Share

93. Ajian Aksamala

last update Last Updated: 2024-12-23 12:32:19

Arya Balaaditya mengerutkan kening dia tidak percaya. Dia ingat siapa yang memberi makanan itu padanya, istrinya sendiri. Mana mungkin Asri Kemuning ingin meracuni putranya sendiri. Hati Arya Balaadewa bergejolak dan wajahnya tampak rumit.

"Itu pasti benar, dia ahli dalam memanah dan ahli dalam peracunan. Hehe!" ujar Sentot sambil tertawa kikuk.

"Makanan itu telah tercampur dengan ramuan yang berasal dari tumbuhan merambat, Tuan. Sangat berbahaya," ujar Respati lirih. Pria itu meringis menahan rasa sakit pada kakinya yang terpotong. Darah merah terus saja keluar dari lututnya, pria itu duduk di atas tanah dalam keadaan lemah.

Ketua bandit itu berinisiatif dengan mengambil segenggam makanan yang berhambur di rerumputan, lalu melempar ke arah tanah yang jauh dari mereka. Para burung yang bertengger di pohon datang memburu nasi yang berhamburan itu.

Cahaya matahari sudah mulai masuk ke dalam celah-celah pepohonan dan membuat embun-embun tampak berkilau. Kabut-kabut juga sudah mulai mengh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Keris Darah Candramaya   94. Wanita Bercadar

    Semua bandit teriak histeris. Mereka ingin mencekik temannya sampai mati tapi mereka ingin pingsan saja. Lutut mereka rasanya lemas dan bergetar. Beraninya dia memberi syarat."Bisa-bisanya dia berniat bunuh diri dan mengajak kami semua!" batin Baladewa. Wajahnya tampak frustasi. Mimpi apa dia punya anak buah tidak ada yang waras. Semuanya selalu bikin depresi dan setiap saat ada saja membuat jantungnya mau loncat dari tempatnya. Semua bandit merasa putus asa melihat kelakuan temannya."Apa syaratnya?" tanya Arya Balaaditya dingin.Izinkan kami mengabdi pada Tuan. Kami ingin ikut dengan Tuan," ujar Darma dengan mata berkaca-kaca. Dia ingin menjadi orang baik sekarang.Semua bandit merasakan hal sama, mereka merasa orang itu sangat baik. Jika tidak, mana mungkin dia mau menolong orang yang menyerangnya.Arya Balaaditya menghela nafas panjang, "Baiklah .. katakan!" Darma mengangguk, "Dia seorang wanita dan memakai cadar. Namun dari pakaiannya, dia pasti seorang bangsawan. Apalagi kuli

    Last Updated : 2024-12-24
  • Keris Darah Candramaya   95. Dua Jalan Yang Berbeda

    "Mereka teman Paman. Dia Tuan Wismaya, paman dari istri Indrayana yang bernama Candramaya. Dan Tuan Kebo Ireng, Tuan Seno Aji dan Tuan Aji Suteja," ujar Ranu Baya memperkenalkan satu persatu tamunya. Mendapati anggukan dari Keempat orang itu. "Dia Cempaka, putri Baladewa," lanjutnyaWismaya dan yang lainnya mengangguk dan tersenyum.Cempaka juga mengangguk dan tersenyum ramah, gadis itu bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang. Dia melihat lengannya yang terbalut. Matanya terlihat berkaca-kaca, dia mengingat Saka. Dadanya terasa sesak dan sakit. Entah mengapa dia merindukan pria itu dan mengkhawatirkannya.Melihat tingkah Cempaka yang murung, berbeda dari karakternya yang ceria, Ranu Baya merasa resah dan semakin merasa bersalah, "Ada apa, Nak? Apa yang mengganjal hatimu," tanyanya.Gadis itu mengucek matanya dan tersenyum, "Tidak apa-apa paman," ujarnya."Paman akan menghilangkan bekas lukamu sekarang juga. Bolehkan?" tanya Ranu Baya dengan hati-hati. Gadis itu menunduk dan berk

    Last Updated : 2024-12-24
  • Keris Darah Candramaya   96. Mantan Maha Patih Harsa Loka

    Semua orang kembali ke ruang tamu, mereka kembali duduk bersama. Wismaya tampak masih kesal. Dia duduk bersandar di kursi dengan melipat kedua tangannya dengan wajah masam. Aji Suteja yang merasa tidak enak hati memilih duduk berjauhan. Dia merasa canggung karena telah menyinggung hati Wismaya. Wismaya yang tenang dan bijaksana, emosinya sering kali meledak setiap ada bahaya yang mendekati keponakannya. Mereka berdua memang sering berbeda pendapat. Kebo ireng mengutarakan tujuan mereka kembali ke Tanah Para Dewa. Selain berkunjung dan berterima kasih, mereka juga ingin menjalin persekutuan. "Ada hal yang ingin kami utarakan, Tuan," ujar Kebo Ireng. Dia duduk dengan tegap dan memasang wajah serius. "Kami berniat melakukan pembrontakan," lanjutnya setengah berbisik. Ranu Baya tertegun, dia melihat satu persatu wajah anggota Mawar Hitam dengan tanpa ekspresi. Ranu Baya tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya tersenyum tipis lalu kembali mengesap tehnya. Melihat Ranu B

    Last Updated : 2024-12-26
  • Keris Darah Candramaya   97. Desa Kuningan

    "Sepagi ini?" tanya Wirata dengan dahi berkerut karena merasa heran. Matahari saja baru bangun dari peraduan. Langit masih terlihat mendung dan udara juga masih lembab."Tentu! Aku akan kembali ke waringin," ujar Danumaya dengan memutar bola matanya dengan jengah. Dia merasa bosan di sini. Sebenarnya karena Candramaya dan Indrayana semakin hari semakin dekat. Apalagi ada bekas merah di leher gadis itu. Dia rasa sebentar lagi dia akan menjadi paman. Dia masih belum rela.Danumaya sebenarnya tidak habis pikir, kenapa gadis jahat dan sedingin itu bisa jatuh di pelukan pemuda bodoh seperti Indrayana. Memang apa kelebihannya di bandingkan dirinya ataupun Adhinatha.Wirata menghela nafas dengan berat, mengingat cucunya ini sangat pemarah sangat berbeda dengan ayahnya yang kalem dan tenang. "Kalau begitu hati-hati kalian."Saat Danumaya keluar rumah, terlihat ada empat orang dewasa yang sedang berbicara dengan Indrayana dan Candramaya. Dan Danumaya mengenalinya, "Romo!" batinnya."Romo ...

    Last Updated : 2024-12-28
  • Keris Darah Candramaya   98. Pengamatan Aji Suteja

    Wismaya menginjak kaki Aji Suteja dengan keras, namun wajahnya terlihat biasa saja tanpa rasa bersalah. "Hais!!!" Aji Suteja meringis lalu menoleh ke arah Wismaya dengan bingung. "Apa salahku!" batinnya. Wismaya menoleh dengan tatapan tajam dan memberi isyarat dengan menggerakkan jarinya dengan aneh. Aji Suteja yang paham mendadak kaku, rupanya dia telah salah bicara. "Kakiku kram," elaknya. Dia berbohong agar Candramaya tidak curiga. Dia tahu ambisi gadis itu sungguh mengerikan. Walaupun dia juga sama, namun sebagai orang dewasa dia tidah akan gegabah dan lebih banyak menggunakan akal sehat dari pada sekedar perasaan. Candramaya menyadari sikap aneh Wismaya dan Aji Suteja. Tiba-tiba wajah dingin gadis itu berseri dan seringai muncul di wajahnya. Melhat ekspresi wajah keponakannya membuat Wismaya berdecak lalu memijit pelipisnya yang sakit. Melihat reaksi Aji Suteja, Kebo Ireng berinisiatif untuk mengalihkan perhatian gadia itu. "Eh ... dia yang bernama Indrayana kan?" t

    Last Updated : 2024-12-28
  • Keris Darah Candramaya   99. Pria Posesif

    Langkah Indrayana seketika berhenti, dia bahkan menoleh. Candramaya akhirnya juga ikut berhenti lalu bertanya dengan bingung, "Apa ada Adhinatha?" Deg!! Indrayana akhirnya tersadar, tidak seharusnya dia berhenti dan menoleh. Tapi rasanya dia sedang di panggil seseorang. Indrayana buru-buru celingak-celinguk dengan wajah bodoh seolah-olah sedang mencari seseorang. "Sepertinya tidak ada," ujarnya sambil cengengesan untuk menutupi kegugupannya. Candramaya hanya menghela nafas, lagian dia tidak perduli jika Adhinatha datang. Indrayana kembali memeluk pinggang gadis itu dengan mesra dan berjalan beriringan. Lalu diam-diam menoleh ke arah Aji Suteja yang tersenyum. Pemuda itu hanya menatap datar kearahnya. Hampir saja dia membuat kesalahan di depan Candramaya dan membuatnya curiga. Dia belum siap jika jati dirinya di ketahui oleh gadis itu. "Apa yang kakang katakan," Kebo Ireng menegur. "Aku hanya ingin memastikan," ujarnya sambil tersenyum simpul. "Kalian lihatkan! Sepertin

    Last Updated : 2024-12-29
  • Keris Darah Candramaya   100. Misi Danumaya

    "Hais!!" Indrayana berdecis. Menoleh kearah sosok yang dengan lancang membuka pintu kamarnya. Untungnya mereka berdua baru pemanasan. Walaupun Indrayana sudah bertelanjang dada. "Tuan ... " panggil Kumala. Sosok itu mematung, matanya terbelaklak saat melihat adegan yang cukup dewasa. Membuat jantungnya terasa di remas. Mereka memang sepasang suami istri. Tapi Kumala tidak menyangka akan melihat adegan intim diantara mereka berdua. Bagaimana pun dia suka pemuda itu. Dan masih mengharapkannya. Candramaya terlonjak kaget saat pintu kamarnya terbuka, dia mendorong tubuh Indrayana hingga terjatuh dari ranjang. Tersungkur dengan sangat menyedihkan. "Aauuuwwww!!!" Indrayana memekik pantatnya sangat sakit. "Kamu tidak bisa mengetuk pintu," ujar Candramaya dingin. Gadis itu buru-buru merapikan pakaiannya. Wajahnya merah karena malu dan kesal secara bersamaan. Kumala menggigit bibirnya, dia juga malu dan kesal. Matanya memerah lalu reflek membanting pintu dengan tidak sopan. Bra

    Last Updated : 2024-12-30
  • Keris Darah Candramaya   101. Cerita Panjang Danumaya

    "Bagaimana bisa kamu mendapatkan ini?" tanya Wismaya, cukup penasaran. Dia tidak menyangka, putranya yang hanya suka mabuk-mabukan ini bisa di handalkan juga. Sedangkan Pemuda itu berdiri dengan angkuh. Dia merasa bangga. Danumaya menghela nafas lalu mulai bercerita dengan wajah yang serius, "Awalnya karena ada pencuri di istana Harsa Loka, jadi aku berniat untuk memanfaatkan keadaan itu untuk mengambil stempel kerajaan di kamar Gusti Adi Wijaya. Sayang beliau ada di dalam kamar dalam keadaan terjaga. Jadi mana berani aku melempar batu kecil itu. Aku takut di gantung, Romo," ungkapnya sambil tertawa kikuk. "Heh! Rupanya kamu takut mati juga," Sindir Wismaya, menatap malas pada putranya yang biasanya bersikap selayaknya jagoan. Sedangkan dia saja belum di katakan lulus. Karena telah keburu kabur dari padepokan Gagak Hitam. Untung Guru Naladhipa pemilik padepokan Gagak Hitam adalah gurunya. Dan mereka dekat, jadi dia memohon untuk di pinjamkan sebuah kitab untuk Danumaya belajar

    Last Updated : 2024-12-31

Latest chapter

  • Keris Darah Candramaya   153. Pembersihan

    "Di mana Danadyaksa?" tanya salah satu Punggawa.Mereka semua di aula melupakan sesuatu. Adi Wijaya duduk bersandar di singgasana dengan tenang. Dia menyeringai, lalu tertawa terbahak-bahak dan membuat semua mengalihkan pandangannya pada sosok yang sedang tergelak.Apa ada yang lucu?Hampir semua orang yang ada di dalam aula rapat saling menatap penuh keheranan.Tiba-tiba suara derap langkah kaki mulai terdengar. Semua orang menoleh dan bertanya-tanya, "Apa kiranya yang ada di balik tembok itu?"Sedangkan Indrayana, dia berdiri terpaku dengan tatapan tajam. Berkat batu mustika yang dia miliki. Indrayana mampu melihat rombongan orang yang datang mendekat dari balik tembok. Begitu pula dengan Candramaya yang mulai mengepalkan tangan, merasakan firasat buruk.Suara itu semakin mendekat, sangat ramai dan serempak. Lalu suara itu menghilang, semua orang seakan menahan nafas seiring suasana yang menjadi hening. Begitu juga dengan tawa Adi Wijaya yang meredup.Klekk!Pintu utama kembali ter

  • Keris Darah Candramaya   152. Menuntut keadilan

    Arya Balaaditya mengangkat suara, "Jika bukan dengan cara ini, bagaimana rakyat Harsa Loka akan tahu? Bukankah, dua surat itu adalah tulisan tangan, Romo? Dan cap stempel itu hanya Romo yang memegang. Aku hanya menyuruh orang untuk mengambilnya, jika tidak? Bagaimana aku membuktikan diri," ujar Arya Balaaditya menjelaskan. Adi Wijaya menggertakan giginya, rahangnya terlihat mengeras, dia berdecis, "Jadi sekarang kamu menuduhku? Di depan semua orang kamu berusaha melimpahkan kesalahan yang 15 tahun lalu kamu akui."Menuduh!Siapa di sini yang hobi menuduh?Arya Balaaditya hanya tertawa getir, tatapannya berubah sendu. Kenapa setelah sejauh ini Ayah Mertuanya tidak berubah juga. Arya Balaaditya benar-benar tak habis pikir. "Perihal Paman Bima Reksa, seandainya Pangeran Narendra tidak mengusik cucunya, dia juga pasti masih setia dan bersembunyi sesuai perintah Romo," ujar Arya Balaaditya. Pria itu berhenti sejenak, lalu mengatur nafasnya dan membasahi bibir bawahnya. Pria itu menatap w

  • Keris Darah Candramaya   151. Akhirnya Kamu Kembali

    Asri Kemuning berjalan dengan anggun dan berwibawa. Dia sambil menggandeng tangan suaminya dengan wajah penuh percaya diri. Tapi matanya terlihat penuh kemarahan dan tekad.Sekarang dia bukan wanita penyakitan dan lemah lagi karena setelah tidak tinggal di istana dia justru berangsur sembuh. Dan ramuan racikan suaminya membuat tubuhnya samakin segar.Semua punggawa tunduk pada ahli waris yang sah. Mereka tunduk pada keturunan asli pendiri Harsa Loka. Walaupun sebagian dari para punggawa juga condong ke pada Adi Wijaya.Itulah alasan Adi Wijaya takut dengan putrinya sendiri karena takut sang putri akan mengkudetanya di masa depan."Paman Patih adalah saksi. Dan suamiku mempunyai bukti. Maaf Romo Prabu, tapi kali ini aku tidak akan tinggal diam lagi," ujar Asri Kemuning dengan lantang.Adi Wijaya mengerjabakan matanya, dia merasa rindu dengan putrinya. Namun dia juga merasa terancam sekarang. "Kamu membawa seorang pembunuh?" tanya Adi Wijaya sengaja memprovokasi. Dia tahu bahwa semua o

  • Keris Darah Candramaya   150. Cincin Tanda Pengenal

    Narendra yang dari tadi menunduk dan menyembunyikan wajah pucatnya, kini mendongak. Dia berdiri dan mulai mengelak dengan suara terbata-bata, "A-apa yang ka-kamu mau heh? Aku bahkan baru pertama kali bertemu denganmu. Jangan asal bicara!"Namun semua orang tahu bahwa Narendra sedang ketakutan, terlihat dari wajahnya yang pucat dan suaranya yang keras dan terbata-bata."Kalau aku punya bukti, apa Pangeran akan mengakuinya?" tanya Kumala. Gadis itu menatap sinis ke arah Narendra.Damayanti Citra tersenyum culas, "Bukti apa yang kamu punya, heh!"Kumala meraih selendangnya, di ujung seledang ada ikatan kecil. Gadis itu membuka ikatan itu dan mengangkat sebuah benda tinggi-tinggi agar semu orang melihat. Adi Wijaya yang dari tadi cemas seketika ingin pingsan dengan apa yang gadis itu pegang. Begitu juga Narendra, dia langsung memeriksa kelingkingnya yang kosong. Cincin itu memang hilang setelah kejadian malam itu. Dia tidak menyangka gadis itu mengambilnya. Wajah Narendra semakin pucat p

  • Keris Darah Candramaya   149. Kemarahan Kumala

    Adi Wijaya tertawa sinis, matanya memerah karena menahan marah. Bima Reksa dan Kumala kini menjadi pusat perhatian. Suasana yang membosankan telah berubah menjadi suasana yang penuh dengan ketegangan. Seisi ruangan menjadi semakin ramai, begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepala mereka masing-masing. Selain keberadaan Bima Reksa yang ternyata masih hidup. Padahal, Adi Wijaya sendiri telah mengumumkan bahwa Bima Reksa telah tiada 15 tahun yang lalu. Lalu kenapa sosok itu berdiri di hadapan mereka sekarang? Kini pertanyaan yang jauh lebih rumit yaitu perihal gadis yang bersamanya. Gadis yang datang dalam keadan luka-luka. Seperti korban penganiaan. Adi Wijaya berusaha untuk mengendalikan perasaannya, entah alasan apa yang akan dia berikan nanti. Sekarang, dia seperti berdiri di atas jurang. Ini adalah guncangan yang hampir membuat rohnya terlepas dari raganya. Karena salah satu kebohongannya telah terbongkar. Puspita Sari seketika menggigil ketakutan, "Apakah ini akhir dari

  • Keris Darah Candramaya   148. Wismaya vs Adi Wijaya

    Adi Wijaya mengangkat tangannya dan semua orang bangkit lalu berjalan dengan menunduk. Mereka kembali ke tempat masing-masing. Indrayana menatap wajah kakeknya dengan perasaan campur aduk. Ada rasa rindu dan kecewa secara bersamaan. Narendra duduk dengan tenang. Walaupun dia tahu bahwa banyak petisi yang datang perihal rumor yang sudah tersebar di Harsa Loka. Hanya saja itu tidak berpengaruh untuknya. "Apa ada keluhan?" tanya Adi Wijaya. Sebagai seorang raja setiap ada pertemuan, para punggawa ataupun rakyat di persilahkan untuk mengajukan keluhan dan masalahnya. Wismaya bangun dari tempat duduknya dan berjalan menghadap Adi Wijaya. Adi Wijaya menatap datar pada orang yang jelas-jelas menentangnya. "Gusti, sesuai dengan surat titah Gusti Prabu bebeberapa pekan lalu. Hamba dan rekan hamba telah mencari pelaku itu. Tapi kami gagal," ujar Wismaya dengan tenang. Adi Wijaya tersenyum samar dan sudah menduga. Orang tua itu duduk dengan santai sambil menikmati tehnya, "Tentu sampai k

  • Keris Darah Candramaya   147. Bisa Diandalkan

    "Aku akan membawa Paman pulang, kamu menyusul dengan kuda. Itu kudanya," ujar Indrayana sambil menunjuk seekor kuda yang terikat di dahan pohon. Indrayana mencuri kuda dari kandang kuda istana."Candramaya setuju, "Baiklah!"Indrayana membawa Respati menggunakan Ilmu Meringankan Tubuh agar cepat sampai. Luka Respati harus segera di tangani, sedangkan Candramaya menyusul dari belakang. Gadis itu mengendarai kuda dengan cepat.Indrayana sampai lebih dulu di Tanah Para Dewa, di depan rumah dia berteriak, "Romo!"Arya Baladitya yang sedari tadi menunggu di depan rumah dengan cemas langsung berlari saat melihat putranya. Wajahnya menegang saat melihat kondisi Respati yang terkena Ajian Tapak Geni, "Bawa masuk!" titahnya.Respati terbaring lemah, nafasnya melambat. Arya Balaaditya duduk di sisi ranjang dan langsung menyinsingkan lengan bajunya. Dia menaruh telapak tangan kanannya untuk mengeluarkan Ajian Aksamala. Darma langsung pergi ke dapur untuk merebus tanaman obat. Tangan Darma berge

  • Keris Darah Candramaya   146. Cucu Kesayangan

    Sebuah keris kecil melesat, menyerang pedang Danadyaksa. Keris itu melaju dengan cepat dan kuat. Suara besi kembali beradu, pedang itu jatuh dari genggaman pemiliknya.Semua mata tertuju pada keris yang datang bersamaan dengan dua sekelebatan orang yang memakai cadar masuk ke area pertempuran. Satu laki-laki dan satu wanita. Kedua orang misterius itu menghampiri tubuh Respati yang terluka parah. "Paman ... " panggil Indrayana dengan suara bergetar. Matanya mengembun, dia merasa tidak tega dengan keadaan Pamannya yang terluka parah. Candramaya mengangkat tangannya dan keris itu dengan patuh kembali padanya. Saat gadis itu melihat kondisi Respati, kakinya mendadak lemas, luka pada Pamannya sama persis dengan luka mendiang ayahnya. Seketika itu juga Candramaya menoleh ke arah pria tua berperut buncit. Ingatannya kembali ke masa lalu seiring dengan darahnya yang mendidih.Danadyaksa tertegun dan sedikit linglung, dia cukup heran dengan keris kecil itu. "Bagaimana bisa benda kecil itu ma

  • Keris Darah Candramaya   145. Respati Tertangkap Basah

    Tanpa di duga di perjalanan Danadyaksa melihat ada sekelebatan burung merpati yang masuk ke dalam kediaman tabib istana. Matanya langsung bersinar dan moodnya membaik.Kali ini Danadyaksa tidak akan tertipu lagi, Danadyaksa meringankan setiap langkahnya dan berjalan dengan hati-hati. Di balik pintu dia mengintip dan akan menangkap basah tabib itu.Tampak, Respati sedang memegang burung dan mengambil sesuatu pada kaki burung itu. Namun saat hendak membaca, Danadyaksa tiba-tiba melompat dan menendang punggung Respati.Bug!Respati tersungkur di tanah, dia meringis kesakitan. Langkah seorang pria berjalan mendekatinya lalu berdiri di depan kepalanya.Respati mendongak dan seketika matanya terbelaklak. Tampak seorang pria tua berperut buncit menatapnya dengan remeh, "Aku tertangkap," batinnya.Danadyaksa menyeringai, matanya memerah dan berkata sinis, "Rupanya benar dugaanku! Kamu adalah mata-mata."Respati menjatuhkan pesan dari Arya Balaaditya. Dia mengabaikan Danadyaksa dan fokus untuk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status