Arnesh membuka pintu rumahnya ketika dia sudah kembali pada malam harinya. Sayang seribu sayang, Gladys tidak menuruti keinginannya. Tentu saja, mustahil sekali jika Gladys mau dipeluk olehnya, menatap saja enggan.Suara teriakan heboh begitu memekakkan, menghibur jiwa-jiwa lesu Arnesh saat melihat sahabatnya tengan main PS, kebiasaan dia, sering bermain game."Lo udah balik, Ar?" tanya Daniel, tanpa mengalihkan atensi dari layar TV. Bermain tinju di sana."Hmmm, berisik sekali suaramu, Dan. Untung saja komplek sini hidup individu, jadi nggak akan khawatir bakalan didemo," ujar Arnesh, menghempaskan bokong di sofa empuk.Yang diberi wejangan malah menyengir tanpa dosa, masih fokus pada kegiatannya."Mau main juga nggak lo? Suntuk gue, pinjem PS-nya, ya," kata Daniel, menyerahkan satu remote pada Arnesh.Tapi Arnesh sudah kantuk, biarlah dia bermain dahulu, agar tak terlalu penat."Gue main bentar," kata Arnesh, mulai bergabung dengan Daniel yang bertambah semangat karena ada lawan mai
Read more