Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / Chapter 921 - Chapter 930

All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 921 - Chapter 930

1036 Chapters

920. Part 14

"Kejar dan hadapi dia. Nyai Gayung Demit lari ke timur!" kata Yayi."Bagaimana dengan dirimu sendiri?""Aku akan mencari Abiyasa dan menyeretnya pulang. Anak itu juga harus kuberi pelajaran sendiri atas kenakalannya yang pergi tanpa pamit kepadaku!" jawabi Yayi.Setelah mempertimbangkan beberapa saat, akhirnya Ragajampi terpaksa harus membiarkan kehendak putri adipati itu. Meski ia memendam cemburu terhadap Mahendra Soca, tapi ia tak bisa melampiaskan tanpa ada alasan kuat. Maka ia pun segera pergi ke timur bersama Sulaya, anak buahnya, untuk mengejar Nyai Gayung Demit.Setelah Ragajampi dan Sulaya menghilang dari pandangan mata, Mahendra Soca pun segera berkata! "Galak sekali orang itu!""Dia cemburu melihatku bersamamu, Mahendra!”"Apakah dia cinta padamu, Yayi?""Mungkin. Tapi aku muak padanya dan tak pernah tunjukkan sikap manis di depannya!"Mahendra Soca melangkah mengambil blandongnya, setelah itu baru berkata lagi
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

921. Part 15

Daftar nama peserta yang akan menjadi penantang si Wajah Hitam sudah tertera di sebuah papan, di depan pintu masuk gedung itu. Mahendra Soca ada di sana, karena dia memang sering melihat pertarungan para peserta. Saat itu, Mahendra Soca sedang pandangi papan pengumuman nama-nama peserta, dan di dalam nama-nama itu terdapat nama Gumarang dan Abiyasa,"Kalau begitu apa yang dikatakan Yayi itu memang benar adanya," pikir Mahendra Soca dengan mulut terkatup. Kemudian ia segera bergegas menuju ke jalanan yang menanjak, tak seberapa jauh dari Rumah Busuk itu. Karena ia melihat kuda putih sedang dipacu menuju ke tempatnya berdiri. Dan kuda putih itu ditunggangi oleh seorang gadis cantik yang tak lain adalah Yayi.Mahendra Soca menyambut kedatangan gadis itu dan ingin memberitahukan bahwa nama Abiyasa memang ada di deretan nama-nama peserta."Hei, ternyata kau lebih dulu sampai di sini, Mahendra?""Ya. Karena aku tahu jalan pintas menuju tempat ini! O, ya... aku
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

922. Part 16

Prok prok prok prok..!Penonton dan para tamu terhormat bertepuk tangan sambil bersorak dengan riuhnya. Hati Yayi terkejut. Matanya terbelalak. Pengawal itu berkata, "Kurasa kau percuma menghadap Brahmana Gada, adikmu sudah tampil di arena, Nona. Lihatlah!"Yayi mendesak ke tepi pagar pembatas lantai penonton. Hatinya semakin berdebar-debar melihat Abiyasa mengangkat tangannya dan menyentak-nyentakkan dengan penuh semangat, sehingga penonton lainnya berseru mengelu-elukan Abiyasa.Pemuda yang tampak sangat hijau untuk arena seperti itu, menggenggam sebuah pedang lengkung yang amat tajam. Pedang itu sebuah pemberian cindera mata dari seorang pendekar berasal dari Selat Gangga."Abi.. l Abiyasa..! Tinggalkan arena!" seru Yayi dengan tegang. Tapi seruan itu tertutup oleh suara riuh gaduhnya penonton. Dalam hati Yayi sendiri menjadi terharu melihat banyaknya penonton yang seolah-olah menjagokan Abiyasa.Sadar sudah hati Yayi, bahwa ia telah terlambat d
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

923. Part 17

"Horeee..! Horeee..! Horeee..!" seru mereka bersemangat. Hampir sebagian besar mata penonton tertuju ke pintu jeruji sebelah selatan. Di sana sudah berdiri si Wajah Hitam yang kepalanya terselubung kain hitam, bertelanjang dada, mengenakan celana hitam, dan kain ikat pinggang merah. Badannya besar dengan dada lebar dan kekar.Ketika itu si Wajah Hitam tampak berdiri tegang memandangi pertarungan dengan pedang telah tergenggam di tangannya dalam keadaan belum dicabut dari sarungnya. Entah sejak kapan si Wajah Hitam berdiri di sana memperhatikan tiap pertarungan, yang jelas saat itu ia sedang jadi pusat perhatian banyak orang, termasuk Yayi. Tetapi pikiran Yayi tak banyak bicara tentang si Wajah Hitam. Karena pada saat itu, Luhito segera melanjutkan ucapannya, "Perlu saudara-saudara ketahui juga, kali ini, lawan yang akan berhadapan dengan Abiyasa adalah saudara seperguruannya sendiri, yaitu Guuu... maaa... raaang...!""Huuu..!" seru mereka kegirangan, bertepuk tangan cu
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

924. Part 18

Si Wajah Hitam berdiri tegak dengan pedang lurus ke atas di depan wajahnya. Pedang itu mempunyai ketajaman di dua sisinya dengan bagian ujungnya runcing. Pedang itu digenggam dengan dua tangan yang berotot kekar. Di pergelangan tangan si Wajah Hitam kenakan gelang kulit berwarna hitam pula.Tubuhnya yang kekar itu tampak berkeringat dan menjadikan tubuh itu mengkilap. Abiyasa bergerak pelan mengitari si Wajah Hitam dengan pelan-pelan. Semua penonton diam tak ada yang berkata sepatah kata pun. Napas kedua orang yang bertarung itu saja yang terdengar oleh mereka.Abiyasa mencari kelengahan, sementara si Wajah Hitam diam mematung di tengah arena dengan pedang lurus ke atas di depan dada. Ketika Abiyasa sampai di belakang si Wajah Hitam, tiba-tiba Abiyasa menyerang dengan cepat.Wuttt..!Pedang ditebaskan dari atas ke bawah. Tapi si Wajah Hitam menangkis pedang Abiyasa dengan kepala melengkung sedikit ke belakang.Trangng..!Pedang Abiyasa terta
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

925. Part 19

Mereka berhenti di bawah pepohonan rindang di hutan tepi sungai. Ki Argapura meminjam pedang milik Yayi, sebab ia tidak membawa apa-apa ketika berangkat menuju kadipaten. Sambil memegang pedang dengan kedua tangannya, Ki Argapura berkata, "Jadikan mata pedang adalah mata hatimu. Di mana mata pedang ini ingin bergerak, jangan kau tentang dengan mata hatimu! Karena pedang yang sudah menyatu dengan kekuatan indera keenam, dia akan bergerak dengan sendirinya mendului apa yang akan terjadi. Jika mata pedang sudah menjadi mata hatimu, dan gerakan pedang adalah gerakan nalurimu, maka kekuatan tenaga dalam yang tersalur di dalamnya tidak perlu berlebihan. Gerakannya pun tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga. Pelan, tapi cepat dan pasti!"Wuttt.. !Ki Argapura menggerakkan pedang itu ke depan, seperti orang membacokkan sesuatu dengan golok. Saat pedang bergerak menebas ke depan, kaki kirinya maju menghentak.Jlegg..!"Ini namanya jurus 'Rembulan Menebas Bintang',
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

926. Part 20

Setelah hening tercipta beberapa kejap, terdengarlah suara Yayi yang bernada penuh sesal dan duka mengenang kematian adiknya, "Maafkan aku ketika itu, Mahendra. Aku meninggalkan kamu sampai sekian lama, dan ketika aku kembali ke kudaku, kau sudah tiada!""Ya, aku memang sedikit jengkel waktu itu, Yayi. Tapi sekarang sudah kulupakan. Toh aku pun waktu itu telah pergi meninggalkan tempat itu tanpa mau mengurus kudamu lagi! Kalau kuda itu hilang dicuri orang, itu karena kesalahanmu yang tak mau menghiraukan aku lagi dan menelantarkan aku di bawah pohon sana! Tapi, sudahlah.. kuanggap hal itu tak pernah terjadi, Yayi!""Aku panik pada saat itu! Sampai akhirnya aku menyaksikan sendiri kematian Abiyasa di tengah arena!""Oh, jadi...?""Benar, Mahendra. Abiyasa mati dibabat pedang Wajah Hitam!"Mahendra Soca diam dengan wajah murung. Bahkan ia tampak gelisah dan tak berani menatap Yayi. Sikapnya yang menunduk membuat Yayi mengerti bahwa Mahendra Soca ikut
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

927. SANG PEMBANTAI SI WAJAH HITAM

PERTEMUAN itu membuat Pendekar Kera Sakti dan Mahendra Soca menjadi akrab. Mahendra Soca menceritakan tentang pertemuannya dengan Yayi. Pada waktu itu, Baraka diajak ke gubuk persinggahan Mahendra Soca. Gubuk itu penuh dengan potongan-potongan kayu. Tak ada barang lain kecuali potongan kayu ukuran sehasta untuk digunakan sebagai kayu bakar pemasak nasi. Ada sebuah balai-balai juga terbuat dari potongan-potongan dahan. Di sana mereka duduk, di sana pula biasanya Mahendra Soca tidur atau beristirahat."Sudah lama kau tinggal di tempat terpencil ini, Mahendra?""Yah, cukup lama!" jawab Mahendra Soca. "Di sini tempatnya tenang.""Memang. Tapi apakah kau tak merasa sepi dan bosan hidup dengan tumpukan kayu ini?""Aku menyukai tempat sepi," jawab Mahendra Soca sambil membenahi kayu yang tadi tersenggol tubuhnya dan jadi berantakan dari tumpukannya.Baraka hanya pandangi keadaan sekeliling. Gubuk itu ada di tengah hutan, namun bukan hutan ganas dan buas.
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

928. Part 2

Rencana itu ternyata sedikit meleset. Mahendra Soca dan Baraka datang tepat waktunya pertandingan akan dimulai. Mahendra Soca segera membawa masuk Baraka ke Rumah Busuk itu. Baraka sempat kaget, karena dia ingat tentang Rumah Busuk itu yang dulu pernah dipakainya menyembunyikan Bunga Bernyawa. Tapi hal itu tidak diceritakannya kepada Mahendra Soca.Para penonton telah bersiap di tempatnya masing-masing. Masih ada beberapa orang yang sibuk mendekati Rangkayon, bagian penerima uanguang taruhan. Luhito pun masih sibuk mondar mandir ke sana-sini untuk mengatur jadwal pertarungan.Sementara itu, Mahendra Soca sendiri sibuk membawa Baraka menerobos orang-orang itu untuk mencari tempat yang terbaik untuk mereka berdua. Dan tempat itu pun segera diperolehnya."Kau sering nonton pertarungan di sini?" tanya Pendekar Kera Sakti agak keras untuk mengimbangi suara gaduh para penonton yang agaknya sudah mulai tak sabar itu.Mahendra Soca pun menjawab, "Boleh dibilang s
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

929. Part 3

Setelah mencari sejenak, Baraka pun menjawab, "Iya! Aku melihatnya. Siapa perempuan muda itu?""Itu yang namanya Yayi!""Itu...! Wow... cantik nian dia itu, Mahendra! Rugi kalau gadis secantik dia kau tinggalkan! Kejar terus dia sampai dapat!"Mahendra Soca tertawa sebentar, lalu berkata, "Temuilah dia di sana! Katakan kau kenal dia dari Mahendra Soca. Lalu, ajaklah bicara tentang pertarungan ini gagalkan niatnya jika ingin bertarung melawan si Wajah Hitam. Karena....""Iya, iya.! Aku mengerti maksudmu!" potong Baraka"Cuma aku merasa agak heran, mengapa kamu menyuruhku? Mengapa kita tidak pergi temui dia bersama!"Kalau dia melihat aku bersamamu, dia akan sangka aku yang mendesakmu untuk pengaruhi pikirannya. Jadi, supaya kelihatannya kau punya gagasan sendiri tentang dirinya yang tak baik masuk ke arena ini, aku harus tidak boleh kelihatan berada bersamamu.""O, begitu! Baiklah! Akan kutemui dia dan kau tetaplah di sini. Jangan pula
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more
PREV
1
...
9192939495
...
104
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status