Beberapa hari kemudian.Wano baru saja mengeluarkan amarahnya kepada para pimpinan departemen dalam rapat.Setelah keluar dari ruang pertemuan, setiap orang merasa begitu lega.Mereka diam-diam berbicara satu sama lain, "Apa Pak Wano punya masalah belakangan ini? Dia seperti nggak puas dengan apa pun yang dia lihat. Aku yakin dia sudah memeriksa proposalku sebelumnya, tapi dia malah mengkritiknya kali ini."Seseorang yang paham tersenyum sinis, "Siapa memangnya yang memimpin rapat di samping Pak Wano saat itu?""Sekretaris Yuna.""Itulah masalahnya, presdir kita pasti sedang patah hati. Kita sebagai bawahan harus sedikit memahaminya."Ketika beberapa orang itu sedang berjalan sambil mengobrol, mereka tidak menyadari bahwa Wano telah mengikuti di belakang mereka.Dengan raut dingin, dia pun memasuki kantornya. Saat itu, Qirana datang membawakan segelas kopi.Dengan senyum manis di wajahnya, dia berkata, "Kak Wano, aku sudah menyeduhkan kopi untukmu, cobalah."Wano berkata "Hmm" dengan l
Read more