All Chapters of Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan : Chapter 21 - Chapter 30

80 Chapters

Bab 21. Hampir Dilecehkan

Gladys bisa bernapas lega, jika Ghani tidak mengejarnya. Ia tidak tahu, bahwa warga desa memergoki dirinya dan Ghani semalam. Padahal Gladys hanya minta bantuan, hanya saja mungkin tidak etis dua orang dewasa disatu ruangan sama.Gladys berjalan sepanjang lorong, mulai memakai seragam kerjanya dan beraktivitas seperti biasa. Dia harus semangat, demi si buah hati.Mengusap perut, Gladys tersenyum simpul. Tingkah anehnya, tak ayal diperhatikan salah satu rekan kerja yang baru saja datang."Gladys, kamu kenapa usap-usap perut terus dari kemarin?" tanya Yulia, pekerja lama di sini.Gladys menjatuhkan tangannya, kaget karena ada Yulia di sini. "Oh, nggak kok, nggak papa. Cuma lapar aja. Belum sarapan," alibi Gladys menghindari kegugupan.Terlihat ketidakpercayaan di wajah Yulia, ia memicingkan mata. Akhir-akhir ini ia sering melihat Gladys seperti itu—mengelus perut dan ngomong sendiri."Iyakah? Aku bawa sarapan di rumah. Makan bareng, yuk. Supaya kamu nggak kelaparan, Glad," ajak Yulia se
Read more

Bab 22. Berkeluh kesah

Di salah satu kamar Hotel, Livya duduk di tepian ranjang sembari memakai kembali pakaiannya yang dibuka karena melakukan pergumulan panas selama beberapa jam. Badan Livya terasa lengket dan remuk, Daniel tidak membiarkannya istirahat sepanjang percintaan."Andai saja Mas Arnesh memperlakukanku seperti Daniel, aku akan sangat bahagia," gumamnya.Sang pacar sudah terlelap, di ranjang yang berantakan. Livya membalik setengah badan ke belakang, saat Daniel melingkarkan tangannya di perut."Sayang ... kok pakai baju?" panggil Daniel, suara serak pria saat bangun tidur emang enak didengar, Livya pun suka.Livya mengelus rambut Daniel, membiarkan pria itu mengelus bokong dan pahanya. "Udah malam, Sayang. Aku harus pulang. Mas Arnesh pasti curiga kalau aku nggak ada di rumah," balasnya.Daniel menumpukan dagunya di paha sang kekasih, pria yang masih telanjang ini begitu menikmati waktu bersama wanita yang dicinta.Livya menganga, saat Daniel membelai lembut kewanitaannya. "Besok saja pulang.
Read more

Bab 23. Memeringati Anaknya

Gladys menahan debaran di dadanya, saat pasang mata Arnesh terus mengamatinya."Glad, bisa geser?" tanya Arnesh, berhenti di ambang pintu dapur karena Gladys berdiri dan menghalangi jalan lewatnya."Hah?""Mau geser sendiri atau mau aku bantu geser?"Lekas saja Gladys menggeser tubuh, membiarkan Arnesh yang baru selesai mandi dengan mengenakan handuk. Gladys mati-matian menahan ludah, gugup.Dengan tanpa dosanya Arnesh berpenampilan seperti itu. "Mau beli sarapan nggak?" tanyanya."Ngga—""Jangan nolak, Glad. Harus ingat di perut kamu ada anakku," sela Arnesh, menghentikan ucapan Gladys yang hendak berkata.Ya mau bagaimana lagi, saat ini Gladys tidak ada uang, dia juga enggan menerima uang dari Arnesh, gengsi.Arnesh merogoh saku celana, mengambil dompet dan mengeluarkan semua isinya. Dia berbalik, menarik tangan Gladys agar tidak menolak seperti tadi."Untuk kamu."Gladys melotot tak percaya, saat gambar Ir. Soekarno berbaris rapih digenggamannya. Entah berapa nominalnya, intinya it
Read more

Bab 24. Alasan Livya

Kaki Arnesh berpijak di rumah besar dan megah, yang menjadi istananya bersama Livya sejak menikah. Keduanya sepakat, untuk tinggal pisah dengan orang tua, agar Arnesh tidak tertekan Mama Linda yang banyak maunya.Arnesh tidak menemukan siapa pun di kamarnya, Livya tidak ada di sini, di mana dia?"Bi, Livya pergi ke mana? Kenapa di kamar tidak ada?" tanya Arnesh pada Bi Ijum sang pembantu."Nggak tahu, Tuan. Dari kemarin teh Non Livya nggak kelihatan," jawab Bi Ijum apa adanya."Ya udah, Bi Ijum lanjutkan kerja saja."Arensh hanya bisa menimbang-nimang, di mana keberadaan istrinya yang hilang tanpa kabar. Ia sudah cek ponsel, Livya tidak mengabari.Siapa yang tidak kesal, istri tidak ada di rumah dari kemarin. Itu artinya, Livya tidak pulang ke rumah. Ia mencoba menghubungi mertuanya, siapa tahu Livya sedang bersama mereka."Halo, Ar. Tumben kamu nelpon Mama. Ada apa?" tanya Venny—ibu Livya."Livya ada di sana, Ma?" Arnesh balik bertanya."Nggak ada, Ar. Memangnya Livya ke mana? Bagaim
Read more

Bab 25. Dipecat

Bagai disambar petir di siang bolong, sekujur tubuh Gladys langsung melemas seketika saat Daniel memutuskan untuk memecatnya. Gladys meluruhkan air mata dengan berkaca-kaca, berbeda dengan si tua bangka yang tersenyum puas melihat penderitaannya.Gladys menatap sang atasan, memohon agar dirinya tidak dipecat. Jika tidak di sini, ke mana hendak Gladys mencari penghasilan? Konon katanya, mencari pekerjaan di zaman sekarang sulit."Pak, saya mohon jangan pecat saya. Beliau sudah memfitnah saya," lirih Gladys, menahan untuk tidak membuncahkan tangisan.Ia menyeka sudut matanya, memikirkan bagaimana nasibnya dan si buah hati jika dirinya tidak bekerja. Gladys tidak mau, hidup terlunta-lunta.Daniel mengalihkan pandangan, dengan wajah merah padam. Pagi harinya sudah dipusingkan dengan keributan."Saya nggak peduli. Mulai sekarang kamu saya pecat, Gladys! Ini gaji kamu bulan ini. Silahkan pergi dan angkat kaki dari Hotel ini, jangan pernah kembali ke sini!" ketus Daniel, melempar amplop cokl
Read more

Bab 26.

Dokter Arnesh berlari menuju ruang gawat darurat dengan jantung berdebar kencang. Suara sirene ambulans masih terdengar di kejauhan, mengingatkan akan keadaan darurat yang sedang terjadi. Begitu dia memasuki ruangan, dia disambut oleh kekacauan dan kepanikan."Astaga!" pekiknya tertahan.Di salah satu tempat tidur, seorang pasien luka-luka akibat kecelakaan mobil terbaring dengan tubuhnya yang penuh luka dan berdarah. Dokter Arnesh segera mendekatinya dengan penuh perhatian, melihat kondisi yang memprihatinkan."Kita harus segera menghentikan pendarahan dan menstabilkan kondisinya," gumam Dokter Arnesh kepada tim medis yang sibuk bergerak di sekitarnya.Dengan tangan gemetar, Dokter Arnesh memeriksa luka-luka pasien tersebut. Dia melakukan tindakan pertolongan pertama dengan cepat dan hati-hati, mencoba menghentikan pendarahan dan membersihkan luka-luka yang parah.Waktu terasa berjalan sangat lambat saat Dokter Arnesh berusaha keras untuk menyelamatkan nyawa pasien tersebut. Setiap
Read more

Bab 27. Kekesalan

"Jangan macam-macam, Daniel! Kamu nggak lihat kita sedang di mana sekarang?" ujar Livya sedikit menaikkan nada bicara, tidak habis pikir dengan kemauan Daniel seakan-akan mau mencari perkara.Bahu Daniel merosot. Di saat pikirannya pelik seperti ini, hanya Livya yang bisa menjernihkan pikirannya. Wanita itu bak obat penawar, yang menyembuhkan apa yang dirasakan.Kedatangan Daniel ke sini agar bisa melihat Livya, meski hanya sekedar melihat. "I need you, Babe. Hug me," pintanya.Menggelengkan kepala, Livya was-was, takut ada yang memperhatikan keduanya. "Akan aku lakukan, tapi nggak di sini, Dan. Gimana kalau ketahuan orang? Bisa berabe aku.""Pindah tempat?" tanya DanielMenatap Livya yang enggan bersitatap dengannya. Melihat penampilan Livya yang cantik dan seksi, membuat hormon libido Daniel meningkat. Andai mereka hanya berdua, Daniel takkan melepaskan Livya begitu saja."Nggak, nanti aja. Aku nggak mau mencari perkara," kata Livya, memelankan suara, meski ingin meledakkan amarahny
Read more

Bab 28.

Jika Arnesh mengira Gladys akan setuju dan terima, maka jawabannya adalah salah. Gladys mendengkus, dengan kekesalan yang menggumpal dirasakannya. Meski hidup berkecukupan, kehidupan Arnesh dan Gladys berbeda, keduanya bagai langit dan bumi.Apalagi Gladys memang tidak mau tinggal berdua, itu hanya akan menambah kemungkinan mereka bertemu. Gladys menyorot tajam, pada pria yang menjadi suaminya."Apakah hidupku semenyedihkan ini? Sampai-sampai Pak Arnesh memberikan bantuan kepadaku? Aku nggak butuh dikasihani, aku masih mampu menghidupi kebutuhanku," kata Gladys menegaskan.Dia tidak mau, ketergantungan pada Arnesh. Terlebih dia wanita beristri, Gladys hanya memikirkan cara agar bisa pisah dengan Arnesh. Gladys tidak menginginkan pernikahan ini.Arnesh menghela napas gusar jika Gladys selalu saja salah menangkap maksud dan tujuannya. Sebagai suami, Arnesh hanya ingin memberikan pelayanan terbaik untuk istri dan juga anaknya."Kamu selalu berpikir aku kasihan padamu, ya? Apa aku kelihat
Read more

Bab 29. Ngidam Sesuatu

Aktivitas mereka terhenti, saling menatap satu sama lain. Daniel membelai wajah paripurna Livya yang terdiam ketika dia mengutarakan keinginannya. Ini sulit, tapi Daniel sangat mencintai Livya.Livya mematung, dia mendorong tubuh Daniel hingga terbaring di samping. Livya menarik selimut, menahan bibirnya yang bergetar."Nggak segampang itu, Dan. Aku ... mencintai Mas Arnesh, dia suamiku. Aku ingin mempertahankan rumah tanggaku," ungkap Livya disela-sela isakan tangisnya.Di belakang tubuh Livya, Daniel mendesah kecewa. Keinginannya memiliki Livya hanya sia-sia. Tapi ia tidak mau egois, begini saja Daniel bahagia.Daniel melingkarkan tangan ke perut Livya, mencari kenyamanan meski tidur di ranjang yang sudah berantakan."Kita benar-benar nggak bisa bersama, ya, Sayang? Sampai kapan kita akan seperti ini?" tanya Daniel, meminta jawaban.Salahnya, menaruh hati pada wanita yang sudah mengisi hatinya selama beberapa tahun ini dan nekat memacari wanita bersuami.Livya menggigit selimut, dil
Read more

Bab 30. Melihat Gladys Jualan

Arnesh membuka pintu rumahnya ketika dia sudah kembali pada malam harinya. Sayang seribu sayang, Gladys tidak menuruti keinginannya. Tentu saja, mustahil sekali jika Gladys mau dipeluk olehnya, menatap saja enggan.Suara teriakan heboh begitu memekakkan, menghibur jiwa-jiwa lesu Arnesh saat melihat sahabatnya tengan main PS, kebiasaan dia, sering bermain game."Lo udah balik, Ar?" tanya Daniel, tanpa mengalihkan atensi dari layar TV. Bermain tinju di sana."Hmmm, berisik sekali suaramu, Dan. Untung saja komplek sini hidup individu, jadi nggak akan khawatir bakalan didemo," ujar Arnesh, menghempaskan bokong di sofa empuk.Yang diberi wejangan malah menyengir tanpa dosa, masih fokus pada kegiatannya."Mau main juga nggak lo? Suntuk gue, pinjem PS-nya, ya," kata Daniel, menyerahkan satu remote pada Arnesh.Tapi Arnesh sudah kantuk, biarlah dia bermain dahulu, agar tak terlalu penat."Gue main bentar," kata Arnesh, mulai bergabung dengan Daniel yang bertambah semangat karena ada lawan mai
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status