dan sedingin itu bisa jatuh di pelukan pemuda bodoh seperti Indrayana. Memang apa kelebihannya di bandingkan dirinya ataupun Adhinatha.Wirata menghela nafas dengan berat, mengingat cucunya ini sangat pemarah sangat berbeda dengan ayahnya yang kalem dan tenang. "Kalau begitu hati-hati kalian."Saat Danumaya keluar rumah, terlihat ada empat orang dewasa yang sedang berbicara dengan Indrayana dan Candramaya. Dan Danumaya mengenalinya, "Romo!" batinnya."Romo ...
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

98. Pengamatan Aji Suteja

Wismaya menginjak kaki Aji Suteja dengan keras, namun wajahnya terlihat biasa saja tanpa rasa bersalah. "Hais!!!" Aji Suteja meringis lalu menoleh ke arah Wismaya dengan bingung. "Apa salahku!" batinnya. Wismaya menoleh dengan tatapan tajam dan memberi isyarat dengan menggerakkan jarinya dengan aneh. Aji Suteja yang paham mendadak kaku, rupanya dia telah salah bicara. "Kakiku kram," elaknya. Dia berbohong agar Candramaya tidak curiga. Dia tahu ambisi gadis itu sungguh mengerikan. Walaupun dia juga sama, namun sebagai orang dewasa dia tidah akan gegabah dan lebih banyak menggunakan akal sehat dari pada sekedar perasaan. Candramaya menyadari sikap aneh Wismaya dan Aji Suteja. Tiba-tiba wajah dingin gadis itu berseri dan seringai muncul di wajahnya. Melhat ekspresi wajah keponakannya membuat Wismaya berdecak lalu memijit pelipisnya yang sakit. Melihat reaksi Aji Suteja, Kebo Ireng berinisiatif untuk mengalihkan perhatian gadia itu. "Eh ... dia yang bernama Indrayana kan?" t
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

99. Pria Posesif

Langkah Indrayana seketika berhenti, dia bahkan menoleh. Candramaya akhirnya juga ikut berhenti lalu bertanya dengan bingung, "Apa ada Adhinatha?" Deg!! Indrayana akhirnya tersadar, tidak seharusnya dia berhenti dan menoleh. Tapi rasanya dia sedang di panggil seseorang. Indrayana buru-buru celingak-celinguk dengan wajah bodoh seolah-olah sedang mencari seseorang. "Sepertinya tidak ada," ujarnya sambil cengengesan untuk menutupi kegugupannya. Candramaya hanya menghela nafas, lagian dia tidak perduli jika Adhinatha datang. Indrayana kembali memeluk pinggang gadis itu dengan mesra dan berjalan beriringan. Lalu diam-diam menoleh ke arah Aji Suteja yang tersenyum. Pemuda itu hanya menatap datar kearahnya. Hampir saja dia membuat kesalahan di depan Candramaya dan membuatnya curiga. Dia belum siap jika jati dirinya di ketahui oleh gadis itu. "Apa yang kakang katakan," Kebo Ireng menegur. "Aku hanya ingin memastikan," ujarnya sambil tersenyum simpul. "Kalian lihatkan! Sepertin
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

100. Misi Danumaya

"Hais!!" Indrayana berdecis. Menoleh kearah sosok yang dengan lancang membuka pintu kamarnya. Untungnya mereka berdua baru pemanasan. Walaupun Indrayana sudah bertelanjang dada. "Tuan ... " panggil Kumala. Sosok itu mematung, matanya terbelaklak saat melihat adegan yang cukup dewasa. Membuat jantungnya terasa di remas. Mereka memang sepasang suami istri. Tapi Kumala tidak menyangka akan melihat adegan intim diantara mereka berdua. Bagaimana pun dia suka pemuda itu. Dan masih mengharapkannya. Candramaya terlonjak kaget saat pintu kamarnya terbuka, dia mendorong tubuh Indrayana hingga terjatuh dari ranjang. Tersungkur dengan sangat menyedihkan. "Aauuuwwww!!!" Indrayana memekik pantatnya sangat sakit. "Kamu tidak bisa mengetuk pintu," ujar Candramaya dingin. Gadis itu buru-buru merapikan pakaiannya. Wajahnya merah karena malu dan kesal secara bersamaan. Kumala menggigit bibirnya, dia juga malu dan kesal. Matanya memerah lalu reflek membanting pintu dengan tidak sopan. Bra
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status