Semua Bab Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan : Bab 1 - Bab 10

80 Bab

Bab 01. Positif Hamil

"Huekkk ... huekkk ..." Gadis itu bangkit tatkala merasakan mual. Ia langsung berjalan ke kamar mandi dengan sempoyongan. Tangannya menempel pada tembok sebagai pegangan.Entah kenapa, akhir-akhir ini Gladys sering merasa mual dan berakhir memuntahkan isi perutnya. Tidak mungkin ia masuk angin berkelanjutan. Apalagi baru pertama kalinya mengalami gejala aneh ini."Apakah ... ini karena—" Gladys menggelengkan kepalanya, mengusir pemikirannya tentang kejadian satu bulan lalu. "Nggak! Ini pasti nggak mungkin!" sergahnya.Wanita itu bergumam pelan, berpikir karena mulai tak karuan."Sepertinya aku harus periksa ke Dokter." Gladys memutuskan pada akhirnya.Wanita itu mencuci mulutnya, lantas keluar dari kamar mandi. Ia terkesiap, saat ada Kemala—sang Bibi yang sedang berdiri di ambang pintu sembari bersedekap dada."Ngapain kamu lama-lama di kamar mandi? Bisanya cuma borosin listrik saja!" tegur Kemala, menampilkan raut garangnya yang sudah menjadi ciri khasnya."Glad habis muntah, Bi. Ng
Baca selengkapnya

Bab 02. Diusir Dari Kediaman

Bab 2"Maaf, maaf Pak. Saya terlambat!" ucap Gladys menangkupkan tangannya di depan dada, seraya menatap atasan kerjanya.Karena Gladys melakukan pemeriksaan, ia jadi terlambat berangkat datang ke tempat kerjanya, sebuah hotel mewah. Ia sudah bekerja di sini selama satu tahun.Mengabaikan permintaan maaf Gladys, sang atasan masih saja tampak marah karena Gladys datang tak tepat waktu. "Kamu itu bagaimana sih, Gladys!? Di saat kerjaan banyak kamu malah berleha-leha. Kamu pikir ini Hotel punya nenek moyangmu, sehingga kamu datang telat gini? Kalau kamu udah enggak mau kerja di sini, saya bisa memecat kamu sekarang juga!" bentaknya.Gladys menunduk, saat dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang karena dimarahi. "Saya minta maaf, Pak. Saya agak kurang enak badan soalnya, Pak."Pria berpakaian formal itu berdecak kesal, sementara rekan kerjanya diam-diam mentertawakan. "Itu urusanmu, bukan urusan saya! Sudahlah, jangan banyak bicara, cepat kerjakan pekerjaanmu sekarang juta!" titah at
Baca selengkapnya

Bab 03. Mulai Mencari Familiar

Bab 3Sementara itu, di sebuah rumah mewah, di pusat kota."Kenapa sih, Mas selalu saja sibuk. Sekali-kali kek luangin waktu buat aku. Aku juga pengen menghabiskan waktu dengan Mas loh, aku bosan diam terus di rumah," ujar seorang wanita yang sedang bergelayut manja di lengan kekar sang suami yang tanpa sehelai benang.Pria itu adalah Arnesh Aryawardhana, seorang pria berusia 32 tahun yang juga seorang Direktur Rumah Sakit dan Dokter umum. Dia bekerja di Rumah Sakit yang menjadi warisan keluarganya, dan diberikan kepadanya.Arnesh melepaskan tubuhnya, saat Livya selalu manja padanya. Ia juga menjauhkan jari lentik si wanita yang bermain sensual di dadanya."Jangan manja, Liv. Kamu nggak lihat kalau aku selalu sibuk kerja? Kenapa pikiran kamu selalu saja kekanakan begitu!" timpal Arnesh, muak dengan tingkah laku Livya yang selalu memaksanya meluangkan waktu.Ya, Livya Audrissa yang berusia 29 tahun adalah istrinya. Dia adalah wanita yang sudah dinikahi Arnesh sejak 4 tahun lamanya, ata
Baca selengkapnya

Bab 04. Mencari Tahu

Bab 4Sore hari.Sudah waktunya bagi Arnesh untuk pulang, karena jadwalnya hanya dari siang sampai sore saja. Setelah itu, dia tidak menerima praktek lagi, terkecuali jika mendesak.Ia mengendarai mobil miliknya ke lawan arah. Tujuannya yaitu ke Hotel, tempat dimana dia sudah menodai seorang gadis. Dia lakukan untuk memastikan saja, agar rasa penasarannya terjawab.Supaya dia tahu, bagaimana kronologi kejadiannya sampai-sampai dia melakukan hal tak senonoh itu."Aku harus mencari tahu, entah kenapa aku jadi kepikiran gadis itu," monolog Arnesh.Fokusnya lurus ke depan, agar tidak terjadi kecelakaan lalu lintas karena lalai berkendara. Dia mendadak jadi kepo soal gadis yang tidak ia kenal. Ponselnya yang terus berbunyi tidak ia hiraukan.Hingga dia tiba di Grand Vacation Hotel. Gegas ia turun dari mobil. Menuju ke pos satpam untuk menemaninya memeriksa Cctv."Kapan anda datang ke Hotel ini, Pak?" tanya satpam tersebut, yang mulai mengotak-atik keyboard."Sekitar satu bulan lalu, tepatn
Baca selengkapnya

Bab 05. Bertemu Dengan Gladys

Bab 5Beberapa hari berlalu. Setelah pengusiran waktu lalu, Gladys tinggal di sebuah kontrakan berukuran kecil, tapi masih layak ditempati oleh dirinya dan si buah hati nanti.Dia masih bekerja di Hotel sambil menutupi kehamilannya. Ia berharap, gaji kecil yang didapatnya bisa untuk mencukupi kebutuhannya dan calon anaknya nanti.Kebetulan juga, jarak kontrakan dan Hotel tak terlalu jauh. Sehingga masih bisa dijangkau hanya dengan berjalan kaki. Ia harus bisa menabung, untuk masa kehamilannya nanti dan juga Gladys harus mengirim uang kepada Bibinya. "Kamu kuat, Gladys! Aku harus berjuang sendirian mulai sekarang. Demi anakku," gumamnya menyemangati.Di Hotel, Gladys masih bekerja seperti biasanya. Di kehamilan trimester awal ini dia terganggu, karena rasa mual dan pusing selalu terasa di sela-sela kegiatannya.Sambil duduk di pantry, ia memegangi perutnya yang keroncongan. Tetapi ia tahan lantaran akan merasa mual jika diberi asupan."Heh, Gladys! Kamu dicari-cari malah enak-enakan d
Baca selengkapnya

Bab 06. Bicara Dengan Gladys

Kala pandangan mata mereka saling beradu, dari sinilah mereka menyadari sesuatu. Sekelebat bayangan malam kelam itu, teringat jelas saat keduanya melihat wajah satu sama lain."Jangan sentuh aku!" sentak Gladys.Tubuhnya gemetar, dengan dada bertalu cepat. Di saat dia mati-matian melupakan kejadian buruk itu, takdir malah mempertemukan mereka."Pergi! Pergi dari sini!"Arnesh terjengkang, saat Gladys mendorong kasar dada bidang pria yang sudah merenggut manisnya dan merusak kebahagiaannya. Gladys takut, kehadiran Arnesh membuat hatinya tersayat sembilu.Arnesh bangkit, mengejar Gladys yang lari begitu saja saat dirinya hendak menyentuh."Tunggu! Jangan lari, bahaya!" teriak Arnesh. Kaki lebarnya mengimbangi Gladys yang terus berlari sepanjang lorong. Yang Arnesh khawatirkan, bisa saja membahayakan kandungan.Dia berlari secepat mungkin, hingga akhirnya Arnesh menggapai pergelangan tangan Gladys, sontak langsung berhenti."Berhenti, kenapa kamu lari?"Napas keduanya memburu, menetralka
Baca selengkapnya

Bab 07. Datang Ke Rumah Gladys

Sepulang dari tempat kerja pada malam harinya, Gladys pulang dengan berjalan kaki seperti yang biasa ia lakukan guna menghemat uang. Beruntung jalanan ibu kota masih ramai di jam-jam seperti ini, Gladys tidak merasa takut.Dia mampir ke sebuah warung yang terletak di pingging jalan, warung langganan Gladys. Dia sering membeli nasi bungkus di sini, harganya murah karena hanya nasi dan telur ceplok saja."Waduh, Neng Gladys baru pulang kerja.""Iya Mak, beli nasi bungkus kayak biasanya, ya," kata Gladys pada Ibu-Ibu penjual itu.Wanita berusia rentan itu tersenyum ke arahnya. "Makan telur mulu nggak bisulan tah Neng?" Gladys tersenyum kikuk. Mungkin orang juga keheranan, dengan porsi makannya yang hanya itu-itu saja. Andai saja Gladys punya banyak uang, dia ingin mengganti porsi dan makan-makanan enak."Nggak, Mak. Maklum lagi tanggal tua," ujar Gladys."Ya udah, karena Neng teh suka beli di warung Emak. Emak kasih bonus deh."Ibu itu menambahkan sepotong daging ayam ke plastik, lalu m
Baca selengkapnya

Bab 08. Cobaan Terus Datang

Karena pencarian tak membuahkan hasil. Arnesh mengalami kebuntuan, dia tidak tahu harus mencari Gladys kemana lagi setelah ini.Mau tidak mau, Arnesh harus memikirkan cara. Ia bisa saja datang ke tempat kerjanya. Tetapi orang-orang pasti akan curiga, dan juga Gladys tidak mau bicara dengannya.Ia meletakkan ponselnya di telinga. Meminta bantuan anak buahnya untuk mencari alamat rumah yang Gladys tinggali."Coba kau buntuti dia, awasi pergerakannya!" titah Arnesh.Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, sambil menjambak rambutnya frustasi. Dia akan merutuki dirinya sendiri, jika ia menjadi penyebab Gladys diusir.Karena kecerobohannya satu bulan lalu, Gladys harus menanggung akibatnya."Semoga saja aku bisa menemukanmu, Glad," gumamnya.Menancap pedal gas, meninggalkan kampung yang dulunya ditempati Gladys. Pasti wanita tertekan, dengan perkataan wanita yang menjadi Bibinya itu.Baru pertama bertemu saja, Bibinya sudah bersungut-sungut seperti itu. Wajah sendunya membuat Arnesh teringat,
Baca selengkapnya

Bab 09. Ajakan Menikah

Arnesh jadi tidak sabar, menunggu kabar anak buahnya yang ia perintah untuk mengikuti Gladys. Hanya ini, satu-satunya cara agar ia bisa bertemu Gladys. Supaya pembicaraan mereka lebih leluasa.Melihat suaminya yang sudah rapih dengan pakaian formalnya, Livya mengulas senyum, memerhatikan wajah rupawan Arnesh. Ia mendekat, memeluk suaminya dari belakang."Mas ...." panggil Livya, mendusel-duselkan wajah di punggung suaminya.Menghela napas dalam dan membuangnya perlahan, Arnesh hanya diam, membiarkan Livya memeluknya. "Kenapa?""Malam nanti dinner yuk. Ngehadirin acara peresmian restoran baru temanmu itu, katanya kita diundang ke sana," ujar Livya. Walau Arnesh tahu, ia mengingatkan saja agar suaminya mau.Sayangnya, Arnesh memiliki acara lain sepulang kerja nanti. Dia ingin menemui Gladys di rumahnya."Aku ada urusan yang nggak bisa aku batalkan. Gimana kalau kamu saja yang datang?" kata Arnesh menolak.Penolakan dari Arnesh, Livya mengerucutkan bibirnya ke depan. Entah sampai kapan k
Baca selengkapnya

Bab 10. Menerima Dengan Terpaksa

Gladys tertawa, mentertawakan nasib buruk yang menimpanya. Setelah kesucian yang terenggut paksa, Arnesh datang ingin menikahinya. Mahkota yang ia jaga selama 21 tahun dan ia jaga untuk suaminya kelak, pupus begitu saja.Jika pun Arnesh bertanggung jawab. Apa kata orang-orang jika Gladys menikah dengan soerang pria beristri? Tentu saja Gladys tidak mau, sama saja itu hanya menambah masalahnya."Gampang sekali anda bicara seperti itu. Apa kesalahan saya kepada anda? Anda pikir menikahi saya adalah jalan terbaik? Nggak! Yang ada anda malah menambah masalah saya. Saya nggak mau dicap pelakor, karena menikah dengan suami orang!" papar Gladys, mengutarakan apa yang ia rasakan. Dia merasa direndahkan jika seperti ini.Arnesh hanya diam dan duduk, memperhatikan Gladys yang sedang menangis di hadapannya. Perasaan bersalah kian besar dan membuncah, ia menunduk, tidak kuasa melihat betapa terlukanya Gladys.Mereka diam selama beberapa saat, memendam sesuatu yang ingin disampaikan. Arnesh tahu,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status