Sampai mati pun Salsabila tidak bisa melupakan malam itu. Malam di mana Alan memberikan trauma yang sangat menakutkan untuk Salsabila. Alan tidak hanya berlaku brengsek, tetapi pria itu juga menyakiti hati Salsabila dengan menyebut wanita lain setelah merenggut kenikmatan darinya.
"Bagaimana bisa aku tidak muak dengan seseorang yang menyebut nama wanita lain sembari memelukku?" Salsabila meringis dengan pelan. Seakan kembali ke situasi malam itu, begitu menyakitkan dan menyedihkan untuk Salsabila tanggung sendiri."Malam itu runtuh sudah pertahanan hatiku, Mas. Aku hancur. Aku memilih mengabaikan dan menghindarimu karena takut mendengar kata maafmu. Aku tahu begitu mendengar kata permintaan maaf kamu, aku pasti akan kembali membuka hatiku untuk kamu. Aku bisa sakit lagi. Bisa hancur lagi. Itu semua semakin menerangkan di hatimu cuma ada wanita itu, dan aku hanya sebuah kesalahan buat kamu."Alan merasa jantungnya sedang tertusuk, dan hatinya menganga lebar"Auhh …" keluh Salsabila meringis sambil menggosok pinggulnya, di mana letak rasa sakit itu muncul."Sakit, ya? Maa—" Alan mendengkus sendiri karena kembali ingin mengutarakan kata maaf. Entah sudah berapa kali dalam satu waktu ini Alan mengatakan maaf.Salsabila meringis dan mengambil telapak tangan Alan yang kasar agar mengusap pinggulnya yang kesakitan.Tadi Salsabila berniat sedikit menggodanya dengan memberinya kecupan lembut di bibir. Tetapi lagi dan lagi malah kebablasan. Entah siapa yang memulai tiba-tiba saja mereka berdua sudah saling menanggalkan baju. Semua baju itu bergumul di lantai saat keduanya ya … begitulah. Dan insiden itu pun terjadi. Ini semua karena gara-gara Alan.Alan kembali bersuara dengan malu-malu. "Seharusnya aku tadi tidak gendong dan dudukin kamu di atas nakas itu." Alan melirik nakas di ranjang mereka. "Nakas itu ketinggian. Pinggul kamu malah kepentok jadinya."Salsabila menghela napas pelan. "Iya, kamu si
Kata Daniel, Devano anak Meira itu terkena kanker sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang Meira tidak cocok dengan sumsum tulang belakang Devano, sehingga bisa dipastikan ayah anak itulah yang cocok. Tetapi kata Daniel kembali, mantan suami dari Meira tidak mau membantu anaknya sendiri, bahkan setelah Meira datang memohon-mohon ayah anak itu sama sekali tidak mau diajak bekerja sama dan tidak mau menolong anaknya sendiri."Bangsat!" umpat Alan kasar setelah mendengar penuturan Daniel bahwa betapa kejamnya mantan suami Meira itu. Bahkan anak sendiri yang sedang sekarat tidak mau ditolongnya.Daniel kembali menghela napas. "Meira sekarang sendiri. Dia banting tulang untuk mencari pendonor untuk anaknya. Bahkan jauh-jauh pergi ke Singapura tetapi hasilnya masih nihil.""Lalu aku harus membantunya yang seperti apa, Daniel?" tanya Alan, sesungguhnya Alan sangat ingin membantu tetapi ia tidak tahu mulai dari mana. Karena meskipun begitu, Alan sudah punya
Langkah awal membantu Meira adalah mempelajari kasusnya dahulu. Sudah beberapa hari ini Alan mencoba menghubungi dokter kenalannya untuk membantu mencarikan pendonor yang tepat, bukan hanya itu Dewa yang notabene-nya adalah seorang dokter juga banyak membantu menghubungi kenalan sesama profesinya.Tetapi meskipun begitu, Alan juga sudah punya rencana lain. Jangan sampai dia tidak berhasil mendapatkan pendonor yang tepat, berarti ayah dari Devano atau mantan suami Meira itu harus tetap dilibatkan, kalau pria itu masih menolak, Alan akan melakukan dengan cara paksaan. Beberapa hari ini Alan sudah mencoba mencari informasi mengenai kehidupan pribadi Rian, mantan suami Meira. Sayangnya tidak banyak celah di bisnis Rian yang bisa Alan masuki, adapun harus sedikit memaksa. Tetapi demi kesembuhan Devano, Alan tetap akan mencobanya."Jadi bagaimana?" tanya Daniel begitu antusias."Aku berencana menukar kesembuhan Devano dengan bisnis."Daniel mengangkat k
Pikiran tentang malam di mana ia melihat Alan dan ketiga sahabatnya mengobrol dengan serius terus-menerus mengganggu fokus Salsabila, sampai Alan pun menyadarinya kegelisahan yang dirasakan oleh Salsabila."Kamu kenapa, Sa? Akhir-akhir ini banyak melamun?" tanya Alan seketika.Salsabila kemudian menatap pohon natal yang menjulang tinggi di hadapannya. Alan ternyata benar, menikmati pohon natal selagi duduk diatas karpet seperti sekarang ini memang akan lebih menyenangkan."Mas, waktu di pesta launching brand baru, aku melihat Mas Alan dan teman-teman Mas mengobrol dan kelihatan tegang banget. Apa … ada masalah?""Oh itu …." Alan seperti baru teringat akan kejadian malam itu. "Investasi kami gagal, Sa." Alan meringis sembari menggaruk tengkuknya."Investasi?" tanya Salsabila heran, pasalnya Alan tidak pernah bercerita tentang masalah investasi kepadanya.Alan kembali mengangguk pelan. "Iya, kami berempat coba buat investasi bareng
Salsabila tidak pernah menyangka kalau Alan akan kembali berbohong kepadanya. Jelas-jelas suaminya itu sedang makan siang dengan mantan tersayang, tetapi malah berkata kalau sedang makan siang dengan kliennya. Sungguh Salsabila sangat membenci Alan yang sedang makan siang dengan Meira, di restoran yang sama tempatnya makan siang.Salsabila masih tetap terdiam dan mengamati mereka dari kejauhan. Ada bimbang di hati Salsabila antara bergerak menjauh atau menghampiri meja mereka. Tetapi untuk apa Salsabila mendatangi meja mereka? Untuk marah-marah? Meneriaki wanita itu pelakor? Menuduh Alan tengah berbohong kepadanya? Banyak pertanyaan yang terus mengganggu Salsabila.Pertanyaan-pertanyaan itu terus menerus menghantui Salsabila. Tetapi meskipun begitu, belum ada bukti yang akurat. Mereka jelas hanya duduk dan mengobrol tanpa kontak fisik apapun. Lagipula di sana juga ada Daniel. Di tengah keraguan itu, tiba-tiba dering ponsel Salsabila berbunyi, membuat Salsabila seg
"Rian sudah beberapa kali mengancam aku untuk mengambil Devano kalau sampai aku tidak becus merawatnya. Dan sudah dipastikan Rian akan mengambil Devano kalau ia sampai tahu. Makanya aku merahasiakan semuanya dari pria itu."Meira mengatakan alasannya kenapa tidak ingin memberitahu Rian tentang keadaan Devano, ternyata wanita itu sengaja karena punya alasannya sendiri. Bukannya Alan menyetujui cara Meira, hanya saja Alan juga sedikit mengerti akan ketakutan wanita itu."Tetapi Daniel bilang bahwa—"Meira menggeleng sembari menyeka air matanya lagi. "Daniel itu cuma menerka. Aku bahkan tidak pernah bercerita secara gamblang padanya karena tak ingin Daniel khawatir."Meira kemudian beralih menatap Daniel yang terlihat sama kagetnya dengan Alan setelah mendengar cerita versi Meira tersebut."Bagaimanapun kamu sekarang sudah berumah tangga, tidak mungkin lagi menjadi pelindung dan penolongku secara terus-menerus bukan?"Sepertinya Mei
"Aku merasa kompetitorku sudah muncul. Nyata di depan mata.""Oh iya, brand apa?" Tentu saja Alan mengira Salsabila masih membicarakan soal sepatu. Padahal Salsabila sedang membicarakan kompetitor untuk hubungan mereka, Meira. "Banyak," jawab Salsabila sembarangan.Setelah suapan terakhir, Alan membantu Salsabila minum air putih. Setelahnya lagi, Alan kembali meraih jemari istrinya itu dan mengumpulkannya di tangannya."Kamu tahu nilai plus brand kamu itu, Sa. Jadi kamu hanya perlu menguatkan aspek itu sembari memperbaiki negatifnya. Jangan terus-menerus berfokus pada negatifnya saja, nanti capek sendiri—"Alan terus berceloteh mengenai kelas bisnis ini. Sedangkan Salsabila terus menatap mata Alan dan berusaha mencari apapun yang bisa menghibur hatinya. Tetapi tidak ada. Salsabila hanya melihat cerminan dirinya yang hancur di sana."Mas," potong Salsabila begitu tiba-tiba. "I–iya?" tanya Alan tergagap. Pria
Alan tidak menyangka kalau alasan kemarahan Salsabila adalah Meira, alasan kenapa istrinya itu tiba-tiba minta putus ternyata karena telah salah paham pada pertemuannya dengan Meira siang itu. Salah Alan sendiri yang tidak memberitahu Salsabila, sampai sebuah kesalahpahaman malah terbentuk seperti ini."Apa ini tentang Meira? Kamu bertemu dengan Meira?" Terlihat jelas kalau Alan itu sangat kaget dengan persepsinya sendiri. Jadi memang benar, Alan memang sedang menyembunyikan sesuatu darinya."Iya, aku melihatnya. Kalian telah kembali bersama, kau memilih cinta sejatimu itu dibanding aku.""Astaga, Sa," ujar Alan frustasi. "Ayolah, Sa. Kita harus membahas ini, aku tidak akan keberatan. Tetapi tolong jangan dengarkan dari mulut orang lain, jangan percaya kepada informan payahmu itu."Salsabila menggerutu dalam hati, informan yang payah? Apa mata kepala Salsabila sendiri sudah terlihat payah?Salsabila kembali menghela napas dengan kasar. "A
“Karena hanya kamu yang termasuk dari semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa
"Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti
Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka
“Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.
Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem
Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala
“Kok Mommy tidak dicium, Daddy?”Salsabila menegang di tempat, begitupun dengan Alan, terlihat jelas dari wajahnya. Memang benar, mereka masih dekat sebagai partner menjaga si kembar seperti janjinya dahulu sebelum berpisah, tetapi untuk melakukan sesuatu yang intim, meskipun hanya sekedar kecupan, itu sudah menjadi sangat haram bagi hubungan mereka. Tetapi kedua putranya itu sepertinya masih belum mengerti akan hubungan orang tuanya, terkadang dia berceloteh dengan polosnya seperti, ‘kenapa Daddy Lan tidak tidur di kamar ini?’ dan pertanyaan yang lebih parah adalah ‘kenapa Daddy Lan tidak pernah mencium dan memeluk Mommy, padahal temanku pernah bercerita kalau orang tuanya sering melakukan hal tersebut.’Entah siapa yang mengotori otak polos kedua putranya itu, yang pasti Edward dan Erland sangat sering mendesak Alan untuk menciumnya, seperti sekarang ini. kemarin-kemarin Salsabila dan Alan berhasil berkelik, tetapi sepertinya hari ini bukan hari keberun
Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsabila akan kelimpungan sendiri menghadapi pagi harinya. Seperti pagi ini, Salsabila sudah sibuk bolak-balik mengecek penampilannya sendiri. Hari ini dia memilih blouse putih, celana panjang berwarna krem dan heels hitam. Oke, sempurna. Lalu, sembari berjalan, ia sedang memasang anting di telinga kanan sedangkan anting yang satu masih dipegang.Namun, sesuatu mengambil perhatiannya, oh astaga … Erland!"Erland …" teriaknya menggelegar saat mendapati anak bungsunya itu sedang memanjat lemari es yang lumayan tinggi itu.Sedangkan kembarannya, Edward tengah mengabaikan keadaan sekitarnya. Bahkan tidak menyadari kalau adiknya sedang menantang maut. Anak berumur empat tahun itu masih setia bermain lego dan sesekali terdengar anak itu bersenandung kecil mengikuti opening song serial kartun di televisi yang sedang menyala.Salsabila yang melihat Erland sama sekali tidak mendengar teriakannya segera berlari, namun nahas, s
Puluhan orang lalu lalang di sekitar Salsabila. Sebagian menuju konter-konter check-in, sebagian lagi buru-buru memasuki boarding room. Raut wajah yang Salsabila lihat berbeda-beda, ada yang bersedih dan ada pula yang bahagia. Mungkin yang bersedih itu adalah orang-orang yang sedang melakukan perpisahan, sedangkan yang berbahagia tengah akan berjumpa dengan keluarga atau seseorang yang disayanginya.Meskipun begitu, segala hingar bingar yang tercipta di sekitarnya sama sekali tidak mengusik Salsabila. Perempuan itu tengah duduk di salah satu kursi tunggu, di sampingnya ada Alexa yang tengah bercanda ria dengan kedua anak kembarnya sehingga sama sekali tidak menyadari kekalutan yang dirasakan oleh Salsabila.Salsabila terus memandangi boarding pass di tangannya, tanpa sadar dia tertawa kecil tanpa tahu apa yang sebenarnya lucu hingga patut ditertawakan.Apakah, karena hari ini adalah waktunya?Tiga tahun pernikahannya selesai dengan cara seperti in