Share

901. Part 14

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 01:04:13

Blarrr...!

Bruss...! Buaya Gunung terlempar. Tanah di tempatnya berpijak ikut terbawa beberapa bongkah, bagaikan pohon singkong dijebol batangnya. Tubuh itu melayang jauh, lebih dari sepuluh tombak, dan jatuh terhempas setelah membentur sebuah pohon tinggi.

Krakkk...! Brukkk...!

Pohon itu roboh ke arah belakang Buaya Gunung. Benturan tubuh Buaya Gunung jelas sangat keras, sampai bisa menumbangkan pohon besar bercabang tinggi. Di sana Buaya Gunung terkulai dengan kepala masih bersandar pada sisa batang pohon yang rubuh. Mulutnya berdarah, telinga dan hidungnya juga mengeluarkan darah. Wajah tua Buaya Gunung menjadi pucat pasi. Tampaknya ia dalam keadaan setengah mati mendapat pukulan sinar biru bagaikan bola itu.

Ratna Pamegat masih terpaku bengong memandangi keadaan Buaya Gunung yang tak disangka-sangka sangat cepat dibuat tak berdaya oleh Ki Bwana Sekarat. Padahal, ketika Ratna Pamegat mengalahkan Buaya Gunung, ia membutuhkan waktu hampir setengah hari.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   902. Part 15

    "Ada apa ini? Kok ramai sekali dan banyak orang?"Orang itu tidak menjawab karena merasa jengkel dengan pertanyaan seperti itu. Sudah jelas ada pertarungan, masih ditanya 'ada apa' segala? Jelas ini merupakan pertanyaan bodoh yang tidak perlu dijawab, menurut orang usia tanggung itu. Nenek aneh menjadi jengkel juga dan berkata, "Dasar orang bisu, ditanya diam saja!"Blarrr...!Petir menggelegar di angkasa. Orang-orang sempat cemas memandang langit, takut hujan turun acara seru jadi bubar. Sedangkan orang usia tanggung itu tetap diam saja. Ia tidak sadar dan tidak pernah menyangka bahwa sejak saat itu ia tak akan bisa bicara lagi karena terkena kutukan nenek aneh itu.Sang nenek segera bertanya kepada orang di sebelah kanannya, seorang lelaki muda berusia sekitar dua puluh lima tahun."Ada apa ini, Nak?"Anak muda itu menjawab, "Ada panggung, Nek.""Ya, sudah tahu kalau ada panggung," gerutu nenek bersungut-sungut. "Tapi ada apa di ata

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Pendekar Kera Sakti   903. Part 16

    Crasss...!Sekali lagi pedang itu berkelebat. Dan menggelindinglah kepala orang itu dalam keadaan terpotong lepas dari lehernya.Penonton menjerit keras-keras. Mereka merasa ngeri. Ada yang cepat buang muka, dan karena terburunya buang muka sampai berbenturan dengan orang yang lain yang melakukan hal yang sama. Ada yang hanya memandang dengan mulut melongo bengong dan mata mendelik. Ada yang tidak buang muka tapi memejamkan mata kuat-kuat dan menjerit panjang.Seorang petugas berkumis yang tadi ditanyai oleh sang nenek segera naik ke panggung dan berseru, "Pertarungan ini bukan tempat jagal, Nek!" ia bergegas mendekati nenek itu ingin membawanya turun.Tapi begitu mendekat, pedang sang nenek berkelebat dari bawah ke atas.Crasss...!"Aahg...!" Orang itu mendelik dalam keadaan masih berdiri, tapi bagian bawahnya segera meneteskan darah, lalu ia pun rubuh. Tubuhnya terbabat pedang berkarat dari bawah sampai ke pertengahan dada. Penonton makin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Pendekar Kera Sakti   904. Part 17

    Zrangng...!Tombak itu tersentak oleh kibasan pedang, berubah arah dan menancap di dada prajurit lain yang sedang mengepungnya itu.Jrubb...! Matilah prajurit itu.Wajah sang Ratu semakin geram. Murkanya kian bertambah melihat prajuritnya mati begitu saja. Maka ia pun segera mengirimkan jurus mautnya melalui pedang itu. Pedang ditusukkan ke depan dan mengeluarkan selarik sinar tanpa putus berwarna hijau bening. Sinar itu seperti lidi panjang yang menembus ke tubuh sang nenek. Tapi sebelum sinar itu sampai pada sasarannya, sang nenek cepat membuka tangan kirinya, dan sinar itu ditahan dengan telapak tangan kirinya.Tubb...! Zrrruppp...!Sinar itu bagaikan masuk ke dalam telapak tangan kiri dan tubuh sang nenek makin lama makin berubah menjadi menyala hijau, ia masih terkekeh-kekeh melihat tubuhnya menjadi menyala hijau pada bagian tepiannya. Bahkan semakin lama semakin menyeluruh, sampai ke bagian perutnya pun memancarkan warna hijau."Hik hi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Pendekar Kera Sakti   905. Part 18

    "Uuh uuh uuh...!" serigala itu pun berjalan pelan di depan Baraka. Seakan ia mengerti apa yang dimaksud kata-kata Pendekar Kera Sakti. Sambil melangkah, Pendekar Kera Sakti itu garuk-garuk pantatnya beberapa kali. Jalan Baraka terasa lambat. Serigala itu rupanya tak sabar, ia menggeram dengan mulut menyeringai, seperti orang sedang menggerutu dan marah. Lalu ia melolong keras-keras dan terpatah-patah."Kenapa harus cepat-cepat? Sabar sajalah!" kata Baraka.Serigala makin menyeringai sambil mengerang menakutkan. Baraka mulai paham dengan bahasa isyarat binatang itu. Maka Pendekar Kera Sakti pun berkata, "Baik, baik! Kita pergi secepatnya!"Serigala berlari lebih dulu. Baraka mengejarnya dengan gerakan cepatnya. Bahkan Baraka menggunakan ‘Gerak Kilat Dewa Kayangan’-nya, yang bisa melesat cepat melebihi angin badai. Tahu-tahu ia sudah berada di depan serigala, dan sang serigala melolong panjang, seakan menyuruh Baraka menunggunya.Baraka berhenti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Pendekar Kera Sakti   906. Part 19

    "Terlalu memukul jiwa pembantaian yang terjadi di sini! Pantaslah kalau mereka tak mau menyambut kedatanganku!" kata Pendekar Kera Sakti dalam hatinya.Kemudian ia melangkah masuk ke sebuah rumah yang sepertinya ditinggalkan oleh penghuninya dalam keadaan panik. Bocah kecil itu diturunkan dari gendongan Baraka. Matanya memandangi Baraka terus. Baraka tersenyum sambil mengusap air mata gadis kecil itu dan berkata, "Lupakan pemandangan itu! Jangan ingat-ingat lagi apa yang pernah kau lihat! Tenanglah di sinil Tak akan ada yang mengganggumu!"Gadis kecil itu menatap ke kanan-kiri, melongok ke bagian dalam rumah, bahkan menatap ke arah dapur dengan cemas. Baraka yang belum tahu apa dan bagaimana dengan gadis kecil itu segera bertanya dengan lugu, "Ada apa? Kau mau pipis, ya?"Gadis itu menggeleng."Kalau mau pipis, mari kakak antarkan kamu ke belakang. Atau... jangan-jangan kau sudah ngompol...!"Baraka bermaksud memeriksa apakah bocah itu ngompol atau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Pendekar Kera Sakti   907. ARENA PERTARUNGAN

    MEREKA bertiga tidak tahu, bahwa setelah nenek aneh itu mengubah Ratu Kemukus menjadi kecil dan para pengapung menjadi patung batu, ia segera meninggalkan tempat itu. Tetapi, pasukan pemanah istana segera menghujani panah ke arah tubuh nenek aneh itu. Dan ternyata tindakan tersebut membuat nenek aneh menjadi semakin murka. Ia melepaskan pukulan jarak jauhnya yang diperoleh dari hasil serapan para musuh yang melepaskan tenaga dalam kepadanya. Pukulan jarak jauhnya itu menghantam pasukan pemanah yang muncul dari tembok istana. Maka, hancurlah kepala mereka yang terkena pukulan dahsyat itu.Nenek aneh bergegas memasuki istana. Mengamuk di sana dengan pedang berkaratnya. Tak satu pun disisakan hidup. Dan ia mengejar tiga orang istana yang melarikan diri lewat pintu belakang, lalu melepaskan kutukannya sehingga ketiga orang itu menjadi tiga ekor musang. Hanya saja, setelah itu si nenek aneh pergi ke mana?Tak ada yang tahu. Tapi menurut dugaan para penghuni rumah yang ada t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Pendekar Kera Sakti   908. Part 2

    "Tenang, tenang, Sayang...! Cup cup cup...! Kakak sudah kembali dengan selamat. Jangan menangis...!""Ak... aku... aku takut...!""Takut kepada siapa? Serigala ini tidak menganggumu, bukan! Jangan takut!"Baraka bertanya kepada serigala, "Apa kamu tadi mengganggunya, Sri?"Anjing hutan itu menggelengkan kepala sambil menggeram-geram kecil, seakan sangat paham dengan bahasa manusia."Lihatlah, Sayang... serigala tidak nakal kok. Jangan takut!""Aku bukan takut kepada anjing itu!""Lalu kepada siapa dan kepada apa?""Aku... aku tadi mengintip dari celah papan itu, aku melihat nenek aneh itu berjalan melewati jalanan di depan rumah ini! Aku takut sekali!""Nenek...! Maksudmu, nenek bungkuk yang jalannya sudah tertatih-tatih itu?" Pendekar Kera Sakti sedikit tegang."Iya. Nenek itulah yang membantai seenaknya semua prajuritku, orang-orangku dan beberapa penduduk di sini!""Jadi kau melihat semua pembantaian itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Pendekar Kera Sakti   909. Part 3

    "Mau menuntut balas? O, boleh, boleh...! Kita tarung pakai pedang ya, Nak! Sebentar...!"Nenek itu sulit mencabut pedangnya. Kesempatan itu digunakan oleh Ratna Pamegat untuk menyerang dengan satu lompatan dan tebasan pedang.Wuttt...!Zlapp...! Nenek itu bagai menghilang. Tahu-tahu ada di belakang Ratna Pamegat yang sudah telanjur menebaskan pedang dan menemui tempat yang kosong. Nenek itu masih bingung mencabut pedang berkaratnya dengan susah payah. Ratna Pamegat membalikkan badan dengan satu tendangan putar yang amat kuat dan cepat."Hiaaat....!"Plokk...! Wajah tua itu terkena tendangan bertenaga dalam, tapi tak mengalami guncangan sedikit pun. Ratna Pamegat bagaikan menendang pilar beton. Kakinya sendiri yang menjadi ngilu."Jahanam kau, Gadis Tolol! Bersabarlah sebentar, aku sedang kesulitan mencabut pedangku ini! Uh uh uhh...!"Ratna Pamegat tak mau memberi kesempatan sang nenek berhasil mencabut pedang, ia segera menikamkan pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1167. Part 2

    Jleeg...!"Untung aku cepat pejamkan mata," katanya dalam hati. "Kalau tidak segera pejamkan mata, bisa buta mataku terkena sinar merah itu. Aku tahu letak kekuatan kipasnya itu. Aku tahu bagaimana cara mengatasinya. Kalau saja saat ini Cambuk Getar Bumi ada di tanganku, pasti tubuh si Muka Besi akan terbelah menjadi beberapa potong."Kipas Racun Peri gagal kenai lawan. Si Muka Besi kian penasaran, menggeram penuh kejengkelan. Kipasnya kini dalam keadaan terkatup, menjadi benda mirip tongkat yang panjangnya dua jengkel. Mata si Muka Besi menatap tajam pada lawannya. Suaranya pun terdengar penuh kejengkelan."Mengapa kau menghindari kalau kau anggap Kipas Racun Peri ini hanya kipas biasa, Setan Samudera! Kalau kau memang punya ilmu lebih tinggi dariku dan mampu menumbangkan aku, hadapilah kipas mautku ini!"Wuuutt...!Tiba-tiba kipas itu disentakkan ke depan, lurus dan kuat. Dari ujung kipas keluar selarik sinar sejengkal panjangnya. Sinar itu meles

  • Pendekar Kera Sakti   1166. BENCANA SANG PENDEKAR

    LERENG perbukitan yang terjal menjadi ajang pertarungan. Dua tokoh sakti berusia enam puluh ke atas saling beradu kekuatan ilmu mereka. Entah sudah berapa lama pertarungan itu berlangsung, yang jelas sudah banyak pohon yang tumbang dan bongkahan batu pun berhamburan karena menjadi korban salah sasaran jurus-jurus mereka. Dua tokoh sakti itu sama-sama kenakan jubah berlengan panjang, yang satu berwarna merah, yang satu berwarna abu-abu. Tokoh tua yang mengenakan jubah abu-abu dalam keadaan menderita luka dalam. Sebuah pukulan telapak tangan telah menghantam dadanya dan tokoh berjubah abu-abu itu memuntahkan darah dari mulutnya. Tapi ia masih sanggup bertahan, terbukti ia masih lakukan serangan yang tak kalah hebat dari serangan lawannya.Si jubah merah dibuat terdesak ketika si jubah abuabu lepaskan pukulan bersinar ke arah pohon. Sinar kuning itu melesat menghantam pohon sampingnya. Tapi gerakan sinar memantul kepohon belakang si jubah merah, dan sinar itu memantul lagi mengh

  • Pendekar Kera Sakti   1165. Part 21

    "Kuhitung sampai tiga kali kalau kau tak serahkan cambuk itu, kau akan kukirim ke neraka secepatnya!" gertak si baju hijau."Berhitunglah sampai seribu kali, aku tetap tak akan serahkan cambuk itu, karena aku memang tidak tahu menahu tentang cambuk tersebut!" kata Baraka."Bangsat! Heaah...!" si baju biru menyerang dengan jurus tangan kosong yang melepaskan selarik sinar merah lurus ke dada Baraka.Pendekar Kera Sakti tak menyangka orang itu yang akan menyerangnya, ia segera melompat ke atas, suutt...!Menghindari sinar merah itu. Tetapi ujung suling mustikanya terkena sinar merah yang segera membalik arah, membias ke samping dan sinar itu bergerak lebih cepat serta lebih besar, menghantam dada si baju hijau dengan telaknya.Blaarr...! Asap hitam mengepul tebal. Membungkus orang berkumis tebal yang tidak menduga akan terkena serangan balik dari sinar merah milik temannya. Di dalam asap tebal itu terdengar suara mirip pohon rubuh.Bruugk...!

  • Pendekar Kera Sakti   1164. Part 20

    Wuuuttt...! Seettt...! Tab!Sebuah pisau bergagang hias bulu merah ditangkap oleh gerakan cepat tangan Baraka. Pisau terbang itu terselip di sela jari Baraka dan dijepitnya kuat-kuat. Mata Pendekar Kera Sakti segera menatap semak-semak yang dicurigainya. Maka, dengan gerakan cepat Baraka melemparkan pisau itu ke arah semak-semak sambil merendahkan badan.Wuuuttt...! Zlaappp...!Gusrak...!"Aauh...!" suara orang terpekik terdengar jelas dari semak-semak itu. Kejap berikutnya muncullah seraut wajah lelaki berusia sekitar empat puluh tahun dengan seringai kesakitan, ia melangkah dengan sempoyongan. Rupanya betis orang itu terkena lemparan pisau dari Pendekar Kera Sakti tadi. Orang berpakaian biru tua itu memaki dalam gerutuan. Matanya memandang tajam penuh kemarahan, ia berusaha mencabut pisau terbang yang dikembalikan Baraka dengan seringai sakit yang membuat wajahnya bagaikan terkumpul di tengah hidung.Sleeb...! Pisau berhasil dicabut. Ketika ingin

  • Pendekar Kera Sakti   1163. Part 19

    Sedangkan lelaki yang jatuh dari atas pohon itu berkata dalam hati, "Berapa ketinggian tempatku jatuh ini? Mengapa tulang punggungku jadi seperti patah begini? Ternyata sangat tak enak jatuh dalam keadaan telentang. Lain kali aku harus punya cara jatuh yang nyaman!"Baraka menghampiri lelaki berusia sekitar tiga puluh lima tahun yang berpakaian serba hitam tapi mengenakan ikat kepala merah itu. Busur panahnya patah karena tertindih badannya. Sisa anak panah di punggung menjadi berantakan, dua batang anak panah ada yang patah juga. Pendekar Kera Sakti segera mencengkeram baju orang itu dan menariknya ke atas, sehingga orang itu menjadi berdiri dengan sangat terpaksa."Kembalikan pakaian gadis itu, atau kutenggelamkan kau ke dasar telaga!" ancam Baraka dengan tegas."Ak... aku... aku tidak mencuri pakaiannya!" kata orang tersebut. "Lalu mengapa kau mau membunuh gadis itu dengan panahmu?""Ak... aku... aku hanya disuruh!""Siapa yang menyuruhmu!"

  • Pendekar Kera Sakti   1162. Part 18

    "Kalau kau membentak-bentakku, sebaiknya aku pergi saja dan silakan cari pakaianmu sendiri!" Baraka berpura-pura ingin pergi."Tunggu!" teriak gadis itu. "Baiklah, aku tidak membentakmu lagi," suaranya mereda. "Tolonglah, carikan pakaianku, nanti kuberi upah.""Apa upahnya?""Akan kuajarkan padamu sebuah jurus yang jarang dimiliki orang."Senyum Pendekar Kera Sakti melebar. "Jurus apa itu?""Jurus pukulan 'Malaikat Rela'," jawab gadis itu dengan suaranya yang selalu keras dan bening.Baraka sempat tertawa dalam gumam. "Lucu sekali nama jurus itu.""Jangan menertawakan. Kalau kau tahu kehebatan jurus itu kau akan terbengong-bengong!""Apa kehebatannya?""Pukulan 'Malaikat Rela' dapat merobohkan delapan pohon dalam satu kali hentakan. Jika dilepaskan kepada lawanmu, dia akan tumbang setelah bernapas tiga kali. Percayalah, jurus itu tak ada yang memiliki kecuali diriku. Maka carilah pakaianku dan kau akan kuajarkan jurus te

  • Pendekar Kera Sakti   1161. Part 17

    "Ahg...!" Dampu Sabang tersentak dan diam seketika dengan tangan masih mau disentakkan. Lama sekali dia tak bergerak. Kelana Cinta dan Raja Hantu Malam sempat merasa heran melihat Dampu Sabang bagaikan menjadi patung. Tetapi ketika angin berhembus kencang, mereka terkejut melihat tubuh Dampu Sabang berhamburan ke mana-mana. Rupanya pada saat itu Dampu Sabang sudah tak bernyawa lagi. Pisau-pisau kecil itu telah membuat Dampu Sabang berubah menjadi debu yang masih saling bergumpalan. Itulah kehebatan dan kedahsyatan jurus 'Manggala' milik Pendekar Kera Sakti, pemberian dari Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi, calon mertuanya itu.Dengan terbunuhnya tubuh Dampu Sabang, maka persoalan Raja Hantu Malam palsu pun terselesaikan. Ki Randu Papak segera ditolong olah Baraka menggunakan hawa ‘Kristal Bening’-nya, dan Baraka meminta maaf kepada tokoh tua yang bijak itu. Sedangkan Ratu Asmaradani tubuhnya menjadi pulih seperti sediakala, terbebas dari pengaruh 'Racun Siluman' yang ju

  • Pendekar Kera Sakti   1160. Part 16

    Praaak...! Terdengar seperti suara cermin pecah. Lalu sinar biru itu menghantam tubuh Raja Hantu Malam.Zruub! Tepat mengenai iga kanan Raja Hantu Malam."Aaahhhg...!" Raja Hantu Malam mengejang dengan kepala terdongak dan kedua kakinya menekuk ke depan. Sekujur tubuhnya berasap, warna kulitnya menjadi merah retak-retak.Baraka terbelalak melihat keadaan Raja Hantu Malam. Lukanya sangat parah, tapi agaknya ia bertahan untuk tetap lakukan serangan ke arah Dampu Sabang. Tapi serangannya sangat lunak dan mudah dihindari Dampu Sabang yang tertawa terbahak-bahak kegirangan. Baraka dalam kebimbangan. Mau menolong, tapi yang ditolong adalah yang menjadi musuhnya dan ingin dibinasakan jika tak mau tawarkan racun yang mengenal Ratu Asmaradani. Jika ia tidak menolong, ia tak tega melihat orang yang pernah dikagumi itu menderita siksaan begitu keji.Dalam keadaan bimbang itu, tiba-tiba Baraka dikejutkan oleh gerakan halus yang datang dari arah belakangnya. Baraka ce

  • Pendekar Kera Sakti   1159. Part 15

    Rupanya Ki Randu Papak berlari menuju arah datangnya sinar merah yang meletup di angkasa tadi. Tetapi gerakannya mampu dipatahkan oleh Baraka yang tahu-tahu menghadang langkahnya.Jleeg...!"Mau lari ke mana kau, Raja Hantu Malam!" tegur Baraka tak ramah lagi."Baraka, minggirlah dulu. Aku punya urusan dengan seseorang! Setelah kuselesaikan urusanku ini, kita bicara lagi mencari kebenaran fitnah itu!""Tak kubiarkan kau lari tinggalkan tanggung jawabmu. Raja Hantu Malam!""Jangan paksa aku melukaimu, Baraka!""Tidak. Aku hanya ingin paksa dirimu mengobati Ratu Asmaradani yang terkena 'Racun Siluman' itu!""Itu bukan tanggung jawabku, Baraka! Aku tidak melakukannya!" sentak Ki Randu Papak. "Tapi kalau kau ingin aku membantumu, aku sanggup membantumu. Tapi nanti, setelah kuselesaikan urusanku dengan Dampu Sabang!""Sekarang juga kau harus lakukan penyembuhan terhadap Ratu Asmaradani!""Tidak bisa! Aku sudah punya janji unt

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status