Wano bukan hanya tidak marah, melainkan meraba daerah yang digigit Yuna dengan rasa puas.Sudut bibirnya mengukir senyuman licik.Tepat pada saat itu, terdengar tawa rendah dari telinganya.Malik berjalan mendekat tak jauh dari sana, senyum di wajahnya tak dapat dipahami maknanya.Kalau memang begitu susah melepaskannya, kenapa kamu membiarkannya pergi? Bukankah kamu tahu kalau Xena sudah menyukainya selama bertahun-tahun? Setelah merawatnya begitu lama, apa kamu benar-benar rela kalau dia diambil oleh orang lain?Wano mengambil sebatang rokok dari saku, menundukkan kepala dan menyalakannya.Cahaya api yang terkadang terang dan terkadang gelap, membuat garis wajahnya semakin jelas.Dia menghisap rokok itu beberapa kali berturut-turut, sambil tersenyum ambigu, dia pun berkata, "Bahkan orang pilihanku saja bisa diambil siapa pun yang mau mengambilnya, 'kan?"Malik menunjuknya sambil mengutuk, "Nggak heran banyak yang membicarakanmu, siapa sih yang memberimu kepercayaan diri seperti ini!"
Read more