Home / Pernikahan / Wedding Chaos / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Wedding Chaos: Chapter 51 - Chapter 60

148 Chapters

51. Pacaran Ala Salsabila dan Alan

"Aku tahu sulit untuk mempercayaiku, Sa. Wajar untuk itu. Hanya saja aku tidak suka kamu merendahkan diri kamu seperti ini. Kamu jauh lebih berharga dari perkiraanmu. Dan untuk semua ucapanku, izinkan aku untuk menunjukkan kesungguhanku. Berikan kesempatan untuk kita, Sa. Bagaimana?" "Kesempatan?" gumam Salsabila masih sedikit ragu."Kita coba serius dengan hubungan ini, Sa. Sebelumnya aku pikir kita sangatlah berbeda kepribadian, hanya saja semalam aku menyadari kita memiliki kecocokan. Setidaknya kecocokan di atas ranjang bisa diperhitungkan, Sa."Salsabila berdecak gemas dan menyingkirkan tangannya. Bisa-bisanya Alan membicarakan hal setabu itu di ruang keluarga. Bagaimanapun Salsabila khawatir pembantu mereka bisa mendengarnya. Tetapi bukannya marah, Alan malah tergelak."Kamu seharusnya tertawa atau tersenyum malu kalau aku menggodamu seperti barusan, Sa. Lesung pipi kamu itu bikin lengkungan bibirmu makin cantik," goda Alan kembali.
Read more

52. Sore yang Indah

Salsabila mengikuti ide Alan untuk check in beberapa jam di hotel, Salsabila memang sangat butuh istirahat meski hanya beberapa menit saja. Kesibukannya akhir-akhir ini begitu menyita waktunya. Dan tentu saja menyita perhatiannya kepada Alan. Jadi demi membuat Alan senang, Salsabila mengikuti saran pria itu untuk istirahat di hotel."Check in dua jam kenapa ambil yang deluxe, Mas? Pemborosan banget itu namanya," omel Salsabila ketika tahu kamar yang Alan sewa. Padahal bagi Salsabila kamar sederhana saja sudah cukup apalagi kalau hanya ingin dipakai istirahat barang beberapa jam saja.Alan tersenyum lebar. "Barangkali kamu mau mau memperpanjang nginapnya di sini, 'kan kita akan tetap nyaman, Sa," goda Alan kemudian.Salsabila langsung mundur selangkah dengan wajah yang kembali memerah. "Tadi janjinya tidak akan—""Iya, aku tahu kok, Sa." Alan mengatakan kalimat itu sembari tertawa dan menggandeng tangan Salsabila untuk memasuki kamar yang sudah Ala
Read more

53. Kesibukan Tak Menghalangi Kebahagiaan

Launching produk dari brand baru yang sudah berbulan-bulan ini yang menyita perhatian Salsabila sudah semakin dekat. Ya, akhirnya Salsabila tidak lama lagi akan melihat garis finishnya. Jika ditanya apa istimewanya brand baru itu untuk Salsabila, ia hanya akan menjawab ya istimewa dan sangat berarti. Semua desain yang dipilih adalah Salsabila yang mewakili. Semua sisi anggung, feminin, chic, fearless, dan lain sebagainya. Salsabila menganggap kalau itu adalah proyek narsisnya."So, tell me Salsa, ayo ceritakan istimewanya desain-desain yang kamu pilih ini?" tanya Alexa kemudian.Adik iparnya itu kali ini sedang mewawancarai untuk isi press release acara meluncurkan produk mereka yang digadang-gadang akan menuai kesuksesan. Press release sendiri harus diisikan garis besar mengenai produk mereka untuk kemudian diserahkan kepada media yang meliput acara yang akan diselenggarakan itu. Press release juga akan dijadikan panduan penulisan berita."As i know, semu
Read more

54. Bertemu Mantan

Pesawat Alan landing di bandara dengan selamat pukul sembilan pagi. Sebelum meninggalkan bandara, Erika, sekretarisnya itu meminta waktu untuk ke toilet sebentar. Alan tentu saja mengizinkan dan melayangkan pandangan ke media reklame di sekitarnya yang memuat berbagai jenis iklan untuk membunuh waktu. Iklan di situ didominasi oleh iklan asuransi jiwa, dari sisi analisa Alan ini sedikit mengerikan. Iklan itu seperti mengingatkan bahwa terbang dengan pesawat bisa sangat membahayakan dan memiliki asuransi jiwa adalah pilihan terbaik. Padahal mau berkendara apapun selalu ada resikonya bukan?Di tengah pengamatan Alan, tatapan matanya seketika tertuju kepada seseorang yang tidak asing. Seorang wanita dengan bocah berumur lima tahun dalam gendongannya. Wanita itu sedang mengenakan dress floral yang sangat pas melekat di tubuhnya, lengkap dengan rambut pendeknya. Seingat Alan, wanita itu tidak pernah memotong rambutnya jadi sependek itu. Wanita itu masih sama seperti beberapa bula
Read more

55. Permintaan Tinggal Sekamar

Alan sekarang punya hobi baru. Mengerjai Salsabila. Benar-benar menggodanya sampai wanita itu jadi kesal. Seperti sekarang, bisa-bisanya Alan mengatakan sedang menghabiskan waktu dengan seorang perempuan di Kalimantan. Salsabila langsung merasa marah dan putus asa, bahkan Alan berniat menunjukan foto itu kepada Salsabila. Pasti wanita itu sangat mengesankan bagi Alan sampai fotonya dijadikan wallpaper utama di layar ponselnya. Tetapi Salsabila tidak lagi marah, justru tersipu malu karena ternyata wanita yang dimaksud adalah gambar Salsabila sendiri yang diambil diam-diam oleh suaminya tersebut."Handphoneku 'kan aku bawa kemana-mana, Sa. Artinya kamu aku bawa kemana-mana juga, bukan?" Nada suara Alan masih terdengar begitu jahil."Iya, tetapi aku pikir—"Lagi! Tiba-tiba saja Alan kembali mengecup bibir Salsabila.Alan tersenyum lebar. "Senang juga kamu bisa cemburu, Sa. Sekali-kali jangan cuma aku yang pusing mikir yang aneh-aneh soal kamu."
Read more

56. Kamu Itu Spesial

Karena permintaan Alan untuk membantunya mengenakan dasi, Salsabila bangkit dari kursi meja riasnya dan mulai memasangkan simpul dasi itu serapi mungkin. Selagi Salsabila berkonsentrasi memasangkan dasi di leher Alan, tangan pria itu malah menarik pinggang Salsabila merapat ke tubuhnya."Mas," tanya Salsabila sembari sekilas melirik mata suaminya yang berada di atasnya."Hm?"Salsabila berdehem. "Boleh aku tanya sesuatu?"Alan mengangguk pelan. "Silakan."Salsabila mengembuskan napas pelan dan kembali mendongak. "Apa yang Mas Alan lihat dariku? Aku tidak secantik seperti Meira, atau mantan-mantan Mas Alan yang dahu—""Sa," potong Alan cepat.Salsabila kembali menunduk dan menatap simpul dasi yang ia buat di leher Alan."Kamu memang tidak seperti siapapun. Kamu ya kamu. Kenapa kamu terus-terusan membandingkan dirimu dengan wanita yang lainnya?"Simpul dasinya telah Salsabila buat. Salsabila mengambil sat
Read more

57. Rasa Penasaran

Di tengah rasa penasaran Salsabila tentang pembicaraan Alan dan ketiga sahabatnya itu, Rangga datang dan mengagetkan Salsabila. Rangga tentu saja juga memberi ucapan selamat untuk Salsabila, mereka lalu mengobrol singkat."Bagaimana rasanya sudah launch produk narsis kamu itu? Menyenangkan?" tanya Rangga kembali.Salsabila mencebik disusul oleh suara kekehan. "Tentu saja. Lega juga. Terima kasih untuk kerja keras kamu dan tim yang lainnya.""My pleasure. Tetapi bukan berarti setelah ini kita lost contact bukan? Saya masih bisa jadi teman Mbak Salsa 'kan?"Salsabila mengangguk pelan. "Tentu saja. Kita masih bisa berteman, Rangga. Kenapa?"Rangga malah terkekeh. "Ya, jangan sampai, Mbak. Dahulu alasan pertemanan kita bisa berhasil karena dengan profesional kerja. Habis project, harus sudah benar-benar teman, Mbak. Yakin kita masih bisa berteman 'kan, Mbak?""Iya, Rangga," ujar Salsabila separuh malas.Alan berujar dengan a
Read more

58. Mencoba Saling Terbuka

Karena Alan yang terus merengek untuk mampir ke Mcd, mau tidak mau Salsabila akhirnya menuruti kemauan pria itu. Bahkan suaminya itu kelihatan senang ketika Salsabila mengizinkannya membelokkan mobil ke Mcd itu. Mereka kemudian memilih dine-in dan memesan beberapa makanan sebagai pengganjal perut lebar Alan. Salsabila tidak terlalu lapar, berhubung karena dia sudah makan di pesta tadi, jadi Salsabila hanya memesan kentang goreng dan cola. Tetapi ternyata pria itu tidak mau makan sendiri, jadilah Alan menyuapi Salsabila ayam yang dipotongnya."Sa, kita kan pacaran, tetapi jujur saja aku merasa kita kurang terbuka mengenai diti kita ke satu sama lain. Apa kamu juga merasa seperti itu?"Salsabila seketika menghentikan kunyahan ayam di dalam mulutnya dan mulai menyimak maksud dari pertanyaan Alan.Alan kembali menatap mata Salsabila dengan lekat, kemudian kembali melanjutkan perkataannya. "Maksud aku, sudah waktunya kita lebih terbuka, Sa. Mengenai hal-hal yan
Read more

59. Uneg-uneg Masa Lalu

"Ceritakan semua tentang hubungan Mas Alan dengan Meira."Alan seketika tersentak mendengar nama Meira disebut. Meira. Mendadak Alan pusing mendengar nama itu sekarang."Tidak," jawab Alan dengan suara yang kini berubah datar, tidak ada lagi kelembutan di dalam suaranya. Salsabila mengangkat kedua alisnya. "Kenapa? Apa alasannya kenapa aku tidak boleh mengetahui tentang mantan kamu itu, Mas?"Alan tahu suatu saat nanti Salsabila akan ingin tahu secara detail mengenai hubungannya dengan Meira menurut versinya sendiri dan bukan dari informannya. Alan mulai menyesal mengusulkan agar mereka saling terbuka. Bukannya tidak mau, hanya saja Alan masih belum siap mengatakan semuanya."Apa boleh aku tidak usah menceritakan tentang Meira dulu?""Kenapa?" Nada suara Salsabila meninggi, membuat Alan sedikit tersentak mendengarnya. Istrinya itu pasti marah karena Alan tidak mau menceritakan tentang hubungannya dengan Meira.
Read more

60. Jangan Menyerah

Sampai mati pun Salsabila tidak bisa melupakan malam itu. Malam di mana Alan memberikan trauma yang sangat menakutkan untuk Salsabila. Alan tidak hanya berlaku brengsek, tetapi pria itu juga menyakiti hati Salsabila dengan menyebut wanita lain setelah merenggut kenikmatan darinya."Bagaimana bisa aku tidak muak dengan seseorang yang menyebut nama wanita lain sembari memelukku?" Salsabila meringis dengan pelan. Seakan kembali ke situasi malam itu, begitu menyakitkan dan menyedihkan untuk Salsabila tanggung sendiri."Malam itu runtuh sudah pertahanan hatiku, Mas. Aku hancur. Aku memilih mengabaikan dan menghindarimu karena takut mendengar kata maafmu. Aku tahu begitu mendengar kata permintaan maaf kamu, aku pasti akan kembali membuka hatiku untuk kamu. Aku bisa sakit lagi. Bisa hancur lagi. Itu semua semakin menerangkan di hatimu cuma ada wanita itu, dan aku hanya sebuah kesalahan buat kamu."Alan merasa jantungnya sedang tertusuk, dan hatinya menganga lebar
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status