Yuna tersenyum dan berkata, "Malik punya istri dan anak, jadi dia bukan bujangan tua.""Tapi dia nggak punya anak laki-laki. Keluarga Hudayana belum punya pewaris, jadi apa gunanya menikah muda? Nggak sepertiku yang langsung punya pewaris dalam kehamilan pertama. Istriku, bukankah menurutmu suamimu ini hebat?"'Melihat kebanggaan Wano saat ini, Yuna merasa inilah sosok Wano yang sesungguhnya.Seorang manusia normal yang penuh dengan emosi, mampu mengekspresikan kesedihan dan kebahagiaan.Bukan seperti sosok yang tengah mengubur semua emosinya dalam hati seperti sebelumnya.Sembari tersenyum, dia mengelus kepala Wano dan berkata, "Sangat hebat, kamu bahkan pantas mendapat ciuman sebagai hadiah."Setelah mengatakannya, Yuna mendekat dan mencium pipinya.Saat hendak beranjak, pinggangnya langsung dipeluk erat oleh Wano.Lalu, terdengar suara yang serak dan dalam di telinganya."Terima kasih karena mengingatkanku kalau aku sudah punya putra. Tapi aku rupanya belum benar-benar berterima kas
Zanny belum sempat menghapus riasan selepas syuting, jadi lisptiknya masih berwarna merah menyala.Sedotan itu pun tampak dihiasi warna merah di sekelilingnya.Yanuar yang gila akan kebersihan seolah-olah buta, mulutnya langsung mendarat pada jejak bibir merah cerah itu.Selanjutnya, dia menyesapnya beberapa kali dan mengangguk-angguk, "Enak juga, akan kubelikan lagi lain kali, asalkan kamu patuh."Seusai mengatakannya, dia mengusap kepala Zanny beberapa kali seakan-akan tengah menggoda kucing.Zanny terkesima dengan aksinya yang luar biasa, kemudian diam-diam menggertakkan gigi."Yanuar, kamu habis minum teh susuku!""Aku yang membelikannya untukmu, minum sedikit saja masak nggak boleh. Dasar nggak tahu terima kasih!"Melihatnya bertingkah pura-pura bodoh, Zanny seketika mengeluarkan tisu dengan kesal, lalu menyeka sedotan itu kuat-kuat."Kamu belum gosok gigi dan minum pakai sedotanku. Mulutmu itu sangat bau, jadi gimana aku meminumnya lagi?"Mendengar celoteh Zanny, Yanuar yang dudu
Dua jam telah berlalu, tetapi Yanuar masih tak kunjung kembali.Restoran Bianglala menelepon Zanny kembali."Nona Zanny, kapan Anda akan tiba? Kalau setengah jam lagi belum sampai, kami akan membatalkan pesanan Anda."Zanny melirik pintu seraya berkata, "Baiklah, kalau aku nggak sampai dalam setengah jam, batalkan saja."Setelah menutup panggilannya, Zanny berjalan ke arah pintu.Dia pernah syuting di sini, jadi tahu di mana ruang operasinya.Zanny langsung naik lift dan berhenti di lantai sepuluh.Saat hendak berjalan menuju ruang operasi, dia mendengar tangisan seorang wanita dari arah koridor."Kak, operasi kita jelas berhasil, tapi kenapa dia bisa meninggal? Kasihan sekali gadis itu."Langkah Zanny seketika terhenti.Dia mengenali bahwa suara itu milik adik tingkat Yanuar, Luna.Dia juga bisa menebak apa yang terjadi, seorang pasien yang mereka tangani tadi pasti sudah meninggal.Akan tetapi, mendengar Luna yang terisak di hadapan Yanuar, entah mengapa Zanny merasakan sakit dalam h
Setelah mengatakannya, dia menugaskan orang di ruang perawat untuk membeli bubur dan bergegas pergi.Setibanya di kaki bianglala, waktu makannya sudah hampir berakhir.Melihat pasangan demi pasangan yang turun dari atas, Yanuar merasakan emosinya campur aduk.Begitu melihat Zanny berdiri sendirian di antara para pasangan, dia buru-buru lari menghampiri.Yanuar langsung meraih pergelangan tangannya.Dia memandang Zanny dengan sedih, "Zanny, kenapa malah ke sini sendirian?"Saat Zanny melihat wajahnya dengan jelas, dia seketika mengusir Yanuar.Dia menatap Yanuar dengan mabuk, "Kenapa nggak boleh? Memangnya aku harus menunggumu? Kamu pikir kamu ini siapa sampai aku harus menunggumu?"Setelah mengucapkannya, Zanny langsung keluar tanpa menoleh lagi.Yanuar bergegas mengejarnya, "Zanny, tadi Luna pingsan karena hipoglikemianya kambuh. Aku tadi cuma membawanya ke kamar pasien, kamu nggak mungkin cemburu, 'kan?"Zanny berhenti berjalan dan tersenyum kecut padanya, “Aku cemburu padanya? Kenap
Suara serak yang menggoda dan penuh pikat, terdengar oleh telinga Zanny."Zanny, kamu lagi malu, ya? Kenapa wajahmu semerah itu?"Dia mencubit pipi panas Zanny dengan lembut, lalu mengusapkan ujung hidungnya beberapa kali ke pipi Zanny."Dia bahkan terkekeh pelan, "Kamu nggak mungkin tergoda sama kata-kataku barusan, 'kan? Zanny, apa kamu menyukaiku?"Zanny belum mampu berpikir jernih, dia melihat bahwa wajah Yanuar terus-menerus berputar di depan matanya.Dia seketika menarik dasi Yanuar, dengan mata memerahnya yang menatap Yanuar tajam.Napas hangatnya berembus mengenai tulang selangka Yanuar.Wajah manisnya memperlihatkan dua lesung pipit yang indah."Kamu kan pacarku, sudah pasti aku menyukaimu."Seusai mengatakannya, bibir penuhnya mencium tulang selangka Yanuar.Yanuar merasa jakunnya terus bergulir dan tubuhnya terasa panas membara.Ketika menikmati momen-momen indah itu, tiba-tiba saja tulang selangka Yanuar terasa begitu sakit.Gigi Zanny rupanya menggigit kulitnya dengan kuat
Saat melewati toko serba ada yang buka 24 jam, Yanuar menghentikan mobil dan buru-buru masuk.Tak lama kemudian, dia pun kembali.Hanya saja, dia kembali sambil memegang sekotak pengaman.Zanny bersandar di kursi penumpang bagian depan dengan kepala yang terasa pusing seusai mabuk.Akan tetapi, kesadarannya tetap terjaga.Dia tahu betul dengan apa yang akan keduanya lakukan selanjutnya.Mungkinkah dirinya benar-benar melakukannya?Setelah mengambil langkah ini, dia tidak akan bisa mundur lagi.Saat memikirkan hal ini, bara api yang barusan menyala dalam hati Zanny mulai mereda perlahan-lahan.Namun, setibanya di parkiran rumah, Yanuar langsung merengkuh Zanny ke dalam dekapannya, bahkan sebelum Zanny sempat bereaksi.Mereka naik ke lift tanpa saling bicara.Yanuar pun langsung mencium bibirnya dengan tak sabaran.Dia terus memukul dada Yanuar dengan pelan, "Yanuar, lepaskan, ada CCTV."Yanuar enggan melepaskannya, bahkan semakin menciumnya gila-gilaan.Dia menjepit Zanny di antara dind
Yanuar tersenyum bangga, "Oke, pada hari yang bahagia ini, ayah dan ibu angkat pasti akan datang."Setelah menutup telepon, Yuna termenung seorang diri.Dia tak kunjung pulih dari keterkejutannya meskipun setengah hari telah berlalu.Wano yang kebetulan datang dari luar melihat pemandangan ini.Dia berjalan mendekat dan mencium perut buncitnya, lalu bertanya sambil tersenyum, "Kamu lagi mikirin apa sampai melamun begitu?"Yuna tersenyum dan menjawab, "Tebakanmu sangat tepat, Zanny dan Yanuar memang menjalin hubungan."Wano mengernyitkan keningnya, "Menjalin hubungan bagaimana?""Ya, maksudnya mereka sudah pernah bermalam bersama. Zanny nggak akan melakukannya dengan sembarang orang, itu pasti karena dia benar-benar menyukainya. Wano, kalau mereka memang menjalin hubungan, bukankah itu bagus?"Wano tersenyum sambil mencubit pipi tembamnya dan berkata, "Sepertinya nggak semudah itu, Zanny nggak mungkin menerima Yanuar semudah itu.""Kenapa? Yanuar cocok dengannya, apa kamu menyembunyikan
Entah apa yang akan dipikirkan oleh Yuna nantinya, dia seharusnya tetap berhak tahu akan kenyataannya.Bagaimanapun juga, Maya adalah Ibu Yuna. Satu-satunya orang yang sudah memberikan kasih sayang seorang Ibu pada Yuna.Wano sama sekali tidak pernah bermaksud untuk menyembunyikan apa pun dari Yuna.Hati Yuna terasa sedih saat melihat kedua alis Wano saling bertautan.Dia mengulurkan tangan putihnya yang mungil untuk menghapus kerutan kedua alis itu."Akhir-akhir ini, apakah terjadi suatu masalah di perusahaan? Mengapa kamu selalu mengerutkan kedua alismu ini?"Wano mengernyitkan alisnya kembali lebih dalam sambil menatap Yuna. Raut wajahnya yang bulat itu tampak penuh kesedihan.Hati Wano terasa sangat perih, tangannya yang besar semakin erat memegang Yuna."Waktu itu, mereka berhasil mencuri dokumen rahasia perusahaan, sehingga peluncuran produk baru sangat berpengaruh. Pesanan data teknologi chip yang berasal dari dalam dan luar negeri juga berkurang banyak. Tapi, itu semua nggak pe
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper