Home / Historical / Keris Darah Candramaya / 94. Wanita Bercadar

Share

94. Wanita Bercadar

last update Huling Na-update: 2024-12-24 16:38:32

Semua bandit teriak histeris. Mereka ingin mencekik temannya sampai mati tapi mereka ingin pingsan saja. Lutut mereka rasanya lemas dan bergetar. Beraninya dia memberi syarat.

"Bisa-bisanya dia berniat bunuh diri dan mengajak kami semua!" batin Baladewa. Wajahnya tampak frustasi.

Mimpi apa dia punya anak buah tidak ada yang waras. Semuanya selalu bikin depresi dan setiap saat ada saja membuat jantungnya mau loncat dari tempatnya. Semua bandit merasa putus asa melihat kelakuan temannya.

"Apa syaratnya?" tanya Arya Balaaditya dingin.

Izinkan kami mengabdi pada Tuan. Kami ingin ikut dengan Tuan," ujar Darma dengan mata berkaca-kaca. Dia ingin menjadi orang baik sekarang.

Semua bandit merasakan hal sama, mereka merasa orang itu sangat baik. Jika tidak, mana mungkin dia mau menolong orang yang menyerangnya.

Arya Balaaditya menghela nafas panjang, "Baiklah .. katakan!"

Darma mengangguk, "Dia seorang wanita dan memakai cadar. Namun dari pakaiannya, dia pasti seorang bangsawan. Apalagi kuli
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

  • Keris Darah Candramaya   95. Dua Jalan Yang Berbeda

    "Mereka teman Paman. Dia Tuan Wismaya, paman dari istri Indrayana yang bernama Candramaya. Dan Tuan Kebo Ireng, Tuan Seno Aji dan Tuan Aji Suteja," ujar Ranu Baya memperkenalkan satu persatu tamunya. Mendapati anggukan dari Keempat orang itu. "Dia Cempaka, putri Baladewa," lanjutnyaWismaya dan yang lainnya mengangguk dan tersenyum.Cempaka juga mengangguk dan tersenyum ramah, gadis itu bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang. Dia melihat lengannya yang terbalut. Matanya terlihat berkaca-kaca, dia mengingat Saka. Dadanya terasa sesak dan sakit. Entah mengapa dia merindukan pria itu dan mengkhawatirkannya.Melihat tingkah Cempaka yang murung, berbeda dari karakternya yang ceria, Ranu Baya merasa resah dan semakin merasa bersalah, "Ada apa, Nak? Apa yang mengganjal hatimu," tanyanya.Gadis itu mengucek matanya dan tersenyum, "Tidak apa-apa paman," ujarnya."Paman akan menghilangkan bekas lukamu sekarang juga. Bolehkan?" tanya Ranu Baya dengan hati-hati. Gadis itu menunduk dan berk

    Huling Na-update : 2024-12-24
  • Keris Darah Candramaya   96. Mantan Maha Patih Harsa Loka

    Semua orang kembali ke ruang tamu, mereka kembali duduk bersama. Wismaya tampak masih kesal. Dia duduk bersandar di kursi dengan melipat kedua tangannya dengan wajah masam. Aji Suteja yang merasa tidak enak hati memilih duduk berjauhan. Dia merasa canggung karena telah menyinggung hati Wismaya. Wismaya yang tenang dan bijaksana, emosinya sering kali meledak setiap ada bahaya yang mendekati keponakannya. Mereka berdua memang sering berbeda pendapat. Kebo ireng mengutarakan tujuan mereka kembali ke Tanah Para Dewa. Selain berkunjung dan berterima kasih, mereka juga ingin menjalin persekutuan. "Ada hal yang ingin kami utarakan, Tuan," ujar Kebo Ireng. Dia duduk dengan tegap dan memasang wajah serius. "Kami berniat melakukan pembrontakan," lanjutnya setengah berbisik. Ranu Baya tertegun, dia melihat satu persatu wajah anggota Mawar Hitam dengan tanpa ekspresi. Ranu Baya tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya tersenyum tipis lalu kembali mengesap tehnya. Melihat Ranu B

    Huling Na-update : 2024-12-26
  • Keris Darah Candramaya   97. Desa Kuningan

    "Sepagi ini?" tanya Wirata dengan dahi berkerut karena merasa heran. Matahari saja baru bangun dari peraduan. Langit masih terlihat mendung dan udara juga masih lembab."Tentu! Aku akan kembali ke waringin," ujar Danumaya dengan memutar bola matanya dengan jengah. Dia merasa bosan di sini. Sebenarnya karena Candramaya dan Indrayana semakin hari semakin dekat. Apalagi ada bekas merah di leher gadis itu. Dia rasa sebentar lagi dia akan menjadi paman. Dia masih belum rela.Danumaya sebenarnya tidak habis pikir, kenapa gadis jahat dan sedingin itu bisa jatuh di pelukan pemuda bodoh seperti Indrayana. Memang apa kelebihannya di bandingkan dirinya ataupun Adhinatha.Wirata menghela nafas dengan berat, mengingat cucunya ini sangat pemarah sangat berbeda dengan ayahnya yang kalem dan tenang. "Kalau begitu hati-hati kalian."Saat Danumaya keluar rumah, terlihat ada empat orang dewasa yang sedang berbicara dengan Indrayana dan Candramaya. Dan Danumaya mengenalinya, "Romo!" batinnya."Romo ...

    Huling Na-update : 2024-12-28
  • Keris Darah Candramaya   98. Pengamatan Aji Suteja

    Wismaya menginjak kaki Aji Suteja dengan keras, namun wajahnya terlihat biasa saja tanpa rasa bersalah. "Hais!!!" Aji Suteja meringis lalu menoleh ke arah Wismaya dengan bingung. "Apa salahku!" batinnya. Wismaya menoleh dengan tatapan tajam dan memberi isyarat dengan menggerakkan jarinya dengan aneh. Aji Suteja yang paham mendadak kaku, rupanya dia telah salah bicara. "Kakiku kram," elaknya. Dia berbohong agar Candramaya tidak curiga. Dia tahu ambisi gadis itu sungguh mengerikan. Walaupun dia juga sama, namun sebagai orang dewasa dia tidah akan gegabah dan lebih banyak menggunakan akal sehat dari pada sekedar perasaan. Candramaya menyadari sikap aneh Wismaya dan Aji Suteja. Tiba-tiba wajah dingin gadis itu berseri dan seringai muncul di wajahnya. Melhat ekspresi wajah keponakannya membuat Wismaya berdecak lalu memijit pelipisnya yang sakit. Melihat reaksi Aji Suteja, Kebo Ireng berinisiatif untuk mengalihkan perhatian gadia itu. "Eh ... dia yang bernama Indrayana kan?" t

    Huling Na-update : 2024-12-28
  • Keris Darah Candramaya   99. Pria Posesif

    Langkah Indrayana seketika berhenti, dia bahkan menoleh. Candramaya akhirnya juga ikut berhenti lalu bertanya dengan bingung, "Apa ada Adhinatha?" Deg!! Indrayana akhirnya tersadar, tidak seharusnya dia berhenti dan menoleh. Tapi rasanya dia sedang di panggil seseorang. Indrayana buru-buru celingak-celinguk dengan wajah bodoh seolah-olah sedang mencari seseorang. "Sepertinya tidak ada," ujarnya sambil cengengesan untuk menutupi kegugupannya. Candramaya hanya menghela nafas, lagian dia tidak perduli jika Adhinatha datang. Indrayana kembali memeluk pinggang gadis itu dengan mesra dan berjalan beriringan. Lalu diam-diam menoleh ke arah Aji Suteja yang tersenyum. Pemuda itu hanya menatap datar kearahnya. Hampir saja dia membuat kesalahan di depan Candramaya dan membuatnya curiga. Dia belum siap jika jati dirinya di ketahui oleh gadis itu. "Apa yang kakang katakan," Kebo Ireng menegur. "Aku hanya ingin memastikan," ujarnya sambil tersenyum simpul. "Kalian lihatkan! Sepertin

    Huling Na-update : 2024-12-29
  • Keris Darah Candramaya   100. Misi Danumaya

    "Hais!!" Indrayana berdecis. Menoleh kearah sosok yang dengan lancang membuka pintu kamarnya. Untungnya mereka berdua baru pemanasan. Walaupun Indrayana sudah bertelanjang dada. "Tuan ... " panggil Kumala. Sosok itu mematung, matanya terbelaklak saat melihat adegan yang cukup dewasa. Membuat jantungnya terasa di remas. Mereka memang sepasang suami istri. Tapi Kumala tidak menyangka akan melihat adegan intim diantara mereka berdua. Bagaimana pun dia suka pemuda itu. Dan masih mengharapkannya. Candramaya terlonjak kaget saat pintu kamarnya terbuka, dia mendorong tubuh Indrayana hingga terjatuh dari ranjang. Tersungkur dengan sangat menyedihkan. "Aauuuwwww!!!" Indrayana memekik pantatnya sangat sakit. "Kamu tidak bisa mengetuk pintu," ujar Candramaya dingin. Gadis itu buru-buru merapikan pakaiannya. Wajahnya merah karena malu dan kesal secara bersamaan. Kumala menggigit bibirnya, dia juga malu dan kesal. Matanya memerah lalu reflek membanting pintu dengan tidak sopan. Bra

    Huling Na-update : 2024-12-30
  • Keris Darah Candramaya   101. Cerita Panjang Danumaya

    "Bagaimana bisa kamu mendapatkan ini?" tanya Wismaya, cukup penasaran. Dia tidak menyangka, putranya yang hanya suka mabuk-mabukan ini bisa di handalkan juga. Sedangkan Pemuda itu berdiri dengan angkuh. Dia merasa bangga. Danumaya menghela nafas lalu mulai bercerita dengan wajah yang serius, "Awalnya karena ada pencuri di istana Harsa Loka, jadi aku berniat untuk memanfaatkan keadaan itu untuk mengambil stempel kerajaan di kamar Gusti Adi Wijaya. Sayang beliau ada di dalam kamar dalam keadaan terjaga. Jadi mana berani aku melempar batu kecil itu. Aku takut di gantung, Romo," ungkapnya sambil tertawa kikuk. "Heh! Rupanya kamu takut mati juga," Sindir Wismaya, menatap malas pada putranya yang biasanya bersikap selayaknya jagoan. Sedangkan dia saja belum di katakan lulus. Karena telah keburu kabur dari padepokan Gagak Hitam. Untung Guru Naladhipa pemilik padepokan Gagak Hitam adalah gurunya. Dan mereka dekat, jadi dia memohon untuk di pinjamkan sebuah kitab untuk Danumaya belajar

    Huling Na-update : 2024-12-31
  • Keris Darah Candramaya   102. Restu Kakak Ipar

    Seno Aji Dan Kebo Ireng saling memandang lalu mereka mengangguk. Mereka memang harus selalu waspada. "Kami tidak akan berhenti apapun yang terjadi," ujar Seno Aji penuh keyakinan.Wismaya menepuk pundak Kebo Ireng, "Kalian tetap lah di sana. Kami akan segera menyusul bersama Bima Reksa.Kebo Ireng menjawab, "Baiklah!"Aji Suteja dan Wismaya mengantar Kebo Ireng dan Seno Aji keluar. Mereka berdua pergi menggunakan kuda. Saat kuda mereka melaju dan mulai tidak terlihat, Wismaya menghela nafas. Dia merasa khawatir. "Semoga tidak ada kendala," batinnya.Gulungan surat itu benar-benar harus sampai ketangan Arya Balaaditya. Karena surat itu yang akan membersihkan namanya. Candramaya kini sudah berada di kamar. Dia berdiri dan bersandar pada pintu kamar dan masih memegang keris kecil itu. Dia memutuskan untuk ikut bersama Pamannya dan mempercayainya untuk yang terakhir kali.Dia memilih percaya pada pamannya, hanya saja dia harus lebih waspada sekarang.Tubuh Indrayana menggeliat lalu mereg

    Huling Na-update : 2024-12-31

Pinakabagong kabanata

  • Keris Darah Candramaya   106. Senja Berdarah

    Kebo Ireng dan Seno Aji mengangguk. Kebo Ireng menopang tubuh lemah gadis itu. Sedangkan Seno Aji, dia berniat membantu Indrayana. Numun tiba-tiba.Indrayana menarik tali di pinggangnya dan menghantamkannya ke sebuah pohon.Duarr!!!Seno Aji dan Kebo Ireng terlonjak kaget, mata mereka melebar. Hanya satu kali ayuan? Pohon besar itu hancur. Seno Aji Akhirnya mengurunkan niatnya.Tanpa sadar Barja melangkah mundur, dia bergidig ngeri. Hanya saja dia menganggap dirinya kekal dan tidak bisa mati, karena memiliki Ajian Rawa Rontek. Pria itu kembali tegak dengan dagu terangkat. Sangat jumawa.Indrayana berjalan maju sambil menyeret cemetinya."Apakah itu ikat pinggang?" tanya Kebo Ireng, mengerjab-erjabkan matanya.Candramaya menyeringai, "Heh! Riwayatnya telah berakhir," ujarnya lirih."Kamu melakukan kesalahan dengan menyakiti istriku!" Indrayana mengeram dengan gigi bekertak. Mata elangnya menghunus tajam.Barja menyeringai, dia tertawa terbahak-bahak, "Jadi gadis itu istrimu? Tadi itu

  • Keris Darah Candramaya   105. Pembalasan Candramaya.

    Candramaya melirik tajam, "Jangan ikut campur!" Seno Aji dan Kebo Ireng kembali bertarung. Walaupun mereka menang jumlah karena dua lawan satu, tapi mereka lah yang kewalahan. Barja sangat cekatan dan tangkas, hampir semua serangan mereka berdua berhasil di tangkis hingga saat Kebo Ireng berhasil memotong sebelah tangan barja.Zrak!Gedebug!!Barja meringis kesakitan. Saat potongan tangannya jatuh ke tanah. Darah segar mengalir dari lengannya, aroma anyir menyeruak.Kebo Ireng menyeringai puas, namun seketika pudar saat lengan itu melayang dan kembali menyatu. "RAWA RONTEK!" teriak Barja, dia mengusap bekas darah yang ada di lengannya dengan satu tangannya yang lain. Bersih! Tidak ada bekasnya, tangan itu menyatu seperti semula.Kebo Ireng dan Seno Aji tahu persis ajian apa itu. Seseorang yang mempunyai Ajian Rawa Rontek tidak akan pernah bisa mati dengan mudah. Sepertinya meraka akan sulit menghindar dari sosok ini.Tawa Barja menggelegar, saat melihat dua mangsanya terlihat pucat,

  • Keris Darah Candramaya   104. Menonton Pertempuran

    Kebo Ireng mengedarkan pandangannya keseliling, jumlah mereka sekitar dua puluh orang. Cukup ramai. Tapi sepertinya murni perampok, terlihat dari penampilannya yang urakan.Mereka semua mendekat, "Turun! Jatuhkan senjata kalian," teriak ketua dari perampok itu.Kebo Ireng tentu turun lalu melempar pedangnya. Dia mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah. Matanya melirik kearah Seno Aji, kedua mata mereka bertemu. Mereka prajurit terlatih, mereka pasti tahu jalan keluar di saat keadaan terdesak seperti ini."Gledah," perintah sang ketua. Sosok yang berdiri dengan tubuh tinggi besar.Salah satu dari mereka mendekati Kebo Ireng dan menggeledah pinggang pria berkumis tebal itu. Dia menemukan sekantong koin. "Wah berat juga ya ... sekantong penuh logam perak. Lumayan, haha ... " pria itu terkekeh saking girangnya.Sang ketua yang bernama Barja memicingkan matanya, mata elangnya tertuju pada buntelan yang ada di punggung pria berkumis itu. "Buntelan apa yang dia bawa? Cepat ambil! Siapa ta

  • Keris Darah Candramaya   103. Susena ... Lurah Desa Kuningan

    Candramaya mengelus dadanya karena terkejut, matanya mengerjab-erjab. Dia sebenarnya sudah terbiasa menghadapi amarah kakak sepupunya yang tempramental itu. Hanya saja dia tetap kaget karena teriakan Danumaya yang menggelegar.Sedangkan Indrayana mengacungkan jempol kearah Danumaya, "Terima kasih kakak ipar," ujarnya sambil tersenyum bahagia.Danumaya hanya berdecis sinis, "Cih!!!" Pemuda itu melengos tidak suka. Dia menuju balai di depan rumah. Di mana Wismaya dan Aji Suteja berada.Kumala hanya bisa mengikuti kemauan Danumaya, karena dia sangat takut dengan pemuda yang telah menyelamatkan nyawanya. Kedua tangan Kumala saling meremas, dia hanya bisa melihat Candramaya dan Indrayana naik ke atas kuda yang sama. Candramaya duduk di depan. Tangan kanan Indrayana memegang tali pengengkang dan tangan kirinya memeluk pinggang gadis itu dengan kuat. Mereka melajukan kuda dengan pelan.Gadis itu merasa cemburu karena mereka tampak mesra dan akur.Wismaya tersenyum melihat hubungan rumah tan

  • Keris Darah Candramaya   102. Restu Kakak Ipar

    Seno Aji Dan Kebo Ireng saling memandang lalu mereka mengangguk. Mereka memang harus selalu waspada. "Kami tidak akan berhenti apapun yang terjadi," ujar Seno Aji penuh keyakinan.Wismaya menepuk pundak Kebo Ireng, "Kalian tetap lah di sana. Kami akan segera menyusul bersama Bima Reksa.Kebo Ireng menjawab, "Baiklah!"Aji Suteja dan Wismaya mengantar Kebo Ireng dan Seno Aji keluar. Mereka berdua pergi menggunakan kuda. Saat kuda mereka melaju dan mulai tidak terlihat, Wismaya menghela nafas. Dia merasa khawatir. "Semoga tidak ada kendala," batinnya.Gulungan surat itu benar-benar harus sampai ketangan Arya Balaaditya. Karena surat itu yang akan membersihkan namanya. Candramaya kini sudah berada di kamar. Dia berdiri dan bersandar pada pintu kamar dan masih memegang keris kecil itu. Dia memutuskan untuk ikut bersama Pamannya dan mempercayainya untuk yang terakhir kali.Dia memilih percaya pada pamannya, hanya saja dia harus lebih waspada sekarang.Tubuh Indrayana menggeliat lalu mereg

  • Keris Darah Candramaya   101. Cerita Panjang Danumaya

    "Bagaimana bisa kamu mendapatkan ini?" tanya Wismaya, cukup penasaran. Dia tidak menyangka, putranya yang hanya suka mabuk-mabukan ini bisa di handalkan juga. Sedangkan Pemuda itu berdiri dengan angkuh. Dia merasa bangga. Danumaya menghela nafas lalu mulai bercerita dengan wajah yang serius, "Awalnya karena ada pencuri di istana Harsa Loka, jadi aku berniat untuk memanfaatkan keadaan itu untuk mengambil stempel kerajaan di kamar Gusti Adi Wijaya. Sayang beliau ada di dalam kamar dalam keadaan terjaga. Jadi mana berani aku melempar batu kecil itu. Aku takut di gantung, Romo," ungkapnya sambil tertawa kikuk. "Heh! Rupanya kamu takut mati juga," Sindir Wismaya, menatap malas pada putranya yang biasanya bersikap selayaknya jagoan. Sedangkan dia saja belum di katakan lulus. Karena telah keburu kabur dari padepokan Gagak Hitam. Untung Guru Naladhipa pemilik padepokan Gagak Hitam adalah gurunya. Dan mereka dekat, jadi dia memohon untuk di pinjamkan sebuah kitab untuk Danumaya belajar

  • Keris Darah Candramaya   100. Misi Danumaya

    "Hais!!" Indrayana berdecis. Menoleh kearah sosok yang dengan lancang membuka pintu kamarnya. Untungnya mereka berdua baru pemanasan. Walaupun Indrayana sudah bertelanjang dada. "Tuan ... " panggil Kumala. Sosok itu mematung, matanya terbelaklak saat melihat adegan yang cukup dewasa. Membuat jantungnya terasa di remas. Mereka memang sepasang suami istri. Tapi Kumala tidak menyangka akan melihat adegan intim diantara mereka berdua. Bagaimana pun dia suka pemuda itu. Dan masih mengharapkannya. Candramaya terlonjak kaget saat pintu kamarnya terbuka, dia mendorong tubuh Indrayana hingga terjatuh dari ranjang. Tersungkur dengan sangat menyedihkan. "Aauuuwwww!!!" Indrayana memekik pantatnya sangat sakit. "Kamu tidak bisa mengetuk pintu," ujar Candramaya dingin. Gadis itu buru-buru merapikan pakaiannya. Wajahnya merah karena malu dan kesal secara bersamaan. Kumala menggigit bibirnya, dia juga malu dan kesal. Matanya memerah lalu reflek membanting pintu dengan tidak sopan. Bra

  • Keris Darah Candramaya   99. Pria Posesif

    Langkah Indrayana seketika berhenti, dia bahkan menoleh. Candramaya akhirnya juga ikut berhenti lalu bertanya dengan bingung, "Apa ada Adhinatha?" Deg!! Indrayana akhirnya tersadar, tidak seharusnya dia berhenti dan menoleh. Tapi rasanya dia sedang di panggil seseorang. Indrayana buru-buru celingak-celinguk dengan wajah bodoh seolah-olah sedang mencari seseorang. "Sepertinya tidak ada," ujarnya sambil cengengesan untuk menutupi kegugupannya. Candramaya hanya menghela nafas, lagian dia tidak perduli jika Adhinatha datang. Indrayana kembali memeluk pinggang gadis itu dengan mesra dan berjalan beriringan. Lalu diam-diam menoleh ke arah Aji Suteja yang tersenyum. Pemuda itu hanya menatap datar kearahnya. Hampir saja dia membuat kesalahan di depan Candramaya dan membuatnya curiga. Dia belum siap jika jati dirinya di ketahui oleh gadis itu. "Apa yang kakang katakan," Kebo Ireng menegur. "Aku hanya ingin memastikan," ujarnya sambil tersenyum simpul. "Kalian lihatkan! Sepertin

  • Keris Darah Candramaya   98. Pengamatan Aji Suteja

    Wismaya menginjak kaki Aji Suteja dengan keras, namun wajahnya terlihat biasa saja tanpa rasa bersalah. "Hais!!!" Aji Suteja meringis lalu menoleh ke arah Wismaya dengan bingung. "Apa salahku!" batinnya. Wismaya menoleh dengan tatapan tajam dan memberi isyarat dengan menggerakkan jarinya dengan aneh. Aji Suteja yang paham mendadak kaku, rupanya dia telah salah bicara. "Kakiku kram," elaknya. Dia berbohong agar Candramaya tidak curiga. Dia tahu ambisi gadis itu sungguh mengerikan. Walaupun dia juga sama, namun sebagai orang dewasa dia tidah akan gegabah dan lebih banyak menggunakan akal sehat dari pada sekedar perasaan. Candramaya menyadari sikap aneh Wismaya dan Aji Suteja. Tiba-tiba wajah dingin gadis itu berseri dan seringai muncul di wajahnya. Melhat ekspresi wajah keponakannya membuat Wismaya berdecak lalu memijit pelipisnya yang sakit. Melihat reaksi Aji Suteja, Kebo Ireng berinisiatif untuk mengalihkan perhatian gadia itu. "Eh ... dia yang bernama Indrayana kan?" t

DMCA.com Protection Status