Beranda / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / Bab 721 - Bab 730

Semua Bab Pendekar Kera Sakti: Bab 721 - Bab 730

1041 Bab

720. Part 9

Baraka ucapkan kata lagi kepada Hantu Laut, "Seharusnya kau memang menjalani hukuman mati karena dosamu terlalu banyak. Tapi menurutku, lebih baik mati kejahatanmu daripada mati jiwamu. Karena mati jiwa tidak bisa menebus dosa, tapi mati kejahatanmu bisa membuatmu punya kesempatan menebus dosa! Dan sekarang ini kau sebenarnya sedang menjalani hukuman dari dosamu, yaitu menjadi pembela kebenaran dan pelindung kebaikan, itulah hukuman yang harus kau jalani seumur hidupmu, Hantu Laut!"Belum selesai Pendekar Kera Sakti bicara, perahunya kembali terasa diguncangkan oleh suatu kekuatan tenaga dalam yang membuat ketiga orang itu hampir terlempar ke laut. Baraka cepat perintahkan kepada Dewa Racun."Lacak suara yang ada di sekitar sini, Dewa Racun!"Maka, Dewa Racun yang punya keahlian menyadap pembicaraan dari jarak jauh itu segera pejamkan mata dan kedua telunjuknya menekan pelipis kanan kiri. Si kerdil berpakaian putih bulu itu berdiam diri beberapa saat. Kejap beri
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

721. Part 10

"Pulau apa ini namanya, Dewa Racun?"Hantu Laut yang ada di belakang Baraka menyahut, "Namanya Pulau Padang Peluh!"Pendekar Kera Sakti palingkan wajah kepada Hantu Laut, "Kau pernah datang ke pulau ini?""Ya. Sewaktu mengantar pertarungan Tapak Baja dengan Nagadipa, murid Iblis Pulau Bangkai. Tapak Baja berhasil hancurkan Nagadipa hanya dengan tiga jurus.""O, jadi Nagadipa telah mati?""Mungkin saja mati," jawab Hantu Laut. "Sebab, sebelum jelas kematiannya, Nagadipa telah diserobot oleh tokoh tua yang punya ilmu lebih tinggi dari Tapak Baja, lalu Nagadipa dibawanya lari. Tapi menurut Tapak Baja, lawannya itu pasti mati karena ia menyebarkan racun ganas di dalam tubuh Nagadipa!"Tertegun Baraka mendengar kabar itu. Ia sangat kenal dengan Nagadipa, karena orang itu memang musuhnya. Nagadipa sebenarnya musuh bebuyutan Setan Bodong, Guru-nya Pendekar Kera Sakti. Nagadipa selalu berusaha membalas kematian gurunya Iblis Pulau Bangkai, yang dika
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

722. Part 11

"Ya, aku tahu. Tapi mengapa dia bilang bicala dua kali!"Dayang Selatan cepat serukan kata, "Hantu Laut, katakan di mana Dadung Amuk belada!""Aku sudah katakan tadi, Dayang Selatan!""Katakan yang sebenalnya!" bentak Dayang Selatan. Hantu Laut kebingungan, ia memandang ke arah Pendekar Kera Sakti, tapi waktu itu Pendekar Kera Sakti dan Dewa Racun sedang kasak-kusuk."Sebenalnya! Maksudnya, sebenalnya!""Diii... dia... dia ternyata cadel! Tak bisa sebutkan huruf 'R'.""Tapi mengapa baru sekarang dia cadel? Sejak tadi bicaranya lancar-lancar saja. Namaku saja disebutnya dengan lancar""Kar... kar... karena omongannya sejak tadi tidak memakai huruf 'R'. Dia bisa hindari huruf 'R', sehingga tak kelihatan cadelnya! Tapi aku bingung juga, kenapa menyebut namamu dia tidak cadel""Tunggu, aku sepertinya pernah bertemu dengan tokoh cadel. Hmmm... kalau tak salah ingatanku, Peri Malam pernah punya guru yang cadel bicaranya, yaitu Mawar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

723. Part 12

Anak buah Tua Rakus bermaksud menghancurkan perahu layar hijau, tetapi usaha mereka selalu dapat digagalkan. Dan satu hal yang membuat Dewa Racun, Hantu Laut, serta Baraka terheran-heran adalah kemunculan lawan Tua Rakus dari perahu layar hijau.Ternyata bukan sosok Dadung Amuk seperti dugaan Hantu Laut, melainkan dua anak muda kembar rupa, yaitu Doma Damu. Mereka menggunakan perahu milik Dadung Amuk dalam perjalanan menuju Pulau Beliung. Tetapi bertemu dengan kapal Bajak Naga di perjalanan dan terjadilah pertempuran itu, sebab kapal Bajak Naga memang bermusuhan dengan kapal Siluman Selaksa Nyawa. Entah apa yang menyulut api pertarungan lebih dulu, yang jelas mereka bertarung dengan sengit, walau dengan jumlah tak seimbang, dua melawan lebih dari sepuluh."Siapa dua anak kembar itu?" tanya Pendekar Kera Sakti kepada Dewa Racun. Tetapi, Hantu Laut yang segera beri jawaban, "Mereka Doma dan Damu, pengawal pribadi sang ketua yang ilmunya paling tinggi dari sekian banyak a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

724. Part 13

“Dengan dibekali pusaka saja, sudah menandakan ciri yang amat penting dari tugas yang diembannya, apalagi sekarang yang turun tangan adalah Doma Damu sendiri, itu berarti ada tugas yang maha penting dari seluruh tugas lainnya!"Percakapan mereka terhenti karena melihat Doma semburkan api panas membara kepada salah seorang anak buah Tua Rakus. Orang tersebut menjadi terbakar sekujur tubuhnya dan berteriak-teriak kelimpungan.Walau sudah merendam dalam air laut, tapi nyala api masih berkobar, ia akhirnya mati hangus seperti empat orang lainnya."Bah... bah... bahhh... bahaya sekali! Bahaya sekali mulut kedua anak kembar itu!" kata Dewa Racun entah kepada siapa.Kini tinggal empat orang berdiri menghadapi Doma dan Damu. Mereka adalah Raja Tebas, Wisoguno, Dampu Samak, dan Tua Rakus sendiri. Mereka menghentikan pertarungan sejenak, karena Tua Rakus serukan kata kepada ketiga orangnya yang tersisa,"Mundur kalian! Munduuur...!"Tua Rakus be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

725. Part 14

"Heaaat...!" Wisoguno bersalto di udara sambil kibaskan senjata goloknya yang lebar itu. Tapi Damu yang diserangnya bersalto mundur dua kali, kemudian dengan lutut merendah satu ke tanah Damu sentakkan cerminnya dan dari cermin itu keluar sinar hijau bertubi-tubi. Hantaman terlihat jelas ke tubuh Wisoguno. Sinar hijau itu membungkus Wisoguno yang telah mendaratkan kakinya di atas sebuah batu. Sinar hijau itu membuat si Wisoguno tidak bisa bergerak maupun berteriak.Kejap berikut, sinar hijau itu lenyap. Tapi Wisoguno telah menjadi putih bagai diliputi salju. Salju itu makin lama makin mencair bersama hilangnya bentuk wujud Wisoguno. Di sisi lain, Tua Rakus berhasil menghantamkan pukulannya ke arah dada Doma. Dada itu menjadi berasap dan Doma jatuh dengan tubuh kejang-kejang.Sebelum menghembuskan napas terakhir, saudara kembarnya segera melompati tubuh Doma. Kejap lainnya, Doma kembali bangkit berdiri dalam keadaan segar seperti semula, ia berdiri berdampingan dengan D
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

726. Part 15

"O, benar! Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tak perlu jauh-jauh memburunya, ternyata dia ada di sini!""Mungkin sedang mencari tempat untuk perlindungan diri sewaktu-waktu ia terdesak oleh kita!""Cepat, kejar dia sebelum mencapai perahunya!"Hantu Laut semakin ketakutan melihat Doma Damu mengejarnya. Dewa Racun menggeram gemas sambil pukulkan tangannya ke paha."Bod...! Boood...! Bodoh! Bodoh amat anak itu!""Cepat kita bertindak, dia dalam bahaya!" kata Pendekar Kera Sakti sambil lebih dulu melesat, lalu Dewa Racun menyusulnya.Gerakan lari Doma Damu pun cukup cepat. Dalam waktu singkat keduanya sudah sampai di belakang Hantu Laut. Damu berseru, "Berhenti! Atau kusembur kau dengan 'Bromo Seribu Api'!"Mendengar jurus 'Bromo Seribu Api' yang amat ganas itu disebutkan, Hantu Laut pun cepat hentikan langkahnya, ia merasa tak akan mungkin bisa berlari jauh jika 'Bromo Seribu Api' itu telah disemburkan. Karena sifat jurus 'Bromo Seribu Api'
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

727. Part 16

"Tahan semua serangan!" seru Baraka, baik ditujukan kepada kedua temannya maupun kepada kedua lawannya. Ia bermaksud membicarakan masalah itu secara baik-baik, tanpa melalui pertarungan.Buat kedua teman Pendekar Kera Sakti hal itu bisa diterima, tapi bagi kedua musuh kembarnya, hal itu tak bisa diterima. Damu segera sentakkan cermin ke atas dan keluarkan sinar hijau ke arah Baraka, sedangkan Doma juga sentakkan cerminnya ke atas dan memantulkan sinar merah menyerang Pendekar Kera Sakti. Pendekar Kera Sakti agak kebingungan menghindarinya. Tubuhnya limbung ke kanan dan ke kiri seperti kera yang sedang menari. Tapi dalam kejap berikutnya ia sudah terpental terbang ke atas dan bersalto dua kali ke arah depan hingga melintasi kepala Hantu Laut. Dua sinar itu menghantam batu, dan batu setinggi dua tombak itu hancur menjadi kepingan-kepingan salju."Cepat sembunyi!" sentak Baraka kepada Hantu Laut. Maka dengan lompatan kuatnya, Hantu Laut mencapai celah dua batu besar. Pend
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

728. Part 17

"Kita mendarat!" seru Pendekar Kera Sakti kepada Hantu Laut yang pegang kemudi di haluan. Tapi karena Hantu Laut yang berkepala gundul dan bertubuh besar tanpa mau memakai baju itu telinganya rada tuli, maka ia pun segera menyahut, "Siapa yang mau kirim surat!""Kita mendaraaat....!" teriak Pendekar Kera Sakti dari bawah tiang layar."O, mendarat! Baik!"Baraka segera turunkan layar perahu, ia berseru lagi kepada Hantu Laut, "Hati-hati, ada karang di depan!""Apa? Ada kerang delapan!""Ada karang di depaaaan...!""O, ada karang. Iya! Aku belum buta! Menurutmu di mana letak karang itu? Di depan atau di belakang kita?" seru Hantu Laut.Pendekar Kera Sakti kesal hati dan tidak menyahut lagi. Langit gelap karena mendung. Kilat menembus gumpalan hitam itu lalu menggelegar di langit bagai ingin turunkan hujan badai. Melihat cuaca murka begitu, Dewa Racun cepat berseru kepada Pendekar Kera Sakti dan Hantu Laut yang habis menambatkan perahuny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

729. Part 18

"Tinggi juga ilmu orang ini?" pikir Dewa Racun, ia masih siap menghadapi serangan lawannya dengan tetap berdiri pasang kuda-kuda. Namun Baraka berseru, "Cepat mundur, tinggalkan dia!"Tapi Dewa Racun menjawab, "Bbbi... biar kuhadapi dulu dia! Aku ingin tahu seberapa kekuatannya, sehingga ia tidak memuntahkan darah walau telah terkena ssse... see... seee....""Sesuap nasi?""Seranganku!" sentak Dewa Racun.Pendekar Kera Sakti tak mau kecewakan Dewa Racun penjemputnya itu. Ia pun segera mengundurkan diri, dan memberi kesempatan kepada si kerdil yang kepalanya botak bagian tengah, hanya bagian tepian kepala saja yang ditumbuhi rambut itu.Orang bermata putih itu mengerang dengan suara serak, mulutnya menyeringai. Menyeramkan dilihat mata orang sehat. Dan tiba-tiba tangannya berkelebat mencakar-cakar di udara.Wukkk... wukkk!Dewa Racun merasakan ada angin hendak menampar wajahnya. Karena itu, cepat-cepat ia sentakkan kaki dan melompat mu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7172737475
...
105
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status