"Wah, repot berhadapan dengan orang ini," pikir Ki Bwana Sekarat, "Ke mana arah pandangan matanya bisa mengecohkan diriku! Cacat di matanya itu bisa merupakan kelebihan bagi dirinya, namun bahaya bagi musuh-musuhnya. Menurut dugaanku, melihat dari raut mukanya yang sangar itu, agaknya dia tidak bermaksud baik menghadang langkahku bersama Ratna. Hmmm... ada persoalan apa sebenarnya?"Ratna Pamegat maju selangkah lebih depan dari Ki Bwana Sekarat. Matanya memandang lurus kepada lelaki tua bertongkat ukiran kepala buaya. Dan Ratna Pamegat menyapanya, "Apa maksudmu menghadang kami, Buaya Gunung?""Meneruskan persoalan bulan lalu," jawab Buaya Gunung dengan wajah memandang ke arah samping, tapi sebenarnya menatap Ratna Pamegat."Rupanya kau masih belum jera juga, Buaya Gunung! Kau samakan aku dengan perempuan lain yang harus tunduk di depanmu?""Ratna Pamegat! Kalau kau bukan perempuan yang cantik, muda, dan bahenol, aku tak akan mengejar-ngejarmu, Ratna Pameg
Последнее обновление : 2025-01-12 Читайте больше