Mendengar hal itu, Yuna tak bisa menahan tawanya. Lukanya bahkan sampai terasa sakit karena dia tertawa begitu keras.Wano segera menendang kaki Yanuar dan berkata, "Ini semua karena kamu, brengsek! Istriku sampai kesakitan."Yanuar menatap raut wajah Zanny yang tampak kehilangan kesabaran dan berkata acuh tak acuh, "Bukankah kamu yang jijik dengan Wano karena wajah jeleknya? Kalau kamu ingin memukulnya ya pukul saja, kenapa kamu justru marah padaku? Zanny, kamu harusnya berbaik hati sedikit. Karena beberapa hari ini saat kamu sedang sedih, aku yang selalu menjagamu."Mendengar hal itu, Zanny semakin marah, "Yanuar, tunggu saja. Lihat malam ini bagaimana aku akan menghabisimu! Baiklah, aku nggak ingin melihatmu, berikan teleponnya pada Yuna."Yanuar segera memberikan telepon itu pada Yuna, lalu berbisik pada Wano, "Aku sama sekali nggak pernah melihat seorang gadis yang begitu pemarah. Menurutmu, pria mana yang begitu sial menikah dengan dia?"Wano melirik Yanuar, "Mungkin saja pria it
Baca selengkapnya