Launching produk dari brand baru yang sudah berbulan-bulan ini yang menyita perhatian Salsabila sudah semakin dekat. Ya, akhirnya Salsabila tidak lama lagi akan melihat garis finishnya. Jika ditanya apa istimewanya brand baru itu untuk Salsabila, ia hanya akan menjawab ya istimewa dan sangat berarti. Semua desain yang dipilih adalah Salsabila yang mewakili. Semua sisi anggung, feminin, chic, fearless, dan lain sebagainya. Salsabila menganggap kalau itu adalah proyek narsisnya.
"So, tell me Salsa, ayo ceritakan istimewanya desain-desain yang kamu pilih ini?" tanya Alexa kemudian.Adik iparnya itu kali ini sedang mewawancarai untuk isi press release acara meluncurkan produk mereka yang digadang-gadang akan menuai kesuksesan. Press release sendiri harus diisikan garis besar mengenai produk mereka untuk kemudian diserahkan kepada media yang meliput acara yang akan diselenggarakan itu. Press release juga akan dijadikan panduan penulisan berita."As i know, semuPesawat Alan landing di bandara dengan selamat pukul sembilan pagi. Sebelum meninggalkan bandara, Erika, sekretarisnya itu meminta waktu untuk ke toilet sebentar. Alan tentu saja mengizinkan dan melayangkan pandangan ke media reklame di sekitarnya yang memuat berbagai jenis iklan untuk membunuh waktu. Iklan di situ didominasi oleh iklan asuransi jiwa, dari sisi analisa Alan ini sedikit mengerikan. Iklan itu seperti mengingatkan bahwa terbang dengan pesawat bisa sangat membahayakan dan memiliki asuransi jiwa adalah pilihan terbaik. Padahal mau berkendara apapun selalu ada resikonya bukan?Di tengah pengamatan Alan, tatapan matanya seketika tertuju kepada seseorang yang tidak asing. Seorang wanita dengan bocah berumur lima tahun dalam gendongannya. Wanita itu sedang mengenakan dress floral yang sangat pas melekat di tubuhnya, lengkap dengan rambut pendeknya. Seingat Alan, wanita itu tidak pernah memotong rambutnya jadi sependek itu. Wanita itu masih sama seperti beberapa bula
Alan sekarang punya hobi baru. Mengerjai Salsabila. Benar-benar menggodanya sampai wanita itu jadi kesal. Seperti sekarang, bisa-bisanya Alan mengatakan sedang menghabiskan waktu dengan seorang perempuan di Kalimantan. Salsabila langsung merasa marah dan putus asa, bahkan Alan berniat menunjukan foto itu kepada Salsabila. Pasti wanita itu sangat mengesankan bagi Alan sampai fotonya dijadikan wallpaper utama di layar ponselnya. Tetapi Salsabila tidak lagi marah, justru tersipu malu karena ternyata wanita yang dimaksud adalah gambar Salsabila sendiri yang diambil diam-diam oleh suaminya tersebut."Handphoneku 'kan aku bawa kemana-mana, Sa. Artinya kamu aku bawa kemana-mana juga, bukan?" Nada suara Alan masih terdengar begitu jahil."Iya, tetapi aku pikir—"Lagi! Tiba-tiba saja Alan kembali mengecup bibir Salsabila.Alan tersenyum lebar. "Senang juga kamu bisa cemburu, Sa. Sekali-kali jangan cuma aku yang pusing mikir yang aneh-aneh soal kamu."
Karena permintaan Alan untuk membantunya mengenakan dasi, Salsabila bangkit dari kursi meja riasnya dan mulai memasangkan simpul dasi itu serapi mungkin. Selagi Salsabila berkonsentrasi memasangkan dasi di leher Alan, tangan pria itu malah menarik pinggang Salsabila merapat ke tubuhnya."Mas," tanya Salsabila sembari sekilas melirik mata suaminya yang berada di atasnya."Hm?"Salsabila berdehem. "Boleh aku tanya sesuatu?"Alan mengangguk pelan. "Silakan."Salsabila mengembuskan napas pelan dan kembali mendongak. "Apa yang Mas Alan lihat dariku? Aku tidak secantik seperti Meira, atau mantan-mantan Mas Alan yang dahu—""Sa," potong Alan cepat.Salsabila kembali menunduk dan menatap simpul dasi yang ia buat di leher Alan."Kamu memang tidak seperti siapapun. Kamu ya kamu. Kenapa kamu terus-terusan membandingkan dirimu dengan wanita yang lainnya?"Simpul dasinya telah Salsabila buat. Salsabila mengambil sat
Di tengah rasa penasaran Salsabila tentang pembicaraan Alan dan ketiga sahabatnya itu, Rangga datang dan mengagetkan Salsabila. Rangga tentu saja juga memberi ucapan selamat untuk Salsabila, mereka lalu mengobrol singkat."Bagaimana rasanya sudah launch produk narsis kamu itu? Menyenangkan?" tanya Rangga kembali.Salsabila mencebik disusul oleh suara kekehan. "Tentu saja. Lega juga. Terima kasih untuk kerja keras kamu dan tim yang lainnya.""My pleasure. Tetapi bukan berarti setelah ini kita lost contact bukan? Saya masih bisa jadi teman Mbak Salsa 'kan?"Salsabila mengangguk pelan. "Tentu saja. Kita masih bisa berteman, Rangga. Kenapa?"Rangga malah terkekeh. "Ya, jangan sampai, Mbak. Dahulu alasan pertemanan kita bisa berhasil karena dengan profesional kerja. Habis project, harus sudah benar-benar teman, Mbak. Yakin kita masih bisa berteman 'kan, Mbak?""Iya, Rangga," ujar Salsabila separuh malas.Alan berujar dengan a
Karena Alan yang terus merengek untuk mampir ke Mcd, mau tidak mau Salsabila akhirnya menuruti kemauan pria itu. Bahkan suaminya itu kelihatan senang ketika Salsabila mengizinkannya membelokkan mobil ke Mcd itu. Mereka kemudian memilih dine-in dan memesan beberapa makanan sebagai pengganjal perut lebar Alan. Salsabila tidak terlalu lapar, berhubung karena dia sudah makan di pesta tadi, jadi Salsabila hanya memesan kentang goreng dan cola. Tetapi ternyata pria itu tidak mau makan sendiri, jadilah Alan menyuapi Salsabila ayam yang dipotongnya."Sa, kita kan pacaran, tetapi jujur saja aku merasa kita kurang terbuka mengenai diti kita ke satu sama lain. Apa kamu juga merasa seperti itu?"Salsabila seketika menghentikan kunyahan ayam di dalam mulutnya dan mulai menyimak maksud dari pertanyaan Alan.Alan kembali menatap mata Salsabila dengan lekat, kemudian kembali melanjutkan perkataannya. "Maksud aku, sudah waktunya kita lebih terbuka, Sa. Mengenai hal-hal yan
"Ceritakan semua tentang hubungan Mas Alan dengan Meira."Alan seketika tersentak mendengar nama Meira disebut. Meira. Mendadak Alan pusing mendengar nama itu sekarang."Tidak," jawab Alan dengan suara yang kini berubah datar, tidak ada lagi kelembutan di dalam suaranya. Salsabila mengangkat kedua alisnya. "Kenapa? Apa alasannya kenapa aku tidak boleh mengetahui tentang mantan kamu itu, Mas?"Alan tahu suatu saat nanti Salsabila akan ingin tahu secara detail mengenai hubungannya dengan Meira menurut versinya sendiri dan bukan dari informannya. Alan mulai menyesal mengusulkan agar mereka saling terbuka. Bukannya tidak mau, hanya saja Alan masih belum siap mengatakan semuanya."Apa boleh aku tidak usah menceritakan tentang Meira dulu?""Kenapa?" Nada suara Salsabila meninggi, membuat Alan sedikit tersentak mendengarnya. Istrinya itu pasti marah karena Alan tidak mau menceritakan tentang hubungannya dengan Meira.
Sampai mati pun Salsabila tidak bisa melupakan malam itu. Malam di mana Alan memberikan trauma yang sangat menakutkan untuk Salsabila. Alan tidak hanya berlaku brengsek, tetapi pria itu juga menyakiti hati Salsabila dengan menyebut wanita lain setelah merenggut kenikmatan darinya."Bagaimana bisa aku tidak muak dengan seseorang yang menyebut nama wanita lain sembari memelukku?" Salsabila meringis dengan pelan. Seakan kembali ke situasi malam itu, begitu menyakitkan dan menyedihkan untuk Salsabila tanggung sendiri."Malam itu runtuh sudah pertahanan hatiku, Mas. Aku hancur. Aku memilih mengabaikan dan menghindarimu karena takut mendengar kata maafmu. Aku tahu begitu mendengar kata permintaan maaf kamu, aku pasti akan kembali membuka hatiku untuk kamu. Aku bisa sakit lagi. Bisa hancur lagi. Itu semua semakin menerangkan di hatimu cuma ada wanita itu, dan aku hanya sebuah kesalahan buat kamu."Alan merasa jantungnya sedang tertusuk, dan hatinya menganga lebar
"Auhh …" keluh Salsabila meringis sambil menggosok pinggulnya, di mana letak rasa sakit itu muncul."Sakit, ya? Maa—" Alan mendengkus sendiri karena kembali ingin mengutarakan kata maaf. Entah sudah berapa kali dalam satu waktu ini Alan mengatakan maaf.Salsabila meringis dan mengambil telapak tangan Alan yang kasar agar mengusap pinggulnya yang kesakitan.Tadi Salsabila berniat sedikit menggodanya dengan memberinya kecupan lembut di bibir. Tetapi lagi dan lagi malah kebablasan. Entah siapa yang memulai tiba-tiba saja mereka berdua sudah saling menanggalkan baju. Semua baju itu bergumul di lantai saat keduanya ya … begitulah. Dan insiden itu pun terjadi. Ini semua karena gara-gara Alan.Alan kembali bersuara dengan malu-malu. "Seharusnya aku tadi tidak gendong dan dudukin kamu di atas nakas itu." Alan melirik nakas di ranjang mereka. "Nakas itu ketinggian. Pinggul kamu malah kepentok jadinya."Salsabila menghela napas pelan. "Iya, kamu si
“Karena hanya kamu yang termasuk dari semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa
"Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti
Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka
“Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.
Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem
Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala
“Kok Mommy tidak dicium, Daddy?”Salsabila menegang di tempat, begitupun dengan Alan, terlihat jelas dari wajahnya. Memang benar, mereka masih dekat sebagai partner menjaga si kembar seperti janjinya dahulu sebelum berpisah, tetapi untuk melakukan sesuatu yang intim, meskipun hanya sekedar kecupan, itu sudah menjadi sangat haram bagi hubungan mereka. Tetapi kedua putranya itu sepertinya masih belum mengerti akan hubungan orang tuanya, terkadang dia berceloteh dengan polosnya seperti, ‘kenapa Daddy Lan tidak tidur di kamar ini?’ dan pertanyaan yang lebih parah adalah ‘kenapa Daddy Lan tidak pernah mencium dan memeluk Mommy, padahal temanku pernah bercerita kalau orang tuanya sering melakukan hal tersebut.’Entah siapa yang mengotori otak polos kedua putranya itu, yang pasti Edward dan Erland sangat sering mendesak Alan untuk menciumnya, seperti sekarang ini. kemarin-kemarin Salsabila dan Alan berhasil berkelik, tetapi sepertinya hari ini bukan hari keberun
Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsabila akan kelimpungan sendiri menghadapi pagi harinya. Seperti pagi ini, Salsabila sudah sibuk bolak-balik mengecek penampilannya sendiri. Hari ini dia memilih blouse putih, celana panjang berwarna krem dan heels hitam. Oke, sempurna. Lalu, sembari berjalan, ia sedang memasang anting di telinga kanan sedangkan anting yang satu masih dipegang.Namun, sesuatu mengambil perhatiannya, oh astaga … Erland!"Erland …" teriaknya menggelegar saat mendapati anak bungsunya itu sedang memanjat lemari es yang lumayan tinggi itu.Sedangkan kembarannya, Edward tengah mengabaikan keadaan sekitarnya. Bahkan tidak menyadari kalau adiknya sedang menantang maut. Anak berumur empat tahun itu masih setia bermain lego dan sesekali terdengar anak itu bersenandung kecil mengikuti opening song serial kartun di televisi yang sedang menyala.Salsabila yang melihat Erland sama sekali tidak mendengar teriakannya segera berlari, namun nahas, s
Puluhan orang lalu lalang di sekitar Salsabila. Sebagian menuju konter-konter check-in, sebagian lagi buru-buru memasuki boarding room. Raut wajah yang Salsabila lihat berbeda-beda, ada yang bersedih dan ada pula yang bahagia. Mungkin yang bersedih itu adalah orang-orang yang sedang melakukan perpisahan, sedangkan yang berbahagia tengah akan berjumpa dengan keluarga atau seseorang yang disayanginya.Meskipun begitu, segala hingar bingar yang tercipta di sekitarnya sama sekali tidak mengusik Salsabila. Perempuan itu tengah duduk di salah satu kursi tunggu, di sampingnya ada Alexa yang tengah bercanda ria dengan kedua anak kembarnya sehingga sama sekali tidak menyadari kekalutan yang dirasakan oleh Salsabila.Salsabila terus memandangi boarding pass di tangannya, tanpa sadar dia tertawa kecil tanpa tahu apa yang sebenarnya lucu hingga patut ditertawakan.Apakah, karena hari ini adalah waktunya?Tiga tahun pernikahannya selesai dengan cara seperti in