Share

Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan
Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan
Author: RidaFa05

Bab 01. Positif Hamil

Author: RidaFa05
last update Last Updated: 2024-02-13 19:46:44

"Huekkk ... huekkk ..."

Gadis itu bangkit tatkala merasakan mual. Ia langsung berjalan ke kamar mandi dengan sempoyongan. Tangannya menempel pada tembok sebagai pegangan.

Entah kenapa, akhir-akhir ini Gladys sering merasa mual dan berakhir memuntahkan isi perutnya. Tidak mungkin ia masuk angin berkelanjutan. Apalagi baru pertama kalinya mengalami gejala aneh ini.

"Apakah ... ini karena—" Gladys menggelengkan kepalanya, mengusir pemikirannya tentang kejadian satu bulan lalu. "Nggak! Ini pasti nggak mungkin!" sergahnya.

Wanita itu bergumam pelan, berpikir karena mulai tak karuan.

"Sepertinya aku harus periksa ke Dokter." Gladys memutuskan pada akhirnya.

Wanita itu mencuci mulutnya, lantas keluar dari kamar mandi. Ia terkesiap, saat ada Kemala—sang Bibi yang sedang berdiri di ambang pintu sembari bersedekap dada.

"Ngapain kamu lama-lama di kamar mandi? Bisanya cuma borosin listrik saja!" tegur Kemala, menampilkan raut garangnya yang sudah menjadi ciri khasnya.

"Glad habis muntah, Bi. Nggak tahu kenapa akhir-akhir ini Glad sering merasa mual," ungkap Gladys.

Gladys menatap Kemala dengan lekat. Ada sirat kemarahan dan kesedihan yang bisa Gladys pendam, tak bisa ia utarakan. Ia hanya bisa diam, menahan segala apa yang dirasakan.

"Halah! Kamu ini banyak sekali alasan. Bilang saja kamu itu nggak mau bekerja dan berleha-leha di rumah!"

Gladys memejamkan mata, mendengar omelan Kemala yang selalu saja membentaknya karena hal sepele. Sejak tinggal bersama Kemala dari SMA, Gladys selalu dibentak dan diperlakukan kasar. Bila tidak menuruti keinginan Bibinya.

"Bi… Glad benar nggak enak badan. Mana berani Glad berbohong pada Bibi."

"Bibi nggak mau tahu ya, Glad! Sore ini kamu harus cari uang yang banyak. Bibi muak setiap kali kamu pulang dengan tangan kosong! Mau makan apa kita kalau kamu nggak ada pendapatan?!"

Gladys hanya bisa tersenyum miris. Di saat dirinya sakit seperti ini, yang dikhawatirkan Bibinya adalah soal uang.

Ia hanya seorang staf hotel saja, dengan penghasilan yang kurang, itu pun hanya cukup untuk biaya makan saja.

"I-iya Bi, Glad usahain ya. Tapi sebelum kerja. Glad mau ke Dokter dulu, mau diperiksa."

Kemala menepis udara, seraya berdecak kesal. "Astaga, kamu semakin ngelunjak saja jadi orang! Nggak usah lebay, pakai ke Dokter segala. Uang dari mana hah? Daripada ke Dokter mending buat bayar listrik, beli beras. Dasar lebay, berlebihan sekali kamu."

Wanita berumur 45 tahun itu menabrak bahu Gladys dengan kasar, hingga ia hampir terjengkang. Ia meringis, menahan sakit di bagian bahunya.

'Ya Tuhan, bagaimana aku bisa bekerja dalam kondisi seperti ini?' batin Gladys.

***

Begitu sampai di Rumah Sakit, Gladys lekas masuk ke dalam. Ia sengaja datang ke sini, tanpa memberitahu Bibinya.

Gladys nekat datang untuk melakukan pemeriksaan. Guna memastikan kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan untuk bekerja. Rasa pusing dan mualnya sangat mengganggu, sehingga Gladys memutuskan untuk diperiksa.

Sebelum diperiksa, ia menunggu di ruangan sambil menatap papan nama Dokter tersebut. "Dokter Arnesh Aryawardhana?"

Melihat nama itu, terlihat kerutan tipis di kening Gladys.

Entah kenapa, ia merasa familiar dengan nama itu. Entah hanya perasaan atau kebetulan saja.

"Kamu tadi lihat Dokter Arnesh nggak? Dia ganteng banget, ya. Pantes aja dia jadi idaman perempuan. Selain ganteng, dia juga wangi banget tahu," ujar dua Perawat yang lewat di depan Gladys.

"Jelaslah, Dokter Arnesh 'kan emang ganteng dari lahir. Sayangnya udah punya istri."

"Silsilah keluarganya aja nggak sembarangan, selain itu dia juga pintar, bisa menjadi Direktur Rumah Sakit ini."

Gladys tak mengindahkan, dia memilih menunggu di depan pintu. Sampai akhirnya, seorang Suster datang dan membuka pintu.

"Silahkan masuk, Mbak. Sekarang giliran anda yang diperiksa."

Gladys melangkah, memasuki ruangan itu.

"Selamat pagi, Mbak. Apa keluhan yang anda rasakan? Oh iya, jika boleh tahu, siapa nama anda?"

Deg!

Seketika saja Gladys tersentak, dengan kehadiran Dokter muda yang sedang menanganinya.

Dari suara dan aroma parfumenya, itu sangat familiar, seperti tahu. Tapi dimana? Siapa? Ingatannya masih samar-samar.

"G-Gladys, Dok."

Dokter yang memakai masker itu mengangguk sambil mencatat. Dia pun bertanya lagi soal keluhan Gladys.

'Mengapa suara dan wangi parfumenya tak asing? Sepertinya aku pernah mendengar dan mencium aroma itu. Ah, entahlah. Kebetulan saja,' batin Gladys.

“Mbak?”

Gladys langsung tersadar begitu merasakan tangan hangat dokter itu menyentuhnya. Ada sensasi listrik yang tidak asing bagi Gladys.

"S-saya merasa tidak enak badan, Dok. Akhir-akhir ini kepala saya pusing dan sering muntah. Saya tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya," jawab Gladys.

"Apakah anda punya riwayat penyakit asam lambung? Biasanya, gejala asam lambung seperti ini jika sedang kumat."

Gladys menggelengkan kepalanya. Wanita memakai masker dan hoodie itu sudah tak karuan.

Dokter itu bangkit dari kursinya dan mulai melakukan pemeriksaan. Mulai dari detak jantung, tensi, dan beberapa hal umum lainnya.

Selama itu, Gladys hanya menahan napas. Entah karena takut dengan hasil pemeriksaan, atau gugup setelah mencium aroma parfume itu lebih dekat.

"Mohon maaf, Mbak. Saya ingin bertanya. Apakah anda sudah menikah?"

"Belum, Dok. Saya masih lajang."

Gladys melihat keterkejutan di mata sang dokter dan hal tersebut membuat jantungnya makin berdebar.

“Kenapa, Dok?” tanya Gladys. Suaranya sedikit bergetar.

"Mendengar keluhan yang anda rasakan dan pemeriksaan singkat, sepertinya … Mbak sedang hamil," papar Dokter tampan dan muda itu.

Sepasang mata Gladys terbelalak. "M-maksud Dokter apa? Kenapa membahas kandungan?” ucap Gladys. “Saya ke sini untuk diperiksa kesehatan, karena sedang sakit! Bukan karena hamil!"

"Begini saja. Agar mengetahui dengan jelas, saya buat rujukan ke Dokter spesialis OBGYN. Nanti Suster yang akan mengantar anda."

Gladys merasa heran. Sebab Dokter pria itu terus saja mengamatinya diam-diam.

Kegugupan Gladys kian bertambah, saat Suster mengantarkannya ke Dokter kandungan. Tetapi, Gladys langsung pergi begitu saja dan tidak datang.

"Aku nggak mungkin hamil. Dokter itu pasti sudah berbohong, aku nggak hamil, yeah pasti nggak," Gladys terus meracau, menepis pikiran negatif agar tak kacau.

Langkahnya gemetar, tapi tetap dipaksa. Gladys berharap kalau ucapan dokter tadi tidak benar. Dia tidak mau mengandung benih dari orang asing yang meruda paksanya malam itu.

‘Apa kata orang-orang? Bagaimana kalau bibi mengetahuinya? Apa dia masih bisa bekerja? Bagaimana biaya hidupnya?’ dan banyak lagi ketakutan yang Gladys pikirkan saat ini.

Namun, saat menunggu bus, mata Gladys melihat bangunan apotek di seberang jalan. Ia kembali takut.

‘Haruskah aku memeriksanya? Tapi, bagaimana kalau positif?’ batinnya terus bertengkar.

Pada akhirnya, Gladys menyerah dan berjalan ke apotek itu. Tangannya gemetar, membuka pintu Apotek dan langsung membeli apa yang ia butuhkan saat ini pada seorang apoteker.

Barang yang ia inginkan sudah ia beli. Gladys bingung, harus mencoba tespack ini dimana. Dia tidak mungkin mencobanya di rumah, bisa-bisa Bibi Kemala marah saat tahu dirinya sedang hamil di luar nikah.

"Aku harus mencobanya di toilet umum saja, semoga saja aman," gumamnya.

Gladys masuk ke toilet dan mencoba satu alat testpack. Keringat dingin membanjiri tangan dan punggungnya. Ia pun memejamkan mata.

Gladys mengangkat benda itu.

Positif.

Ia tidak percaya, dan terus mencoba. Alat kedua, ketiga, sampai keempat. Semua hasilnya sama.

Itu artinya, Gladys benar-benar hamil.

"Arghhhhh! Kenapa kau tumbuh di dalam rahimku? Apa cobaan hidupku selama ini belum cukup?"

Punggungnya bersandar di tembok, sembari menjambak rambut frustasi. Dia semakin histeris, saat tespacknya menunjukkan hasil sama.

Ia langsung duduk lemas di lantai, saking tidak kuasa menahan bobot tubuhnya. Lututnya pun lemas, tak bisa tetap berdiri.

Di tempat tertutup dan sepi ini, Gladys menangis sesenggukan. Entah bagaimana nasibnya setelah ini. Bibi Kemala pasti sangat murka kepadanya. Ditambah, dirinya tidak bekerja.

Malam itu, adalah sebuah mimpi buruk bagi Gladys.

Yang tadinya sedang mengantarkan makanan, malah ditarik paksa oleh seorang pria tidak dikenal.

Malam yang menjadi malapetaka besar, hingga menyisakan benih tak diharapkan malah hidup di dalam rahimnya.

"Kenapa Tuhan? Kenapa hidupku sangat menderita, sampai diberikan masalah seperti ini. Aku sudah kotor, aku wanita yang sudah dinodai. Harus menanggung benih yang tidak kutahu benih siapa ini," lirihnya.

Related chapters

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 02. Diusir Dari Kediaman

    Bab 2"Maaf, maaf Pak. Saya terlambat!" ucap Gladys menangkupkan tangannya di depan dada, seraya menatap atasan kerjanya.Karena Gladys melakukan pemeriksaan, ia jadi terlambat berangkat datang ke tempat kerjanya, sebuah hotel mewah. Ia sudah bekerja di sini selama satu tahun.Mengabaikan permintaan maaf Gladys, sang atasan masih saja tampak marah karena Gladys datang tak tepat waktu. "Kamu itu bagaimana sih, Gladys!? Di saat kerjaan banyak kamu malah berleha-leha. Kamu pikir ini Hotel punya nenek moyangmu, sehingga kamu datang telat gini? Kalau kamu udah enggak mau kerja di sini, saya bisa memecat kamu sekarang juga!" bentaknya.Gladys menunduk, saat dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang karena dimarahi. "Saya minta maaf, Pak. Saya agak kurang enak badan soalnya, Pak."Pria berpakaian formal itu berdecak kesal, sementara rekan kerjanya diam-diam mentertawakan. "Itu urusanmu, bukan urusan saya! Sudahlah, jangan banyak bicara, cepat kerjakan pekerjaanmu sekarang juta!" titah at

    Last Updated : 2024-02-13
  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 03. Mulai Mencari Familiar

    Bab 3Sementara itu, di sebuah rumah mewah, di pusat kota."Kenapa sih, Mas selalu saja sibuk. Sekali-kali kek luangin waktu buat aku. Aku juga pengen menghabiskan waktu dengan Mas loh, aku bosan diam terus di rumah," ujar seorang wanita yang sedang bergelayut manja di lengan kekar sang suami yang tanpa sehelai benang.Pria itu adalah Arnesh Aryawardhana, seorang pria berusia 32 tahun yang juga seorang Direktur Rumah Sakit dan Dokter umum. Dia bekerja di Rumah Sakit yang menjadi warisan keluarganya, dan diberikan kepadanya.Arnesh melepaskan tubuhnya, saat Livya selalu manja padanya. Ia juga menjauhkan jari lentik si wanita yang bermain sensual di dadanya."Jangan manja, Liv. Kamu nggak lihat kalau aku selalu sibuk kerja? Kenapa pikiran kamu selalu saja kekanakan begitu!" timpal Arnesh, muak dengan tingkah laku Livya yang selalu memaksanya meluangkan waktu.Ya, Livya Audrissa yang berusia 29 tahun adalah istrinya. Dia adalah wanita yang sudah dinikahi Arnesh sejak 4 tahun lamanya, ata

    Last Updated : 2024-02-13
  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 04. Mencari Tahu

    Bab 4Sore hari.Sudah waktunya bagi Arnesh untuk pulang, karena jadwalnya hanya dari siang sampai sore saja. Setelah itu, dia tidak menerima praktek lagi, terkecuali jika mendesak.Ia mengendarai mobil miliknya ke lawan arah. Tujuannya yaitu ke Hotel, tempat dimana dia sudah menodai seorang gadis. Dia lakukan untuk memastikan saja, agar rasa penasarannya terjawab.Supaya dia tahu, bagaimana kronologi kejadiannya sampai-sampai dia melakukan hal tak senonoh itu."Aku harus mencari tahu, entah kenapa aku jadi kepikiran gadis itu," monolog Arnesh.Fokusnya lurus ke depan, agar tidak terjadi kecelakaan lalu lintas karena lalai berkendara. Dia mendadak jadi kepo soal gadis yang tidak ia kenal. Ponselnya yang terus berbunyi tidak ia hiraukan.Hingga dia tiba di Grand Vacation Hotel. Gegas ia turun dari mobil. Menuju ke pos satpam untuk menemaninya memeriksa Cctv."Kapan anda datang ke Hotel ini, Pak?" tanya satpam tersebut, yang mulai mengotak-atik keyboard."Sekitar satu bulan lalu, tepatn

    Last Updated : 2024-02-13
  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 05. Bertemu Dengan Gladys

    Bab 5Beberapa hari berlalu. Setelah pengusiran waktu lalu, Gladys tinggal di sebuah kontrakan berukuran kecil, tapi masih layak ditempati oleh dirinya dan si buah hati nanti.Dia masih bekerja di Hotel sambil menutupi kehamilannya. Ia berharap, gaji kecil yang didapatnya bisa untuk mencukupi kebutuhannya dan calon anaknya nanti.Kebetulan juga, jarak kontrakan dan Hotel tak terlalu jauh. Sehingga masih bisa dijangkau hanya dengan berjalan kaki. Ia harus bisa menabung, untuk masa kehamilannya nanti dan juga Gladys harus mengirim uang kepada Bibinya. "Kamu kuat, Gladys! Aku harus berjuang sendirian mulai sekarang. Demi anakku," gumamnya menyemangati.Di Hotel, Gladys masih bekerja seperti biasanya. Di kehamilan trimester awal ini dia terganggu, karena rasa mual dan pusing selalu terasa di sela-sela kegiatannya.Sambil duduk di pantry, ia memegangi perutnya yang keroncongan. Tetapi ia tahan lantaran akan merasa mual jika diberi asupan."Heh, Gladys! Kamu dicari-cari malah enak-enakan d

    Last Updated : 2024-02-13
  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 06. Bicara Dengan Gladys

    Kala pandangan mata mereka saling beradu, dari sinilah mereka menyadari sesuatu. Sekelebat bayangan malam kelam itu, teringat jelas saat keduanya melihat wajah satu sama lain."Jangan sentuh aku!" sentak Gladys.Tubuhnya gemetar, dengan dada bertalu cepat. Di saat dia mati-matian melupakan kejadian buruk itu, takdir malah mempertemukan mereka."Pergi! Pergi dari sini!"Arnesh terjengkang, saat Gladys mendorong kasar dada bidang pria yang sudah merenggut manisnya dan merusak kebahagiaannya. Gladys takut, kehadiran Arnesh membuat hatinya tersayat sembilu.Arnesh bangkit, mengejar Gladys yang lari begitu saja saat dirinya hendak menyentuh."Tunggu! Jangan lari, bahaya!" teriak Arnesh. Kaki lebarnya mengimbangi Gladys yang terus berlari sepanjang lorong. Yang Arnesh khawatirkan, bisa saja membahayakan kandungan.Dia berlari secepat mungkin, hingga akhirnya Arnesh menggapai pergelangan tangan Gladys, sontak langsung berhenti."Berhenti, kenapa kamu lari?"Napas keduanya memburu, menetralka

    Last Updated : 2024-02-29
  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 07. Datang Ke Rumah Gladys

    Sepulang dari tempat kerja pada malam harinya, Gladys pulang dengan berjalan kaki seperti yang biasa ia lakukan guna menghemat uang. Beruntung jalanan ibu kota masih ramai di jam-jam seperti ini, Gladys tidak merasa takut.Dia mampir ke sebuah warung yang terletak di pingging jalan, warung langganan Gladys. Dia sering membeli nasi bungkus di sini, harganya murah karena hanya nasi dan telur ceplok saja."Waduh, Neng Gladys baru pulang kerja.""Iya Mak, beli nasi bungkus kayak biasanya, ya," kata Gladys pada Ibu-Ibu penjual itu.Wanita berusia rentan itu tersenyum ke arahnya. "Makan telur mulu nggak bisulan tah Neng?" Gladys tersenyum kikuk. Mungkin orang juga keheranan, dengan porsi makannya yang hanya itu-itu saja. Andai saja Gladys punya banyak uang, dia ingin mengganti porsi dan makan-makanan enak."Nggak, Mak. Maklum lagi tanggal tua," ujar Gladys."Ya udah, karena Neng teh suka beli di warung Emak. Emak kasih bonus deh."Ibu itu menambahkan sepotong daging ayam ke plastik, lalu m

    Last Updated : 2024-03-01
  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 08. Cobaan Terus Datang

    Karena pencarian tak membuahkan hasil. Arnesh mengalami kebuntuan, dia tidak tahu harus mencari Gladys kemana lagi setelah ini.Mau tidak mau, Arnesh harus memikirkan cara. Ia bisa saja datang ke tempat kerjanya. Tetapi orang-orang pasti akan curiga, dan juga Gladys tidak mau bicara dengannya.Ia meletakkan ponselnya di telinga. Meminta bantuan anak buahnya untuk mencari alamat rumah yang Gladys tinggali."Coba kau buntuti dia, awasi pergerakannya!" titah Arnesh.Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, sambil menjambak rambutnya frustasi. Dia akan merutuki dirinya sendiri, jika ia menjadi penyebab Gladys diusir.Karena kecerobohannya satu bulan lalu, Gladys harus menanggung akibatnya."Semoga saja aku bisa menemukanmu, Glad," gumamnya.Menancap pedal gas, meninggalkan kampung yang dulunya ditempati Gladys. Pasti wanita tertekan, dengan perkataan wanita yang menjadi Bibinya itu.Baru pertama bertemu saja, Bibinya sudah bersungut-sungut seperti itu. Wajah sendunya membuat Arnesh teringat,

    Last Updated : 2024-03-02
  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 09. Ajakan Menikah

    Arnesh jadi tidak sabar, menunggu kabar anak buahnya yang ia perintah untuk mengikuti Gladys. Hanya ini, satu-satunya cara agar ia bisa bertemu Gladys. Supaya pembicaraan mereka lebih leluasa.Melihat suaminya yang sudah rapih dengan pakaian formalnya, Livya mengulas senyum, memerhatikan wajah rupawan Arnesh. Ia mendekat, memeluk suaminya dari belakang."Mas ...." panggil Livya, mendusel-duselkan wajah di punggung suaminya.Menghela napas dalam dan membuangnya perlahan, Arnesh hanya diam, membiarkan Livya memeluknya. "Kenapa?""Malam nanti dinner yuk. Ngehadirin acara peresmian restoran baru temanmu itu, katanya kita diundang ke sana," ujar Livya. Walau Arnesh tahu, ia mengingatkan saja agar suaminya mau.Sayangnya, Arnesh memiliki acara lain sepulang kerja nanti. Dia ingin menemui Gladys di rumahnya."Aku ada urusan yang nggak bisa aku batalkan. Gimana kalau kamu saja yang datang?" kata Arnesh menolak.Penolakan dari Arnesh, Livya mengerucutkan bibirnya ke depan. Entah sampai kapan k

    Last Updated : 2024-03-03

Latest chapter

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 80. (Ending)

    Livya terduduk di lantai, dia terus dimarahi oleh para tahanan lain karena terus menangis. Dia memeluk lututnya, menangisi takdir yang tak berpihak padanya.Ia ingin pulang dan keluar dari sini. Mama Venny datang untuk besuk, dia menghampiri Livya yang sedang duduk."Livya! Livya!" pekik mama Venny. Berhasil menyentak Livya yang sedang melamun.Livya yang tadinya duduk, buru-buru mendekat ke arah ibunya sambil memegang kedua tangannya. "Ma, tolong bantu aku keluar dari sini, Ma."Mama Venny tak bisa melakukan apapun sekarang. Bukti yang diberikan Arnesh sangat kuat."Nanti Mama pikirkan. Mama punya info penting Livya.""Info apa, Ma?""Soal Daniel."Mendengar nama Daniel disebut-sebut, Livya jadi mengharap sang kekasih datang dan membebaskannya."Ada apa soal Daniel, Ma?" Dengan cepat Livya bertanya."Daniel ... dia sudah menikah dengan perempuan lain, Livya," balas mama Venny.Deg! Tubuh Livya terbujur kaku. Ia berpegangan pada jeruji agar tubuhnya tidak limbung. Saraf-sarafnya tera

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 79.

    Satu minggu kemudian ....Setelah dirawat di rumah sakit selama beberapa hari, akhirnya Gladys diizinkan pulang selama proses pemulihan. Bayinya pun sehat setelah melakukan pemeriksaaan.Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa Gladys dan Arnesh akan pulang ke kediaman mama Linda. Arnesh juga memutuskan untuk menjual rumah yang dulu ia tempati bersama Livya."Angkat aja, Nak, bawa masuk ke kamar," kata mama Linda, memberitahu anaknya agar menggendong Gladys yang masih kesulitan jalan. Dia menggendong Jesslyn, bayi perempuan yang mirip sekali dengan putranya.Gladys digendong ala bridal, menuju salah satu kamar di lantai bawah."Nah, Gladys, ini rumah kami. Saya harap kamu nggak merasa sungkan di sini," kata mama Linda. Perlahan mulai menerima kehadiran anak dan menantunya."Iy-iya, Ma."Gladys mengangguk. Sejak kejadian Livya datang, ibu mertuanya jadi perhatian sampai sekarang. Apalagi wanita paruh baya itu selalu membantu menjaga Jesslyn."Kamu temani aja istrimu. Biar Mama yang

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 78.

    Arnesh terkekeh sinis, saat Daniel meminta Livya untuk dibebaskan. Padahal sudah bersalah, bukti pun sudah jelas. Dia tak mengindahkan keinginan Daniel, pengkhianat yang sudah menusuknya dari belakang.Arnesh bangkit dari kursi, mengabaikan Livya dan Daniel yang ada di hadapannya. Sementara mama Venny, wanita paruh baya itu bingung mau bagaimana."Gila saja membebaskan orang yang sudah terbukti bersalah. Lanjutkan prosesnya, Pak, biarkan Livya menjalani hukumannya," ujar Arnesh berlalu bergitu saja, meninggalkan para dua pengkhianat itu.Mulai sekarang, Arnesh tidak ingin lagi berhubungan atau bertemi dengan mereka. Ia hanya ingin fokus pada kehidupannya yang sekarang bersama Gladys."Udah. Mulai sekarang kamu lupain mereka, fokus ke kebahagiaanmu," ujar papa Wandi menepuk pundak putranya.Pria berbeda usia itu menaiki mobil masing-masing untuk kembali ke rumah sakit. Ia khawatir dengan kondisi Gladys beserta anaknya.Ia menjalankan mobilnya dengan kebut-kebutan, ingin segera sampai,

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 77.

    Arnesh memutuskan untuk pergi, karena ia akan bicara dengan pengacaranya di sebuah caffe. Ia akan mengurus surat perceraiannya dengan Livya. Ia berpamitan dulu pada Gladys dan juga anaknya."Aku pergi dulu sebentar, kalau ada apa-apa hubungi aku," ujar Arnesh. Melabuhkan kecupan berulang-ulang pada pipi istri dan pipi anaknya.Gladys terkekeh, ia mendorong Arnesh agar menjauh. "Nanti Jesslyn bangun, Pak Arneh.""Gemas rasanya," ucap Arnesh diiringi dengan tawa.Arnesh melirik arloji yang melingkar di tangannya. Ia lantas pamit. Arnesh sudah mengundang pengacara datang. Dengan berat hati dia pun menaiki mobilnya.Kepergian Arnesh itu menjadi sebuah kesempatan bagi Livya yang diam-diam masuk ke dalan ruangan Gladys. Wanita itu memakai topi dan juga masker agar kehadirannya diketahui.Melihat ada Livya di sini, Gladys membeliakkan matanya sambil memeluk Jessyln. Livya membuka topi, ia menatap bengis pada wanita yang sudah menjadi simpanan suaminya."Sekarang kau bahagia bukan jika Mas Ar

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 76.

    Sementara di luar ruangan, papa Wandi sedang membujuk istrinya yang enggan masuk ke dalam. Mama Linda masih belum bisa menerima Gladys sebagai menantunya. Ia juga belum percaya, jika anak yang dikandung Gladys adalah anaknya.Papa Wandi juga sudah bercerita, jika ia sudah dikenalkan pada Gladys. Mama Linda kesal, selama ini hanya dia yang tidak tahu fakta sebesar ini. Ia kesal, itulah sebabnya enggan keluar."Ma, kenapa nggak masuk ke dalam? Yakin nih nggak mau lihat cucu kita? Bukannya Mama pengen banget punya cucu," ajak papa Wandi menggoda istrinya yang memiliki keinginan menimang cucu.Mama Linda tidak akan luluh begitu saja, dia bersedekap dada dan membuang pandangannya. "Ngapain Papa ngajak Mama? Biasanya juga main rahasiaan, 'kan? Udahlah sana. Mama di sini aja."Melihat istrinya yang sedang marah. Papa Wandi jadi gemas sendiri, pasalnya kemarahan sang istri sudah seperti anak ABG saja, tidak ada ubahnya dari dulu."Ada alasan kenapa Papa nyembunyiin dari kamu, Ma, sekarang ngg

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 75.

    Livya terusir paksa dari rumah suaminya. Dia harus pindah, ke kediamannya yang di Jakarta. Wanita hamil itu menangis tersedu-sedu, harus diceraikan karena Arnesh memilik madunya itu.Mama Venny merasa malu, dengan kelakuan Livya dan juga Daniel. Karena mereka, reputasinya hancur. Arnesh juga tidak mau percaya. Lelaki itu memilih menceraikan Livya.Sesampainya di kediaman. Mama Venny menyapu semua barang-barang sekitar, dia begitu geram dipermalukan. Tentu saja yang tak lain dan tak bukan karena Livya."Lihat sekarang, Livya! Atas perbuatanmu itu Mama yang harus menanggung malu! Sekarang Arnesh sudah menceraikanmu. Mama nggak akan membantumu! Silakan saja menikah dengan Daniel, pria yang menghamilimu!" sentaknya sembari menunjuk pelipis Livya menggunakan jari telunjuknya.Amarahnya sudah tak terkendali dengan semua ini. Apalagi Livya hanya bisa diam dan menangis, seolah itu bisa menyelesaikan masalah."Dan kamu, Daniel! Nikahkan anak saya jika benar itu anakmu! Saya tidak mau cucu saya

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 74.

    Pipi Gladys bersemu, ia menunduk dalam saat Arnesh mengatakan hal itu padanya, tepat di depan matanya. Pria itu menegakkan duduk, menggenggam tangan Gladys begitu erat dan mencium punggungnya tangannya dengan sangat lama."Kenapa, Glad? Apa kamu nggak cinta aku dan nggak mau hidup bersamaku?" tanya Arnesh dengan serius.Apa yang harus Gladys jawab? Dia sendiri pun bingung harus menjawab apa di saat dirinya belum bisa memahami yang dirasakan dirinya saat ini."Glad ...." Arnesh memanggil, dia menunggu jawaban istri keduanya. Dagu Gladys diangkat agar bisa menatapnya. "Maukah?" tanyanya.Gladys membalas tatapan Arnesh, kepalanya mengangguk begitu saja seolah setuju dengan pertanyaan Arnesh."Aku lakukan demi putri kita, ibumu sepertinya nggak menyukaiku," ujar Gladys. Masih terngiang-ngiang perkataan yang dilotarkan mama Linda padanya.Gladys tidak mau, mengganggu keluarga suaminya. Ia hanya ingin hidup tenang bersama putri yang baru dilahirkan.Jawaban Gladys membuat Arnesh senang, mes

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 73.

    Sekujur tubuh Livya terbujur kaku. Bagai tersambar petir di siang bolong Livya tersentak kaget saat Arnesh berkata seperti itu. Livya langsung memeluk Arnesh, dia tidak mau hubungannya berakhir."Apa maksud kamu, Mas? Aku nggak mau cerai, aku nggak pisah," ujar Livya menangis terisak-isak. Sial sekali, nasib buruk malah terjadi padanya hari ini.Arnesh mendengus. Sudah terlanjur murka dengan apa yang dilakukan Livya padanya, yang lebih parah lagi pada ayahnya. Papa Wandi hampir meregang nyawa karena perbuatan Livya.Apa yang sudah Livya lakukan sulit ditolelir. Arnesh jadi tidak mau lagi berhubungan dengannya. Livya sudah berkhianat dan mencelakai keluarganya. Begitipun mama Linda, dia juga sangat geram pada menantu kesayangannya, dengan tiba-tiba malah membencinya."Lepaskan aku, Livya! Aku nggak akan memberikanmu kesempatan! Kamu udah mencelakai ayahku!" sentak Arnesh. Tanpa rasa iba yang ia rasa, Arnesh dengan cepat menepis tangan Livya yang melingkar di perutnya."Mama, tolong Liv

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 72.

    Diberikan pilihan yang rumit seperti itu, Arnesh menjadi dilematis memilih salah satu di antaranya. Dia diam, tidak langsung menjawab pertanyaan dari Livya terus mendesak jawaban.Livya memukul-mukul dada bidang Arnesh, sambil mencengkram kerah kemejanya. Sia-sia sudah perjuangannya mempertahankan rumah tangga, Arnesh malah tergoda oleh Gladys yang bernotabene sebagai orang ketiga di kehidupan rumah tangganya."Kenapa diam, Mas? Nggak bisa jawab 'kan kamu? Tinggalkan perempuan itu," pinta Livya, menuntun tangan Arnesh untuk mengelus perut besarnya. "Ini juga anak kamu, Mas Arnesh. Kenapa kamu lebih memilih gadis yang nggak jelas asal-usulnya?" "BOHONG! JANGAN PERCAYA PADA LIVYA!"Suara teriakan dari seseorang membuat ketiga orang itu menoleh ke arah belakang. Tepatnya pada seorang pria yang berdiri di ambang pintu, sontak saja mereka membelalak terkejut."Papa?" pekik Arnesh. Kaget saat Papa Wandi datang dengan keadaan yang sudah bisa berjalan."Ma-mas? Ka-kamu ... kenapa bisa? Kamu

DMCA.com Protection Status