Home / Historical / Keris Darah Candramaya / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Keris Darah Candramaya: Chapter 111 - Chapter 120

128 Chapters

111. Pertemuan Dengan Bima Reksa

Di Desa Pinus.Di pagi hari, Wismaya mengetuk pintu. Dia tidur larut malam. Entah mengapa perasaannya tidak enak dan merasa gelisah tanpa alasan.Tok! Tok!Berulang kali namun tidak ada jawaban. Justru pintu kamar sebelah yang terbuka, seorang gadis yang begitu lembut keluar dari kamar."Mereka tidak pulang, Tuan," ujar Kumala dengan lembut. Wajahnya tampak lesu dan kantung matanya menghitam, sepertinya dia tidak tidur sepanjang malam. "Baiklah kalau begitu," ujar Wismaya, acuh tak acuh. "Kalau begitu kita bersiap, kami akan mengantarmu pulang." "Mungkin lebih baik jika Candramaya tidak ikut, lagian dia bersama Indrayana. Mereka pasti baik-baik saja."Kumala tersenyum, tapi sebenarnya dia tidak rela untuk kembali pulang sebelum merebut Indrayana dari gadis angkuh itu. Gadis itu meremas kedua tangannya, dia bingung alasan apa yang akan dia katakan pada kakeknya nanti saat di rumah.Mereka akhirnya berpamitan dengan Wirata. Keempat orang itu pergi menuju desa kuningan dengan menaiki k
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

112. Pangeran Kita Semua

Wismaya tertawa mencibir, "Kamu memang sangat setia pada rajamu! Tapi kamu telah menghianati Rakyat Harsa Loka."Bima Reksa merasa tersinggung, walaupun yang dikatakan oleh Wismaya memang benar. Makanya dia hanya diam sambil mengatupkan rahangnya."Sampai kapan Tuan akan terus dimanfaatkan oleh Adi Wijaya? Sampai negeri ini hancur!" ujar Aji Suteja geram. Pria tua ini bebal dan bodoh.Bima Reksa mengerjab-erjabkan matanya yang terasa panas, dia menghela nafas panjang, "Kalian datang kemari karena ingin balas dendamkan? Kalau begitu tunaikan hasrat kalian. Asalkan lepaskan cucuku dan desa ini," pintanya dengan kepala menunduk. Pria itu akan menyerah, lagian dia sudah terlalu lama hidup.Orang sesabar dan setenang Wismaya saja bisa terpancing emosinya. Tapi sekuat tenaga dia tetap harus tenang. Orang tua di hadapannya adalah pelaku sekaligus saksi yang penting. "Apa kamu tidak ingin membersihkan namamu?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.Wajah Bima Reksa terangkat, tatapan ma
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

113. Siasat Licik Kumala

Di saat Kumala sedang asyik dengan khayalannya, pintu itu terbuka. Tubuhnya akhirnya terdorong dan jatuh. Gadis itu mendongak, wajahnya menegang. Sorot mata tajam dan wajah yang begitu manis menatapnya dengan jijik. Gadis itu menelan salivanya dengan kasar, "Tu-tuan!"Danumaya mendengkus kesal, tatapannya acuh tak acuh. "Dari pada sibuk menguping di sini! Lebih baik suguhkan minuman untuk tamumu," ujarnya dingin dan galak.Kumala mengangguk dengan cepat dan langsung berlari ke dalam. Danumaya mendengkus, "Dasar wanita pembawa bencana!" gumamnya.Danumaya kembali duduk bersama orang tua, dia diam dan merenung. "Candramaya pasti tidak tahu jati diri pemuda itu. Haruskah aku memberitahunya? Tapi rasanya tidak perlu. Jati dirinya sebentar lagi pasti terungkap," batinnya.Saking larutnya Danumaya dalam lamunannya, dia bahkan tidak sadar saat Kumala menghidangkan minuman dan kudapan. Kumala menaruh gelas dengan tangan gemetar, dia kira Danumaya sedang menatapnya dengan tajam. Jadi saat Ku
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

114. Ceria dan hangat

Wajah Kumala terlihat kejam dan sorot matanya begitu dingin. Tapi saat kereta kuda itu berhenti di depan rumah besar itu. Wajahnya berubah lembut dan sorot matanya tampak bersinar. Sekian banyak orang-orang yang berkumpul di depan rumah, ada satu yang menarik perhatian yaitu sosok Arya Balaaditya. Wajahnya mungkin sudah tua dan berkeriput tapi jejak ketampanannya masih ada. Danumaya langsung mengenalinya karena pria itu wajahnya sangat mirip dengan Indrayana. Sedangkan Indrayana tidak ada diantara kerumunan itu hanya ada Candramaya yang duduk di samping seorang gadis yang jauh lebih tua darinya. "Adik ... " panggil Danumaya. Pemuda itu berjalan mendekatinya dengan suka cita. Hanya saja seperti biasa, gadis itu tidak menunjukan ekspresi apapun. Datar dan dingin. Kumala berjalan dengan malu-malu, dia menyapa Candramaya, "Candramaya ... " Candramaya hanya diam, dia bahkan membuang muka. Dia muak dengan gadis itu. Cempaka merasa tidak enak, namun dia juga tidak bisa menegur Ca
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

115. Gadis lancang

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Indrayana. Pemuda itu sedang menyandarkan kepalanya di bahu Candramaya dengan mata terpejam. Kedua tangannya meremas lembut tangan gadis itu. Candramaya menatap hamparan langit hitam kelam. Tidak ada bulan ataupun bintang. Yang ada hanya kesunyian yang Candramaya rasakan. Hanya angin yang berhembus lembut menerpa wajahnya yang dingin. Kesedihannya dia sembunyikan dari sorot matanya yang tajam."Bisakah kamu lanjutkan ceritamu tentang kisah keluargamu? Aku ingin mendengarnya," ujarnya dengan lirih.Indrayana mengangkat kepalanya, dia duduk tegak dan menyerong ke arahnya. Jantungnya tiba-tiba berdebar, dia menggigit bibir bawahnya. Mungkin ini sudah saatnya dia berkata jujur. Sebelum gadis ini mendengar dari orang lain. Setelah mengatur nafas, dia berkata, "Bagaimana jika aku adalah seorang pangeran. Apa kamu masih mau bersamaku?"Candramaya menyerongkan tubuhnya juga, mereka kini berhadapan. Wajah gadis itu terlihat datar tanpa ekspresi. Indrayana menel
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

116. Jangan Takut, Nak!

Seisi rumah berhambur keluar saat mendengar Kumala berteriak dan marah-marah. Sebagian dari mereka merasa terkejut dengan perubahan gadis itu. Tapi tidak dengan Danumaya. Dia menyeringai, "Akhirnya dia membuka topengnya sendiri!""Apa kamu buta pangeran? Gadis itu terus saja merendahkanmu dan kamu malah memberinya cinta yang sangat besar. Sedangkan di sini ada aku yang jelas-jelas mencintaimu, harusnya kamu memandangku bukan dia," ujar Kumala dengan gigi bekertak.Semua orang benar-benar tidak habis pikir, gadis selembut itu bisa berbuat lancang.Indrayana memicingkan matanya lalu mencibir, "Memang apa yang sudah kamu berikan padaku? Hingga kamu sangat percaya diri."Mata Kumala berkedip-kedip lalu membuka mulutnya tanpa malu, "Dia memberikan tubuhnya kan? Aku juga bisa. Dia bahkan tidak becus menjaga benihmu! Apalagi cintamu yang terlalu besar itu. Sadarlah Pangeran! Sadarlah" ujarnya dengan nada melembut di akhir kalimat. Gadis itu mendekat dan bahkan berusaha untuk menyentuh lengan
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

117. Aroma Yang Membuat Orang Cemburu

Bima Reksa yang sudah lama tidak di panggil, 'Patih' langsung menoleh ke arah seorang gadis yang menyapanya, dia sedang tersenyum tipis padanya. Dia duduk di meja sebelah mejanya.Padahal di tempat ini yang tahu dia dulu adalah seorang patih hanyalah Arya Balaaditya, Wismaya dan ketiga temannya. Bahkan cucunya sendiri tidak tahu. Lalu siapa gadis itu?Bima Reksa memicingkan matanya lalu merenung, dia rasa tidak pernah mengenal gadis itu. Saat dia masih menjadi Mahapatih Harsa Loka rasanya gadia kecil yang dia tahu adalah cucunya yang masih berusia 3 tahun dan sekarang sudah 18 tahun. Lalu dia mengingat-ingat kembali anak kecil yang pernah dia kenal dulu. Namun sepertinya tidak ada. Bima Reksa lalu tersenyum, "Kamu mengenalku, Nak?"Candramaya tertawa geli, lalu menutup mulutnya, dari matanya yang merah tersirat sebuah kemarahan yang besar, "Masih belum ingat!" ujarnya lirih dengan gigi berkertak.Pupil mata Bima Reksa melebar, "Ka-kamu gadis kecil yang ada di bawah ranjang itu?" ujar
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

118. Kompensasi Semata

Arya Balaaditya berdiri di depan meja Bima Reksa, kepalanya menunduk ke arah orang tua yang sedang duduk sambil memeriksa dua gulungan itu, "Sekarang Paman tahukan bahwa semua ini sudah di rencanakan," ujarnya. Bima Reksa mengangguk dan mengangkat wajahnya yang terlihat sedih dan kecewa, "Jadi ini jebakan! Jadi Gusti Adi Wijaya menjebakku?" Kenapa? Bukankah selama ini Bima Reksa telah setia kepadanya, dia bahkan membunuh hati nuraninya demi menjalankan perintahnya. Namun balasannya adalah dia di jadikan umpan untuk meredam skandal yang di buat putranya sendiri. Bima Reksa kira kematian palsunya adalah bentuk dari kasih sayang seorang raja pada abdinya rupanya hanya kompensasi semata. Arya Balaaditya bersedekap, "Bukan! Ada sosok yang ingin menghabisi Damarjati dan para rekannya untuk menutupi rahasianya. Aku yakin Damarjati dan rekannya tahu segalanya. Bukankah waktu itu mereka yang bertugas untuk menyelidikinya?" "Tapi Adi Wijaya yang menyimpan dua gulungan perintah itu. Itu art
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

119. Gadis Itu Tidak Punya Otak

Kumala tidak terima, dia melotot dan berteriak, "Kasar sekali kamu! Apa kamu tidak tahu sopan santun? Orang tuamu pasti tidak menjarimu adab kan? Aku saja yang kehilangan Ibuku saat melahirkanku dan Romoku sakit lalu meninggal saat aku masih kecil tetap bisa bersikap dengan baik. Sedangkan kamu sangat memalukan!" Kumala sengaja menceritakan kemalangannya dan membandingkan dirinya di depan orang, agar citra Candramaya menjadi buruk.Indrayana melotot, dia menegur, "Kamu diam saja Kumala! Kamu tidak tahu apa-apa!" Kumala tahu orang tua Candramaya telah meninggal, tapi dia tidak tahu penyebabnya. Jadi dia tetap akan menyudutkan gadis itu, lagian ada kakeknya. Semua pasti tidak berani menyentuhnya. Kumala memelankan suaranya, dia tampak sedih, "Aku takut perilaku Candramaya membuat Tuan malu."Candramaya berkata dengan gigi bekertak, "Kamu benar, orang tuaku tidak mengajari adab dan sopan santun padaku. Tapi Paman dan Bibiku mengajarinya. Jika kamu punya sopan santun! Kenapa kamu menari
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

120. Aku Menolak!

Arya Balaaditya memicingkan matanya, "Syarat?""Aku ingin Kumala dinikahkan dengan putramu, Pangeran Indrayana Arya," ujar Bima Reksa tanpa ragu.Semua orang tertegun, mereka tidak percaya. Beraninya Bima Reksa meminta syarat seperti itu. Apa dia sudah kehilangan akal atau kehilangan rasa malu. Bukankah jika Bima Reksa bergabung itu juga untuk membersihkan namanya. Dia di tuduh sebagai pembunuh dan menghianati raja. Padahal dia hanya bawahan yang menjalankan perintah majikannya.Kumala menatap Candramaya lalu tersenyum meremehkan.Candramaya tampak acuh, kali ini dia hanya duduk dengan tenang. Dia berkata lirih, "Sekarang kita lihat, sebesar apa kamu mencintaiku."Wajah Indrayana menjadi masam, "Cucu dan Akinya sama saja," batinnya."Indrayana sudah menikah, mereka saling mencintai," ujar Wismaya. Dia tidak ingin gadis ular itu berada di antara Indrayana dan keponakanya.Bima Reksa menghela nafas, dia sudah tahu jika semua orang akan menentangnya, tapi dia hanya butuh persetujuan buka
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status