All Chapters of Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan : Chapter 31 - Chapter 40

80 Chapters

Bab 31. Berkelana Memikirkannya

Pasangan itu sudah sampai di kediaman. Rumah besar dan luas ini tidak berubah, masih indah dan juga enak dipandang tentunya."Wah, Non Livya dan Den Arnesh berkunjung. Selamat datang, silahkan masuk.""Mbok, tolong bawakan barang di bagasi, ya," ucap Livya pada asisten rumah tangga kediaman ini."Baik, Non."Wanita itu tampak ceria, dengan segurat senyum di wajahnya. Dan juga, tangannya masih setia melingkar di lengan kekar suaminya.Arnesh ingin menyingkirkan, tapi tak enak hati karena sedang ada di rumah mertuanya."Akhirnya setelah sekian lama, aku ke sini juga, makasih banyak, Mas," Livya berkata, memecah keheningan karena Arnesh tak kunjung membuka suara. "Ah, kamu malah diem terus. Nggak asik.""Kamu yang terlalu berisik, Liv. Pengang dengar kamu ngomong terus."Livya dan Arnesh naik ke lantai atas, letak kamar Mama Venny. Berhubung beliau sedang tidak sehat hari ini, jadi tak nampak sedari tadi.Sebelum masuk, mengetuk terlebih dahulu. Di ranjang miliknya, Mama Venny tersenyum
Read more

Bab 32. Dijodohkan

Kala lembayung senja mulai memancarkan keindahannya di langit sore, Gladys menenteng keranjang dagangannya yang habis, tinggal tersisa beberapa. Ternyata, seharian berjualan, membuat Gladys dibanjiri peluh keringat."Syukurlah, jualan hari ini laris. Semoga saja selalu seperti ini, agar aku bisa menabung."Tapi ia berkali-kali menguatkan diri. Apapun yang terjadi, dia harus semangat menjalaninya, demi si buah hati. Ia ke warung Mak Yati, untuk menyetorkan dagangannya pada pemiliknya."Mak, mau setor hasil dagangan hari ini. Dagangannya laris, tinggal nyisa beberapa saja," kata Gladys.Mak Yati melihat keranjang. Benar, gorengan yang ia buat begitu banyak tinggal ada sisa 7 biji saja."Nanti aja, Neng. Neng 'kan baru aja pulang jualan. Istirahat dulu atuh. Emak bikinkan es dulu, ya," kata Mak Yati, mengusap pundak Gladys dengan lembut.Beruntung, perempuan rentan itu menawarkan bantuan. Jika tidak. Entah bagaimana nasib Gladys ke depannya jika dia tidak memiliki penghasilan, apalagi ke
Read more

Bab 33. Perasaan Ghani

Livya menggeliatkan tubuhnya, meregangkan syaraf-syarafnya yang terasa pegal. Dia menoleh ke samping, ke arah Arnesh yang masih tidur dan memunggunginya.Livya mengangkat setengah badan, diam-diam melabuhkan kecupan di pipi suaminya. "Nggak peduli secuek apa kamu kepadaku, Mas. Aku akan berusaha mendapatkan hati kamu. Apapun caranya," gumam Livya.Menurunkan kakinya ke karpet berbulu dan mencepol asak rambutnya. Suara denting notifikasi, dia menarik ponsel dan membaca pesan masuk.Daniel. Ternyata pria itu yang mengirimnya chat sampai ratusan.[Kamu di mana, Sayang? Kok nggak aktif.] tulis Daniel di aplikasi hijau itu.Tidak mau membuat Arnesh curiga, Livya menghapus obrolan chat itu dengan sang kekasih dan membacanya saja. Tanpa berniat membalas. Seharian ini dia begitu menikmati, di kota kelahirannya.Jarang-jarang dia ke sini, sekalinya berkunjung tidak akan lama. Karena hari ini mereka akan pulang.Ponsel Livya terus berdering, Livya mendengkus kesal dan menghentak-hentakkan kaki
Read more

Bab 34. berpaspasan Di Jalan

Hasil dagangan Gladys sama seperti kemarin, bahkan sekarang habis tanpa sisa. Wanita itu mengulas senyum, rasa lelahnya terbayarkan karena ia sudah bisa pulang saat sore.Berjalan kaki dari pagi sampai sore memang melelahkan, ia harus mengoleksi minyak urut guna menghilangkan pegal. Cuaca di ibu kota sedang mendung hari ini, rintikan air hujan perlahan mulai turun membasahi alam.Di halte bis, Gladys duduk. Menunggu hujan reda untuk bisa pulang.Sementara Arnesh dan Livya sedang di perjalanan pulang menuju rumahnya, di pertengahan jalan mereka terjebak hujan. Arnesh menekuk sikunya, ia jadi gelisah karena belum menemui Gladys seharian ini.'Apa dia masih berjualan? Ataukah udah pulang?' batin Arnesh, terus bertanya seputaran istri kecilnya.Di sisi kirinya, Livya sibuk memandangi rintik air yang begitu derasnya membasahi mobil mereka. "Jadi dinas malam, Mas?" tanya Livya pada suaminya.Dikarenakan Arnesh mengambil cuti, dia memutuskan untuk mengambil jam kerja malam agar tidak melalai
Read more

Bab 35. Cemburu

Karena ditinggal dinas malam oleh suaminya. Livya hanya berdiam diri di kamar, menahan hasrat terpendam yang belum dia salurkan. Arnesh tidak mendengarkan, pria itu kekeuh dengan keinginannya untuk kerja di malam hari.Livya hanya bisa pasrah, sambil tengkurap di atas ranjang.Suara denting notifikasi, membuyarkan lamunan Livya yang sedang gundah gulana. Dengan malas, ia cek siapa yang mengirim pesan.[Di mana, Sayang? Aku ke rumahmu, kangen soalnya.]Sekejap, mata yang tadinya akan terpejam langsung terbelalak ketika Daniel akan datang ke rumah. Sebelum datang, Livya akan mencegahnya, takut orang rumah curiga.[Aku ngantuk. Nanti orang-orang curiga. Please deh. Jangan mencari perkara.]Gegas ia mematikan dan menonaktifkan ponselnya agar Daniel tidak mengganggunya. Pasanya, Livya sedang ingin Arnesh didekatnya.Tok ... tok ..."Non Livya, ada Den Daniel di depan. Kata beliau ingin bertemu dengan anda," ujar ART."Ya, aku akan turun!" sahutnya kesal.Belum ada beberapa menit tenang, Li
Read more

Bab 36. Livya Hamil

Dua bulan kemudian ....Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa kehamilan Gladys kini sudah menginjak 3 bulan. Perutnya sudah sedikit menonjol, ia bahagia. Tetapi ... orang-orang pasti akan mengetahuinya.Gladys mengusap lembut perutnya, dia terduduk lemas di kasur miliknya. Berusaha memikirkan cara, agar orang tidak curiga jika dirinya sedang hamil."Semoga saja nggak ada yang tahu, Mama belum siap membeberkan kebenarannya, Nak. Tenang saja. Mama akan melindungimu," gumam Gladys.Bangkit berdiri, membuka tas besar untuk mencari pakaian yang yang tebal, agat perutnya terhalang. Gladys memakainya dan mulai bekerja.Dari sebelah rumahnya, terlihat ramai karena sebentar lagi Ghani akan menikah. Gladys tidak tahu dengan siapa, tidak mau ikut campur."Eleuh si Neng, cantik pisan euy. Kirain Emak nggak bakalan betah jualan," kekeh Mak Yati, begitu antusias kedatangan Gladys."Betah kok, Mak. Seru. Bisa keliling," balas Gladys. Makin hari, keduanya makin dekat. Baik Mak Yati maupun Gladys ha
Read more

Bab 37.

Kabar bahagia datang, setelah sekian lama menantikan. Arnesh ikut senang, bahwa dirinya akan memiliki seorang anak. Ya walaupun tidak mencintai Livya, anak itu adalah dagingnya. Sudah kewajibannya menjaga dan merawatnya.Livya bergelayut manja di lengan kekar sang suami, karena sedang dilanda perasaan senang sekarang. "Kamu mah diam aja, kamu senang nggak sih kalau aku hamil, Mas?" tanya Livya. Kesal, tentu saja.Respons Arnesh malam biasa saja, tidak sesuai yang dia harapkan. Dan juga, tidak seperti suami pada umumnya yang begitu antusias saat tahu istrinya sedang menikah.Ah, Livya lupa. Arnesh memang acuh tak acuh dari dulu. Namun sesak saja jika pria itu selalu saja begitu padanya."Memangnya rasa senang harus direalisasikan dengan cara bagaimana?" tanya Arnesh, terheran-heran.Tidak bisa dipungkiri dia memang senang, hanya saja tidak menunjukkannya pada Livya."Maunya aku, kamu tuh kelihatan gitu kayak orang yang senang. Kamu malah kayak biasa aja denger aku hamil," kesal Livya
Read more

Bab 38.

Hanggini menunggu kedatangan calon suaminya, ingin meminta penjelasan. Dia jadi tidak tenang, terlebih lagi mendengar desas-desus tidak benar yang dilontarkan oleh para warga desa.Hanggini meremas jarinya, dari kejauhan memperhatikan dua orang. Dari kontrakan sana, Ghani terlihat ceria dengan senyum yang tercetak di wajah tampannya. Sayang, senyuman indah itu tidak pernah Ghani tunjukkan kepadanya. Pria itu malah abai, apa alasannya?"Mas, aku ingin bicara," ucap Hanggini, ketika Ghani menepikan motornya di halaman rumah.Ghani membuka helm dan mengangguk. "Di dalam saja."Ghani berjalan melalui Hanggini tanpa melirik ke arahnya sama sekali. Keduanya duduk di ruangan tamu, mendaratkan bokong dikursi yang berbeda.Wajah rupawan Ghani, seolah menghipnotis Hanggini yang diam-diam mencuri pandang pada calonnya yang dang menyugar surai hitamnya."Malah memperhatikan, kamu ingin bicara apa tadi, Gin?" tanya Ghani, saat menangkap basah wanita yang memperhatikannya."Ah, iya maaf, Mas. Pere
Read more

Bab 39. Livya Rewel

Malam harinya, Arnesh hanya bisa diam dan menemani Livya yang sedang merasakan gejala kehamilan. Wajahnya sudah pucat dan badannya pun lemas, karena memuntah isi perutnya.Livya keluar dari kamar mandi dengan kedua mata yang sudah dibasahi oleh air mata. "Ternyata begini rasanya hamil! Mual mulu nggak berhenti-berhenti!" kesalnya.Arnesh menghentikan memainkan ponselnya, menghampiri Livya yang tampak tersiksa di kehamilan pertama. "Sabar, Liv. Namanya juga ibu hamil. Pasti ngerasain begini.""Sabar! Sabar! Gimana bisa aku sabar, Mas! Makan nggak nafsu, pengen muntah tapi nggak keluar apa-apa! Sebel!" Livya menutup wajahnya dan menangis terisak-isak.Dia mungkin tak terbiasa, gejala kehamilan memang kadang menyiksa. Namun, itulah risikonya orang hamil. Ia sendiri bahkan pernah mengalaminya.Tangan Arnesh terulur, mengusap perut Livya yang masih rata. "Lebih baik kamu tidur, Mama pasti curiga kalau dengar kamu nangis, Liv," kata Arnesh, merasa pengang mendengar Livya yang terus menangis
Read more

Bab 40.

Arnesh mengacak rambutnya frustasi, tidak bisa bebas karena diapit 3 wanita yang menurutnya biangnya rusuh. Alhasil, dia menjauhkan diri. Memilih untuk bergabung dengan ayahnya saja.Papa Wandi menoleh, menatap wajah putranya yang tertekan pagi ini."Kalau mau kerja, berangkat saja. Soal Livya ada kami yang urus. Sehari nggak kerja, sepertinya kamu pusing sekali," kekeh ayahnya, yang sedang membaca buku di tangannya.Meski usianya tak lagi muda, Papa Wandi memang punya kegemaran membaca. "Kenapa Livya jadi bertambah rewel seperti itu saat sedang hamil. Apakah Mama juga sama?" tanya Arnesh.Mulai membandingkan Gladys dan Livya, keduanya jauh berbeda. Livya lebih banyak keinginannya. Dari semalam saja, Arnesh ingin sekali menemui istri mudanya. Namun tidak sempat, karena Livya tidak mengizinkan dirinya pergi ke mana pun.Dia hanya ingin, melihat kondisi Gladys usai dirampok saat berdagang. Dirinya pikir, Gladys lebih membutuhkan orang di sisinya, sedangkan Livya sudah terbiasa dilimpahi
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status