Semua Bab Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan : Bab 41 - Bab 50

80 Bab

Bab 41.

Arnesh mengekori tubuh Gladys yang menghindari dirinya, dia menarik dan menahan pergelangan tangan sang istri lalu mendorongnya ke tembok dengan hati-hati.Gladys memberontak, sayangnya Arnesh malah mengunci pergerakan tangannya."Lepas, Pak Arnesh! Anda mau apa datang ke sini? Mau bersikap sok pahlawan, iya?" desis Gladys, begitu jengkel ketika kehadiran Arnesh saat banyak orang yang melihat.Ia tidak ingin, orang-orang curiga karena dirinya kedatangan pria. "Kenapa kamu nggak bilang kepadaku sih kalau butuh sesuatu?" tanya Arnesh."Sudah aku bilang, aku nggak butuh bantuan anda! Minggir, nggak!" Tangan Arnesh di samping kepala Gladys. Tatapan seolah menerkam, karena sang istri sulit sekali dijinakkan.Andai dia tidak datang, mungkin Arnesh tidak akan tahu, betapa kasarnya pemilik kontrakan itu pada istrinya. Kesal? Jangan ditanya, rasanya ia ingin memberikan pelajaran karena sudah keterlaluan."Diem bisa nggak sih? Lagi sakit masih saja keras kepala. Ayahku ingin bertemu denganmu,"
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-26
Baca selengkapnya

Bab 42.

Menjelang 1 hari pernikahan. Ghani tak henti-hentinya memikirkan Gladys, wanita pujaan hati yang mustahil untuk ia miliki. Apalagi besok, dia akan menyelenggarakan pernikahan dan menjadi suami orang lain.Dia belum siap, karena hatinya masih tentang Gladys. Ghani penasaran, sedang apa Gladys sekarang?"Mustahil bagiku untuk memilikimu, Glad. Haruskah aku mengungkapkan isi hatiku agar kamu tahu?" gumam Ghani, bermonolog sendiri.Selagi tidak ada orang di rumahnya, Ghani langsung memakai sandal untuk pergi ke kediaman Gladys. Semoga saja gadis itu belum tidur.Ia mengetuk pintu dan menunggu, sampai kontrakan itu terbuka dan menampilkan Gladys yang sangat sederhana dengan penampilan rumahannya."Udah aku bilang, Mas Ghani jangan datang sembarangan saat malam. Apalagi besok Mas Ghani akan menikah, aku nggak mau dikataki yang bukan-bukan." Gladys langsung memberikan penegasan.Lelaki tersebut tampak muram, menilik pada Gladys yang memperlihatkan wajah datar."Aku ingin menyampaikan sesuatu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-04
Baca selengkapnya

Bab 43.

Di bawah teriknya sinar matahari siang ini, Gladys terus berjalan ke tempat satu sampai ke tempat lainnya, untuk menawarkan dagangannya agar banyak yang membeli.Dengan berpeluhkan keringat, wanita yang tengah hamil itu sesekali mengusap wajahnya karena panas dan lelah. Sesekali berhenti, tatkala tangannya berdenyut nyeri.Ia menunduk, memandangi dagangannya yang masih tersisa dan harus disetorkan sore harinya. "Semoga saja dagangnya laku, supaya aku bisa ada simpanan uang supaya bisa memeriksa kandungan," gumam Gladys, mengusap perutnya yang tertutup hoddie.Sengaja ia memakai pakaian tebal, agar orang-orang tidak tahu soal kehamilan. Dia tidak ingin, rahasinya terbongkar.Selamang menit berikutnya, Gladys melanjutkan berjualan sampai ke berbagai daerah sekitar. Lumayan jauh jarak yang harus ia tempuh.Gladys berhenti, di tengah banyaknya orang-orang kampung yang sedang mengobrol."Gorenganya, Pak, Bu ... mumpung masih ada," ujar Gladys, menawarkan pada orang dengan begitu ramah.Pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-05
Baca selengkapnya

Bab 44.

Di Rumah Sakit. Usai melakukan pemeriksaan terhadap pasien, kini jam sudah menunjukkan waktu istirahat. Sindrom couvade yang Dokter Arnesh alami masih terasa, meski tidak separah sebelumnya.Dia berjalan beriringan bersama dr. Aulia menuju kantin. Mengobrol masalah pekerjaan dan juga ngobrol santai.Dr. Arnesh hanya bisa menahan rasa mual, karena ingin memuntahkan isi perutnya. Untungnya, mulutnya tertutup masker."Anda kenapa, Dok?" tanya dr. Aulia, melihat dr. Arnesh yang dirasa aneh gelagatnya akhir-akhir ini."Tidak papa, hanya mual saja," jawab dr. Arnesh beralibi.Mengetahui jika Livya sedang mengandung, dr. Aulia tentu tahu jika gejala kehamilan juga bisa dialami oleh laki-laki. Mungkin saja Arnesh sedang mengalami ini.Dibalik maskernya, dr. Aulia mengulum senyum. Bisa dilihat dari matanya yang menyipit saat sedang tersenyum."Ngalamin sindrom couvade, ya, Dok? Cie-cie, perhatian banget jadi suami." Dr. Aulia terus menggoda."Ah, iya kali. Seperti begitu, Dok."Kendatipun Livy
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-06
Baca selengkapnya

Bab 45.

Tangan kokoh dan besar itu terulur, membelai lembut serta mengusap cairan bening yang mengalir di pipi Livya. Kemarahan Daniel melunak, kesedihan Livya adalah kelemahannya.Hanya saja, Daniel kehilangan kontrol karena Livya menghindarinya saat dia ingin bersama dengan wanita itu."Anak siapa pun nantinya, aku hanya berharap anak itu lahir dengan keadaan sehat. Maafkan aku udah bentak kamu, Sayang," ujar Daniel dengan lirih.Menyudutkan Livya ke tembok dan mengungkung tubuhnya, Daniel mencondongkan wajah dan menyatukan kening keduanya dengan hembusan napaa berat.Jari Livya menahan dada bidang Daniel dan mengusapnya. "Nggak papa, maafin aku juga. Aku lagi agak sensi saat kehamilan ini, aku harap kamu memaklumi."Pria di hadapannya itu hanya mengangguk, karena tahu jika wanita yang sedang menikah mempunyai perasaan yang berubah-ubah dan cenderung sensitif."Senyum dong, aku paling nggak bisa lihat kamu sedih. Meskipun kesedihan kamu itu karena aku." Tubuh Daniel lebih menunduk ke bawah,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

Bab 46.

Selama kurang lebih 1 jam lamanya menunggu kabar. Dokter spesialis ortipredi keluar, untuk memberitahukan kepada keluarga tentang kondisi pasien.Dokter berusia itu berhadapan langsung dengan dr. Arnesh yang kacau balau, mengetahui jika pasien yang ia tangani adalah pemilik Rumah Sakit ini."Bagaimana keadaan Papa saya, Dok?" tanya dr. Arnesh dengan cepat.Dr. Gio menghela napas, agak kewalahan selama menangani pasien yang jatuh dari ketinggian itu. Beruntung segera dibawa ke Rumah Sakit, sehingga Papa Wandi masih bisa tertolong."Keadaan ayah anda dinyatakan kritis, Dok. Karena Pak Wandi mengalami luka-luka serius di beberapa tubuh. Akibat benturan di bagian kepala, ayah anda mengalami pendarahan. Untuk tulang kaki dan tangan mengalami keretakan, bisa dipastikan jika Pak Wandi harus menjalani perawatan untuk waktu yang lama guna melihat perkembangan kesembuhannya," papar dr. Gio pada keluarga pasien."Lakukan yang terbaik untuk ayah saya, Dok. Aku percayakan padamu," ucap dr. Arnesh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-09
Baca selengkapnya

Bab 47.

Karena Papa Wandi sudah dipindahkan ke ruangan VVIP, Arnesh mengantar Livya untuk ke rumah. Karena wanita itu sedang hamil muda, diharuskan tidak boleh kecapean dan banyak istirahat.Langkah Arnesh begitu lunglai, sesampainya di depan tangga. Ia menghela napas lelah.Livya hanya diam, tidak banyak bersuara sejak ayah mertuanya selamat. Dia takut, rahasia besarnya akan terbongkar."Kamu istirahat dulu aja, Mas. Seharian kerja dan jagain Papa pasti cape, 'kan?" kata Livya, membuka pintu kamarnya.Mata hitam legam Arnesh lurus ke depan, tepatnya ke arah ranjang kamar yang berantakan. "Selama berumah tangga denganmu, pertama kalinya aku melihat ranjang berantakan seperti ini."Diam-diam Livya merutuki kebodohannya, sudah teledor karena dilanda panik saat siang tadi. Livya lupa, tidak membereskan ranjangnya seusai bercumbu dengan Daniel."O-oh ... aku lupa beresin, Mas. Gih mandi dulu. Aku mau beresin kamar, sekalian nyiapin baju kamu," ujar Livya sedikit tergagap.Daripada nantinya Arnesh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-12
Baca selengkapnya

Bab 48.

Arnesh tak bisa tidur sepanjang malam, karena terus kepikiran ayahnya. Mungkin besok saja dia kembali ke Rumah Sakit, sekalian bertugas. Dia memiringkan badan, menghadap pada Gladys yang tertidur pulas di sampingnya.Setiap kali memperhatikan Gladys, Arnesh selalu saja terpaku pada wajah gadis cantik itu. Bulu matanya lentik, hidung mancung dan bibir merah alaminya membuat naluri Arnesh ingin menyentuhnya."Mungkinkah aku jatuh cinta padamu, Glad? Tapi ... gimana bisa? Livya saja tak mampu mendapatkan cintaku. Kurasa, hatiku malah berlabuh pada kamu," gumam Arnesh.Selagi Gladys masih di alam mimpinya. Telunjuk Arnesh menggulung rambut panjang Gladys yang digerai. Mata hitamnya menatap bibir merah itu.Jakunnya berubah naik-turun, ia menelan saliva. Mulai ada keinginan untuk menyosor ke daerah sana. Sebelum Gladys tidur, Arnesh mencuri ciuman di bibir ranum Gladys.Waktu terus bergulir tanpa henti, seakan semesta tak mengizinkan Arnesh berlama-lama diam di sini. Arnesh melingkarkan ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-13
Baca selengkapnya

Bab 49.

Dr. Gio datang beserta perawat yang selalu membantunya, untuk memeriksa keadaan Papa Wandi. Dokter berusia matang itu sibuk dengan tugasnya.Sementara Livya dan Mama Linda hanya bisa diam, keduanya hanya bisa menyimak seiring berjalannya pemeriksaan.'Duh, kok aku jadi takut si tua itu sadar,' batin Livya. Keringat dingin membasahi wajahnya, ia meremas tas miliknya.Di samping menantunya, Mama Linda menukik alisnya melihat peluh sebiji jagung membasahi kening Livya."Kenapa, Sayang? Kok kamu keringetan begini, kamu sakit, Nak?" Mama Linda bertanya khawatir, lalu mengusap kening basah Livya yang seperti sedang tak baik-baik saja.Livya terhenyak, kemudian menggelengkan kepalanya. "Eh, nggak kok, Ma ... cuma gerah aja ini.""Oh, kirain Mama kenapa."Mulut Mama Linda membulat seraya mengangguk-anggukan kepala. Ditakutkan terjadi sesuatu pada Livya karena memikirkan Arnesh yang entah kemana perginya anak semata wayangnya itu.Ceklek.Pintu ruangan dibuka, menampilkan dr. Arnesh yang sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-14
Baca selengkapnya

Bab 50.

Ghani bersiap-siap berangkat kerja hari ini, dibantu oleh Hanggini yang cekatan mengurus keperluannya sejak resmi menyandang status sebagai istri.Ia menunduk, menatap Hanggini yang sedang memakaikan dasi, dengan kebisuasannya setelah masalah tadi.Helaan napas Ghani keluarkan, jemari itu ia bawa untuk mengusap pinggang sang istri."Kamu masih marah soal tadi, Gin?" Ghani bertanya hati-hati.Hanggini bungkam, menyelesaikan pekerjaannya dahulu."Hanggini, jangan diperbesar dong. Aku 'kan udah bilang kalau itu nggak sengaja, aku refleks doang tadi," panggilnya. Mengimbangi langkah Hanggini, sang istri menjauh pergi memasuki kamarnya.Kesal jika Hanggini tak mendengarkan, Ghani mencengkram pergelangan tangan Hanggini."Akh! Sakit, Mas!" Hanggini mengeluh kesakitan.Rasa nyeri dan panas menjalar, akibat cengkraman yang Ghani berikan. Terlebih, mata hitamnya menatapnya dengan tatapan nyalang."Aku nggak mau ibu tahu soal ini, tolong jangan menyusahkanku dengan memperbesar masalah, Gin." Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status