Tatapan Profesor Bayu sangat tajam dan tegas menatap ke arah Wano dan suaranya terdengar sangat serius."Kamu dan Yuna saling mengenal sebelumnya?"Wano membantah kemudian tertawa, "Bukankah kamu sudah melihat semuanya?""Sebelumnya Yuna bekerja untukmu dan dia adalah kepala sekretarismu 'kan?""Pak tua, bukannya aku mau menyembunyikannya darimu, tapi murid kesayanganmu itu yang melarangku mengatakannya, jangan salahkan aku."Wano kemudian menunjuk wajahnya yang terkena anggur merah, kemudian terkekeh dan tertawa, "Bahkan kamu nggak peduli apa yang dia lakukan padaku."Profesor Bayu yang biasanya sangat lembut dan selalu tersenyum, kali ini tangannya bergetar melihat ke arah Wano.Mata Profesor Bayu dipenuhi amarah yang belum pernah terlihat sebelumnya."Kamu pantas mendapatkannya! Yuna menyerahkan kesempatannya untuk belajar di luar negeri dan menyerah untuk menjadi pengacara terkenal di dunia hukum hanya demi kamu! Sudah sepantasnya Yuna membencimu, kamu nggak cuma buta mata tapi hat
Perkataan Yuna bagaikan duri tajam yang menusuk hatinya.Wano sendiri juga tidak tahu kenapa dia selalu saja ingin mencari perhatian Yuna dan selalu ingin mendengar suaranya.Dia merasa bahwa lebih baik jika Yuna harus memarahinya maupun memukulnya dibandingkan dengan dia harus menghadapi sikap Yuna yang ambigu seperti ini.Matanya semakin menggelap, suaranya menjadi sedikit serak."Yuna, karena kamu suka sekali mengkhayal, mengapa kamu nggak menulis novel saja? Aku melakukan semua ini hanya karena Pak Harsa ingin membantu anaknya berbisnis. Ini semua tidak ada hubungannya denganmu sama sekali.""Lagipula, Kakek bayu sudah minta tolong pada Nenekku. Menurutmu, apakah dia akan mengampuniku kalau aku nggak membantunya?""Jangan beranggapan kalau kerjasama ini dilakukan demi dirimu, karena sebenarnya kamu juga nggak begitu menarik."Yuna dapat mendengar nada menghina dalam suara Wano.Yuna juga tahu, bahwa Wano yang kejam dan tidak memiliki empati ini melainkan hanya mau mendengarkan perk
Tubuh Qirana gemetar dengan hebat saat mendengar suara itu.Dia langsung menoleh dan melihat Wano."Kak Wano, malam itu Bu Yuna diberikan obat oleh seseorang dan akhirnya berakhir tidur bersama dengan Xena. Dia nggak bermaksud melakukannya, jadi jangan salahkan dia."Qirana bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia bersikap tenang dan tetap menyeka keringat Wano dengan handuk.Namun, Wano mendorong Qirana menjauh.Mata dinginnya langsung menatap tajam Yuna dan berkata, "Katakan dengan jelas, apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu?"Dia menarik Yuna dan membawanya ke dalam pelukannya.Butir-butir keringat Wano mengenai wajah Yuna.Yuna menatapnya dengan sangat tenang, "Bukankah kamu sudah melihat dan mendengarnya sendiri?""Kamu diberikan obat sehingga kamu bisa bersama Xena, betul?""Apakah ada bedanya? Di matamu aku ini kotor, benar 'kan?"Urat nadi di kening Wano tampak menonjol.Mata Yuna yang mempesona tampak terluka.Wano meletakkan tangan hangatnya di atas kepala Yuna.
Wano membawa Yuna ke sebuah halaman. Dia menunjuk ke arah pohon besar di depan dan berkata, "Aku telah meletakkan sesuatu di bawah pohon itu, bisakah Bu Yuna membantuku menemukannya?"Yuna tak ingin banyak bicara dengannya, jadi langsung berjalan menuju pohon tersebut.Hanya saja, setelah dia mengelilingi pohon besar itu dengan cermat beberapa kali, dia tidak menemukan apa pun.Saat dia menyadari bahwa dirinya telah ditipu, tawa renyah Wano terdengar di belakangnya."Kenapa Bu Yuna nggak tanya padaku barang apa yang sebenarnya hilang?"Yuna menatap Wano dengan dingin, "Kalau Pak Wano nggak serius untuk bekerja sama, ya sudah. Aku nggak punya waktu untuk main-main denganmu!"Setelah berkata demikian, dia berbalik hendak pergi.Namun, Wano segera menghadang di depannya.Pria berwajah tampan itu menatapnya dengan tajam dan dalam.Suara yang rendah dan memikat mengalir keluar dari tenggorokannya."Tiga tahun lalu, aku kehilangan ciuman pertamaku di sini, apakah Bu Yuna bisa membantuku mend
Tatapan tajamnya memandang Yuna dengan intens, seolah-olah mampu menembus pikiran dan perasaan Yuna yang tersembunyi.Yuna merasakan sakit yang menusuk di dadanya, dia kemudian mendongak dan menatap Wano."Kalau aku mengiyakannya, apa yang akan Pak Wano lakukan? Apa kamu bisa memberikan cinta atau pernikahan yang aku inginkan?"Wano terdiam karena terkejut dan tidak bisa berkata-kata.Bibirnya yang seksi bergerak beberapa kali, tapi akhirnya tidak mengucapkan sepatah kata pun.Melihat reaksi Wano, Yuna tersenyum dengan cemoohan."Pak Wano sepertinya nggak bisa memberikan satu pun dari hal itu, jadi buat apa mengulang hal lama, hah? Apa kamu pikir menyingkap luka seseorang itu memang menyenangkan?""Yuna!" Wano menggenggam pundaknya dengan erat, matanya menatap tajam ke arahnya."Pada acara perayaan perusahaan, aku sudah memberimu kesempatan. Asalkan kamu berdansa denganku dalam tarian pertama, aku akan mengaku di depan semua orang kalau kamu adalah pacarku. Tapi kamu malah bersama Xena
"Kak Wano, kakakku pasti cuma asal ngomong aja. Kami ada janji siang ini, jadi nggak bisa makan bersamamu."Melihat keduanya pergi dengan tergesa-gesa, Wano semakin merasa kalau ada yang tak beres.Mengapa Yudi sepertinya mengetahui sesuatu yang tidak dia ketahui?Kapan dia dan Yuna pernah bertemu?Dia tiba-tiba teringat bahwa pada hari Yuna mendonorkan darahnya ke Qirana, Yuna bicara dengan diam-diam dengan Yudi di samping. Wano tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.Mengingat hal tersebut, Wano sangat marah sehingga mengambil bola putih kecil dan melemparkannya ke arah lapangan dengan keras.Tepat pada saat itu, Zakri datang menjemputnya.Melihat raut suram Wano, Zakri tahu bahwa dia dan Yuna telah bertengkar lagi.Dia segera menghibur, "Pak Wano, terkadang wanita memang butuh perhatian dan dihibur. Memberikan hadiah yang bermakna biasanya lebih efektif daripada sebuah hadiah mewah yang terkesan sudah umum.""Terakhir kali pacarku marah, aku membelikannya kalung dan dia langsun
"Bukan, itu ulah ibunya, Yuli. Kudengar dia buru-buru menjualnya karena butuh uang secepat mungkin untuk membayar hutang judi. Aku yakin dia melakukannya dengan sembunyi-sembunyi atau bahkan sengaja memaksa Pengacara Yuna untuk menjualnya."Mendengar hal tersebut, sorot mata Wano menunjukkan sedikit kelegaan.Tiba-tiba, dia teringat pada hari acara perayaan perusahaan dimana Yuna mengenakan kalung ini.Yuna sangat membenci Yuli sehingga tak mungkin memberikan benda seberharga itu padanya.Kecuali jika dipaksa.Setelah memikirkannya, dia segera bangkit, "Ayo periksa CCTV di hotel!"Setengah jam kemudian, Wano sudah duduk di ruang kontrol hotel.Setelah sekian lama mencari, mereka tak kunjung menemukan sosok Yuli.Saat ingin menyerah, dia tiba-tiba melihat Yuna berlari menuju tangga dengan panik.Dia memakai kalung ini di lehernya.Ketika Yuna muncul kembali di layar, dia terlihat sedang dipeluk oleh Xena.Wano langsung meminta petugas untuk memperbesar layar.Dia melihat bahwa kalung di
Dia mengepalkan tinjunya dan menatap Yuli dengan mata merah."Lemparkan dia ke rumah sakit jiwa dan suruh orang awasi dia."Setelah mengatakan itu, dia pergi tanpa menoleh ke belakang.Ketika Yuna bangun di pagi hari, dia menerima telepon dari profesor yang mengatakan bahwa cucunya baru saja dibebastugaskan dari militer. Kebetulan dia senggang di rumah, jadi dia bisa datang dan bekerja sebagai pengawal untuknya.Memikirkan kerusuhan yang terjadi baru-baru ini, Yuna langsung setuju.Setelah sarapan, dia berkendara sendiri ke bandara untuk menjemput seseorang.Saat berjalan ke bawah, Yuna melihat sosok yang tidak asing lagi.Wano mengenakan pakaian dan celana panjang hitam, seperti dewa yang keluar dari malam yang gelap dan menatapnya sesaat.Yuna tiba-tiba teringat apa yang dikatakan Wano kemarin.Masa lalu tidak untuk diselidiki, jadi mulai kembali dari awal.Sudut bibirnya terangkat secara samar.Setelah mengambil kunci, dia langsung pergi ke tempat parkir."Yuna."Wano memanggilnya d
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper