Share

924. Part 18

last update Last Updated: 2025-01-14 01:08:59

Si Wajah Hitam berdiri tegak dengan pedang lurus ke atas di depan wajahnya. Pedang itu mempunyai ketajaman di dua sisinya dengan bagian ujungnya runcing. Pedang itu digenggam dengan dua tangan yang berotot kekar. Di pergelangan tangan si Wajah Hitam kenakan gelang kulit berwarna hitam pula.

Tubuhnya yang kekar itu tampak berkeringat dan menjadikan tubuh itu mengkilap. Abiyasa bergerak pelan mengitari si Wajah Hitam dengan pelan-pelan. Semua penonton diam tak ada yang berkata sepatah kata pun. Napas kedua orang yang bertarung itu saja yang terdengar oleh mereka.

Abiyasa mencari kelengahan, sementara si Wajah Hitam diam mematung di tengah arena dengan pedang lurus ke atas di depan dada. Ketika Abiyasa sampai di belakang si Wajah Hitam, tiba-tiba Abiyasa menyerang dengan cepat.

Wuttt..!

Pedang ditebaskan dari atas ke bawah. Tapi si Wajah Hitam menangkis pedang Abiyasa dengan kepala melengkung sedikit ke belakang.

Trangng..!

Pedang Abiyasa terta

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   925. Part 19

    Mereka berhenti di bawah pepohonan rindang di hutan tepi sungai. Ki Argapura meminjam pedang milik Yayi, sebab ia tidak membawa apa-apa ketika berangkat menuju kadipaten. Sambil memegang pedang dengan kedua tangannya, Ki Argapura berkata, "Jadikan mata pedang adalah mata hatimu. Di mana mata pedang ini ingin bergerak, jangan kau tentang dengan mata hatimu! Karena pedang yang sudah menyatu dengan kekuatan indera keenam, dia akan bergerak dengan sendirinya mendului apa yang akan terjadi. Jika mata pedang sudah menjadi mata hatimu, dan gerakan pedang adalah gerakan nalurimu, maka kekuatan tenaga dalam yang tersalur di dalamnya tidak perlu berlebihan. Gerakannya pun tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga. Pelan, tapi cepat dan pasti!"Wuttt.. !Ki Argapura menggerakkan pedang itu ke depan, seperti orang membacokkan sesuatu dengan golok. Saat pedang bergerak menebas ke depan, kaki kirinya maju menghentak.Jlegg..!"Ini namanya jurus 'Rembulan Menebas Bintang',

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pendekar Kera Sakti   926. Part 20

    Setelah hening tercipta beberapa kejap, terdengarlah suara Yayi yang bernada penuh sesal dan duka mengenang kematian adiknya, "Maafkan aku ketika itu, Mahendra. Aku meninggalkan kamu sampai sekian lama, dan ketika aku kembali ke kudaku, kau sudah tiada!""Ya, aku memang sedikit jengkel waktu itu, Yayi. Tapi sekarang sudah kulupakan. Toh aku pun waktu itu telah pergi meninggalkan tempat itu tanpa mau mengurus kudamu lagi! Kalau kuda itu hilang dicuri orang, itu karena kesalahanmu yang tak mau menghiraukan aku lagi dan menelantarkan aku di bawah pohon sana! Tapi, sudahlah.. kuanggap hal itu tak pernah terjadi, Yayi!""Aku panik pada saat itu! Sampai akhirnya aku menyaksikan sendiri kematian Abiyasa di tengah arena!""Oh, jadi...?""Benar, Mahendra. Abiyasa mati dibabat pedang Wajah Hitam!"Mahendra Soca diam dengan wajah murung. Bahkan ia tampak gelisah dan tak berani menatap Yayi. Sikapnya yang menunduk membuat Yayi mengerti bahwa Mahendra Soca ikut

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pendekar Kera Sakti   927. SANG PEMBANTAI SI WAJAH HITAM

    PERTEMUAN itu membuat Pendekar Kera Sakti dan Mahendra Soca menjadi akrab. Mahendra Soca menceritakan tentang pertemuannya dengan Yayi. Pada waktu itu, Baraka diajak ke gubuk persinggahan Mahendra Soca. Gubuk itu penuh dengan potongan-potongan kayu. Tak ada barang lain kecuali potongan kayu ukuran sehasta untuk digunakan sebagai kayu bakar pemasak nasi. Ada sebuah balai-balai juga terbuat dari potongan-potongan dahan. Di sana mereka duduk, di sana pula biasanya Mahendra Soca tidur atau beristirahat."Sudah lama kau tinggal di tempat terpencil ini, Mahendra?""Yah, cukup lama!" jawab Mahendra Soca. "Di sini tempatnya tenang.""Memang. Tapi apakah kau tak merasa sepi dan bosan hidup dengan tumpukan kayu ini?""Aku menyukai tempat sepi," jawab Mahendra Soca sambil membenahi kayu yang tadi tersenggol tubuhnya dan jadi berantakan dari tumpukannya.Baraka hanya pandangi keadaan sekeliling. Gubuk itu ada di tengah hutan, namun bukan hutan ganas dan buas.

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pendekar Kera Sakti   928. Part 2

    Rencana itu ternyata sedikit meleset. Mahendra Soca dan Baraka datang tepat waktunya pertandingan akan dimulai. Mahendra Soca segera membawa masuk Baraka ke Rumah Busuk itu. Baraka sempat kaget, karena dia ingat tentang Rumah Busuk itu yang dulu pernah dipakainya menyembunyikan Bunga Bernyawa. Tapi hal itu tidak diceritakannya kepada Mahendra Soca.Para penonton telah bersiap di tempatnya masing-masing. Masih ada beberapa orang yang sibuk mendekati Rangkayon, bagian penerima uanguang taruhan. Luhito pun masih sibuk mondar mandir ke sana-sini untuk mengatur jadwal pertarungan.Sementara itu, Mahendra Soca sendiri sibuk membawa Baraka menerobos orang-orang itu untuk mencari tempat yang terbaik untuk mereka berdua. Dan tempat itu pun segera diperolehnya."Kau sering nonton pertarungan di sini?" tanya Pendekar Kera Sakti agak keras untuk mengimbangi suara gaduh para penonton yang agaknya sudah mulai tak sabar itu.Mahendra Soca pun menjawab, "Boleh dibilang s

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pendekar Kera Sakti   929. Part 3

    Setelah mencari sejenak, Baraka pun menjawab, "Iya! Aku melihatnya. Siapa perempuan muda itu?""Itu yang namanya Yayi!""Itu...! Wow... cantik nian dia itu, Mahendra! Rugi kalau gadis secantik dia kau tinggalkan! Kejar terus dia sampai dapat!"Mahendra Soca tertawa sebentar, lalu berkata, "Temuilah dia di sana! Katakan kau kenal dia dari Mahendra Soca. Lalu, ajaklah bicara tentang pertarungan ini gagalkan niatnya jika ingin bertarung melawan si Wajah Hitam. Karena....""Iya, iya.! Aku mengerti maksudmu!" potong Baraka"Cuma aku merasa agak heran, mengapa kamu menyuruhku? Mengapa kita tidak pergi temui dia bersama!"Kalau dia melihat aku bersamamu, dia akan sangka aku yang mendesakmu untuk pengaruhi pikirannya. Jadi, supaya kelihatannya kau punya gagasan sendiri tentang dirinya yang tak baik masuk ke arena ini, aku harus tidak boleh kelihatan berada bersamamu.""O, begitu! Baiklah! Akan kutemui dia dan kau tetaplah di sini. Jangan pula

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pendekar Kera Sakti   930. Part 4

    Sekarang Sulaya datang dengan tiga orang berkuda lainnya. Satu di antara mereka adalah Ragajampi. Sasaran mereka jelas ke arah di mana Mahendra Soca berada. Baraka jadi ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh Sulaya dan orang-orang itu terhadap Mahendra Soca. Segera Baraka melesat melompat tinggi ke dahan pohon, dan ia mengintai apa yang terjadi di sekitar tempat penebangan pohon itu.Mahendra Soca terkejut melihat Ragajampi datang dengan dua orang berwajah bengis itu, ditambah lagi dengan Sulaya yang wajahnya memuakkan Mahendra Soca itu. Kedatangan mereka sudah diawali dengan sikap bermusuhan yang dalam. Ragajampi tahu-tahu melepaskan pukulan jarak jauhnya ke dada Mahendra Soca.Beggh..!Mahendra Soca terpental mundur dan jatuh dengan wajah menyeringai."Hajar dia!" kata Ragajampi kepada dua orang bertampang keji itu. Maka keduanya segera menyeret Mahendra Soca dan mengikat pemuda yang sedang kesakitan akibat pukulan jarak jauh Ragajampi. Mahendra Soca d

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pendekar Kera Sakti   931. Part 5

    Mahendra Soca sempat berteriak keras-keras, "Beritahukan hal ini kepada Yayi, biar dia melihat siapa yang kuat di antara kita berdua, Ragajampi..! Suruh dia nonton pertarungan kita!"Setelah berseru begitu, Mahendra Soca menjatuhkan diri ke rerumputan. Ia terengah-engah sambil pandangi luka cambuk di lengannya. Ia menggerutu tak jelas, namun segera tersentak kaget setelah mendengar suara orang meluncur turun dari atas pohon dan menapak di tanah yang ada di depannya.Jlegg...!"Baraka.. !" ia sedikit terpekik. Ia pun bangkit dan menghampiri Pendekar Kera Sakti, namun Pendekar Kera Sakti sudah lebih dulu mendekat."Ragajampi yang melakukan semua ini!" ujar Mahendra Soca setelah Baraka mengobatinya."Ya, aku melihatnya sejak tadi!""Edan! Kau melihatnya sejak tadi? Mengapa kau tidak mau segera menolongku?""Karena kau selalu menolak saranku untuk belajar ilmu silat! Dengan begini kau tentunya akan sadar, bahwa kau membutuhkan ilmu silat

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pendekar Kera Sakti   932. Part 6

    Kecuali jika orang itu telah mati di tangan orang lain, maka dendam Yayi pun akan hilang dengan sendirinya. Saat itu, datang tiga ekor kuda yang berlari tak terlalu cepat ke arah tepian sungai. Mereka tak lain adalah Ragajampi, Sulaya, dan seorang berwajah bengis yang mencambuki Mahendra Soca beberapa waktu yang lalu. Melihat kehadiran mereka, Yayi mendengus kesal, wajahnya makin cemberut.Ki Argapura hanya meliriknya sekejap dan berlagak tidak tahu-menahu tentang sikap Yayi."Selamat pagi, Ki Arga," sapa Ragajampi dengan keramahan yang kaku. Senyumnya pun terlihat kurang enak dipandang mata. Namun Ki Argapura membalasnya dengan keramahan sejati."Yayi aman dalam pengawalanku, Ragajampi! Rasa-rasanya tak perlu kau mencemaskannya!" kata Ki Argapura tetap tersenyum."Aku percaya, Ki Arga. Aku hanya ingin melihat sejauh mana Yayi sudah kuasai ilmu pedangmu!""Tidak terlalu jauh. Masih pelajaran dasar saja," sahut Ki Argapura.Tapi Yayi segera m

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1257. Part 24

    Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p

  • Pendekar Kera Sakti   1256. Part 23

    Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h

  • Pendekar Kera Sakti   1255. Part 22

    JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak

  • Pendekar Kera Sakti   1254. Part 21

    Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.

  • Pendekar Kera Sakti   1253. Part 20

    Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj

  • Pendekar Kera Sakti   1252. Part 19

    "Apa maksudmu bertepuk tangan, Bwana Sekarat?" tegur Pendeta Mata Lima.Dengan suara parau karena dalam keadaan tidur, KI Bwana Sekarat menjawab, "Aku memuji kehebatan Gusti Manggala-ku ini!" seraya tangannya menuding Baraka dengan lemas. "Masih muda, tapi justru akan menjadi pelindung kalian yang sudah tua dan berilmu tinggi!""Jaga bicaramu agar jangan menyinggung perasaanku, Bwana Sekarat!" hardik Pendeta Mata Lima.Ki Bwana Sekarat tertawa pendek, seperti orang mengigau, ia menepuk pundak Baraka dan berkata, "Pendeta yang satu ini memang cepat panas hati dan mudah tersinggung!""Ki Bwana Sekarat, apa maksud Ki Bwana Sekarat datang menemuiku di sini? Apakah ada utusan dari Puri Gerbang Kayangan?"Mendengar nama Puri Gerbang Kayangan disebutkan, kedua pendeta itu tetap tenang. Sebab mereka tahu, bahwa Baraka adalah orang Puri Gerbang Kayangan. Noda merah di kening Baraka sudah dilihat sejak awal jumpa. Semestinya mereka merasa sungkan, karena mer

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status