"Kamu bisa menelepon asistennya Zakri, Pak Wano sudah lelah denganku dan mungkin nggak ingin melihatku lagi, kalau nggak ada hal lainnya lagi, aku akan menutup teleponnya."Yanuar segera berkata, "Yuna apa kamu dan Wano akan benar-benar putus? Bukankah kalian tetap bisa menjadi teman."Yuna mendengus, "Sebagai burung kenari yang berkualitas bukankah kita nggak boleh plin-plan? Ada yang harus aku kerjakan, aku akan mematikan teleponnya."Perkataan Yuna sangat jelas pada intinya tanpa perlu bertele-tele.Yanuar mematikan ponselnya dan mengutuk Wano, "Kamu pantas mendapatkannya, ini semua ulahmu, kalau saja kamu menunjukkan sedikit saja kebaikan pada Yuna, dia nggak akan bersikap seperti ini padamu."Hati Wano seperti tercabik-cabik namun wajahnya tetap menunjukkan ketenangan.Bahkan nada bicara Wano pun masih datar."Kenari manja nggak akan bertahan dengan angin besar pada saat sayapnya patah, dengan sendirinya dia akan kembali ke sisiku."Yanuar merasa sangat marah, "Siapa yang memberik
Qirana tersenyum licik, lalu menutup panggilan itu tanpa ragu.Ada kilatan rasa bangga yang muncul dimata Qirana saat menatap panggilan yang baru saja dia akhiri.Kalau tidak ada Yuna, Qirana tidak percaya Wano tidak akan jatuh cinta padanya.Pada saat yang sama, dia mendengar suara Wano yang bergumam."Yuna, kapan kamu kembali? Aku sangat merindukanmu."Satu kalimat yang terucap dari bibir Wano itu langsung menghapus semua rasa bangga Qirana barusan.Dia mengepalkan tangannya dengan kuat. Hatinya dipenuhi dengan amarah.Wano sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Yuna dan Xena sudah tidur bersama, tapi kenapa Wano masih saja nggak melupakan Yuna?'Apakah Wano benar-benar sudah jatuh cinta pada Yuna?Bagaimana mungkin!Bukankah Yuna tidak lebih dari burung kenari peliharaannya, lantas bagaimana mungkin Wano menyimpan perasaan pada Yuna?Kecemburuan di hati Qirana terus bertambah saat dia menatap Wano yang terus memeluk dan mencium bantal milik Yuna tanpa henti.Malam ini, Qi
Mendengar hal itu, tiba-tiba sosok wanita yang tadi sibuk itu menghentikan gerakannya.Dia seperti ragu ingin menjawabnya.Wano tersenyum mengejek, "Apa kamu pikir aku akan memaafkanmu kalau aku sudah tidur denganmu lagi dan kemudian membuatkan aku sarapan? Yuna, jangan berpikir aku segampang itu!"Setelah berkata hal itu, Wano membuka pintu dapur tersebut.Tepat saat Wano ingin membawa sosok wanita itu ke atas meja dapur dengan maksud ingin menghukumnya, dia justru malah melihat sosok wanita itu adalah Wendy.Dia sungguh terkejut."Mengapa bisa kamu?"Wendy menepuk-nepuk wajah Wano dengan spatula dan berkata dengan tersenyum, "Masih mabuk, ya? Pagi-pagi sudah mimpi indah."Wajah Wano mendadak berubah menjadi lebih serius karena ditertawakan oleh kakaknya."Kenapa kamu bisa di rumahku?""Masih tanya... kalau bukan karena aku, hidupmu akan berakhir!""Di mana Yuna?""Mana ada Yuna? Orangnya saja nggak mau memedulikanmu lagi.""Tidak mungkin. Aku ingat betul dia yang mengantarku pulang."
Rasanya tak tahan melihat kebahagiaan orang lain.Dia harus menemukan bahan pembicaraan tentang Yuna untuk memancing Wano.Zakri melihat sekilas ke spion, lalu berkata sambil tersenyum, "Pak Wano, belakangan ini sepertinya Sekretaris Yuna sedang mencari pekerjaan. Dia sudah mengunjungi beberapa perusahaan. Anda bilang dia sangat kompeten juga cantik. Kalau sampai dia direbut oleh perusahaan saingan kita, maka kita akan rugi besar."Wano sedang memejamkan matanya ketika mendengar kalimat tersebut, kemudian dia perlahan-lahan membuka kelopak matanya.Kedua mata gelapnya itu memancarkan gelombang yang dingin."Umumkan saja, kalau mereka memang nggak takut dengan kekuatan Grup Lasegaf, mereka bisa menandatangani kontrak dengannya."....Pada Jumat malam, Wano menghadiri sebuah jamuan bisnis di Vila Narua.Saat mobilnya baru saja masuk ke tempat parkir, tampak sosok yang dia kenal langsung muncul di depan matanya.Hal itu membuat dadanya terasa sakit.Yuna mengenakan kemeja sutra berwarna h
Ini adalah pertemuan resmi pertama antara dia dan Wano sejak mereka putus.Yuna pikir dirinya akan mampu mengatasinya dengan tenang, tetapi saat dia melihat pria itu, ternyata hatinya masih terasa sakit.Shinta yang berada di sampingnya menggerutu dengan kesal, "Malik ternyata membohongiku. Dia bilang kalau Wano nggak pernah datang ke acara semacam ini, itu sebabnya aku memintamu datang."Yuna tersenyum tipis, "Nggak apa-apa. Kita semua memang tinggal di Kota Burma, cepat lambat juga pasti akan bertemu.""Tenang saja, aku akan berusaha agar kamu nggak perlu berhubungan dengannya."Setelah mengatakannya, dia menarik Yuna untuk pergi.Namun, terdengar suara dingin dan tajam Wano dari belakangnya, "Kenapa Nyonya Shinta pergi begitu saja ketika aku datang? Apa kehadiranku nggak di harapkan?"Shinta diam-diam menggertakkan giginya.Dia berbalik dengan senyum mengejek, tetapi masih bersikap sopan, "Selamat datang, Pak Wano. Maaf atas kesalahan kami dalam menyambut kedatangan Anda."Wano mele
Dia segera menunduk dan mengucapkan, "Maaf".Saat dia hampir berbalik untuk pergi, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal kuat oleh seseorang, lalu ditarik dengan keras sehingga dia pun jatuh ke dalam dada yang kokoh dan bidang.Dari atas kepalanya, terdengar suara rendah dan serak seorang pria.Kamu bahkan rela minum karena dia. Yuna, sebenarnya seberapa besar rasa cintamu padanya?Dua lengan Wano menahan Yuna dengan erat, membuatnya tidak dapat bergerak.Mata hitamnya itu menatap Yuna tajam dengan penuh amarahSaat bersamanya, dia bahkan tak pernah membiarkan Yuna minum sebanyak ini dulu.Namun, baru saja, dia bahkan minum tiga gelas berturut-turut hanya demi membantu Xena mendapatkan klien pertamanya.Seberapa besar cintanya pada Xena sehingga dia mati-matian untuk membantunya?Tatapan murka Wano mengunci Yuna dengan erat, seolah-olah ingin membakarnya menjadi abu.Yuna mengangkat kepalanya dan melihatnya dengan datar, "Bukankah Pak Wano yang bilang kalau aku nggak akan mabuk meski
Wano bukan hanya tidak marah, melainkan meraba daerah yang digigit Yuna dengan rasa puas.Sudut bibirnya mengukir senyuman licik.Tepat pada saat itu, terdengar tawa rendah dari telinganya.Malik berjalan mendekat tak jauh dari sana, senyum di wajahnya tak dapat dipahami maknanya.Kalau memang begitu susah melepaskannya, kenapa kamu membiarkannya pergi? Bukankah kamu tahu kalau Xena sudah menyukainya selama bertahun-tahun? Setelah merawatnya begitu lama, apa kamu benar-benar rela kalau dia diambil oleh orang lain?Wano mengambil sebatang rokok dari saku, menundukkan kepala dan menyalakannya.Cahaya api yang terkadang terang dan terkadang gelap, membuat garis wajahnya semakin jelas.Dia menghisap rokok itu beberapa kali berturut-turut, sambil tersenyum ambigu, dia pun berkata, "Bahkan orang pilihanku saja bisa diambil siapa pun yang mau mengambilnya, 'kan?"Malik menunjuknya sambil mengutuk, "Nggak heran banyak yang membicarakanmu, siapa sih yang memberimu kepercayaan diri seperti ini!"
Tanpa menunggu jawaban Yuna, Xena meraih tangan Yuna dari belakang dan menatap tajam pada Wano."Mohon maaf Pak Wano, kami nggak bisa memenuhi permintaanmu ini, kami nggak butuh bantuanmu."Xena menarik kuat tubuh Yuna ke sisinya dan melindunginya seperti Xena adalah dewa pelindung Yuna.Hati Wano sakit seperti tertusuk.Tatapan dingin di matanya semakin bertambah dingin."Apa kamu pikir aku datang kesini hari ini hanya untuk berbisnis?"Wano berjalan perlahan menghampiri sisi Yuna kemudian menunduk dan terkekeh pelan di telinga Yuna."Percaya atau nggak, aku bisa menghancurkan tempat kakak seniormu kalau kamu nggak menurutiku malam ini."Yuna menengadah ke atas dan melihat kemarahan di mata Wano.Yuna tahu Wano tidak akan melepaskannya dengan mudah.Diam-diam Yuna menggertakkan giginya lalu menatap sinis ke arah Wano."Sebuah kehormatan bagi saya untuk menemani Pak Wano berdansa, saya harap Pak Wano akan menepati janji."Xena segera menghentikannya, "Yuna dia sengaja, aku nggak mengiz
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper