Saat melewati toko serba ada yang buka 24 jam, Yanuar menghentikan mobil dan buru-buru masuk.Tak lama kemudian, dia pun kembali.Hanya saja, dia kembali sambil memegang sekotak pengaman.Zanny bersandar di kursi penumpang bagian depan dengan kepala yang terasa pusing seusai mabuk.Akan tetapi, kesadarannya tetap terjaga.Dia tahu betul dengan apa yang akan keduanya lakukan selanjutnya.Mungkinkah dirinya benar-benar melakukannya?Setelah mengambil langkah ini, dia tidak akan bisa mundur lagi.Saat memikirkan hal ini, bara api yang barusan menyala dalam hati Zanny mulai mereda perlahan-lahan.Namun, setibanya di parkiran rumah, Yanuar langsung merengkuh Zanny ke dalam dekapannya, bahkan sebelum Zanny sempat bereaksi.Mereka naik ke lift tanpa saling bicara.Yanuar pun langsung mencium bibirnya dengan tak sabaran.Dia terus memukul dada Yanuar dengan pelan, "Yanuar, lepaskan, ada CCTV."Yanuar enggan melepaskannya, bahkan semakin menciumnya gila-gilaan.Dia menjepit Zanny di antara dind
Yanuar tersenyum bangga, "Oke, pada hari yang bahagia ini, ayah dan ibu angkat pasti akan datang."Setelah menutup telepon, Yuna termenung seorang diri.Dia tak kunjung pulih dari keterkejutannya meskipun setengah hari telah berlalu.Wano yang kebetulan datang dari luar melihat pemandangan ini.Dia berjalan mendekat dan mencium perut buncitnya, lalu bertanya sambil tersenyum, "Kamu lagi mikirin apa sampai melamun begitu?"Yuna tersenyum dan menjawab, "Tebakanmu sangat tepat, Zanny dan Yanuar memang menjalin hubungan."Wano mengernyitkan keningnya, "Menjalin hubungan bagaimana?""Ya, maksudnya mereka sudah pernah bermalam bersama. Zanny nggak akan melakukannya dengan sembarang orang, itu pasti karena dia benar-benar menyukainya. Wano, kalau mereka memang menjalin hubungan, bukankah itu bagus?"Wano tersenyum sambil mencubit pipi tembamnya dan berkata, "Sepertinya nggak semudah itu, Zanny nggak mungkin menerima Yanuar semudah itu.""Kenapa? Yanuar cocok dengannya, apa kamu menyembunyikan
Entah apa yang akan dipikirkan oleh Yuna nantinya, dia seharusnya tetap berhak tahu akan kenyataannya.Bagaimanapun juga, Maya adalah Ibu Yuna. Satu-satunya orang yang sudah memberikan kasih sayang seorang Ibu pada Yuna.Wano sama sekali tidak pernah bermaksud untuk menyembunyikan apa pun dari Yuna.Hati Yuna terasa sedih saat melihat kedua alis Wano saling bertautan.Dia mengulurkan tangan putihnya yang mungil untuk menghapus kerutan kedua alis itu."Akhir-akhir ini, apakah terjadi suatu masalah di perusahaan? Mengapa kamu selalu mengerutkan kedua alismu ini?"Wano mengernyitkan alisnya kembali lebih dalam sambil menatap Yuna. Raut wajahnya yang bulat itu tampak penuh kesedihan.Hati Wano terasa sangat perih, tangannya yang besar semakin erat memegang Yuna."Waktu itu, mereka berhasil mencuri dokumen rahasia perusahaan, sehingga peluncuran produk baru sangat berpengaruh. Pesanan data teknologi chip yang berasal dari dalam dan luar negeri juga berkurang banyak. Tapi, itu semua nggak pe
Setelah mengatakan hal itu, dia menundukkan kepalanya dan mulai melumat bibir Zanny.Seberapa keras Zanny berjuang untuk melawannya, ujung lidah Yanuar tetap dapat membuka bibir Zanny dengan mudah.Hanya butuh waktu beberapa saat saja untuk membuat Zanny menjadi selembut anak kucing menerima ciuman Yanuar dan Zanny membiarkan dia untuk dapat melakukan apa pun yang dia inginkan.Tangan Yanuar yang besar itu tak henti-hentinya membelai seluruh tubuh Zanny.Terdengar suara desahan yang seksi menggoda keluar dari bibir Yanuar."Zanny, apakah sekarang kamu sudah sadar dari mabukmu?"Zanny hanya bisa menganggukkan kepalanya.Yanuar mengecup bibir Zanny dengan ringan, "Baiklah, kalau begitu aku akan memperlihatkan keahlianku saat kamu nggak berada di bawah pengaruh alkohol."Setelah berkata hal itu, dia melepaskan dasi dan ikat pinggangnya dengan cepat.Pada saat itulah Zanny tiba-tiba tersadar dan mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya yang ingin dilakukan oleh pria berengsek itu.Dia mend
Semua orang menatap Yanuar setelah mendengar ucapannya itu.Wano mendecakkan lidahnya beberapa kali, "Kamu semangat sekali seperti belum pernah melakukannya? Lihat betapa lemahnya dirimu sampai napasmu terengah-engah seperti itu, makanlah kerang untuk memulihkan tenagamu."Yanuar menendang Wano dengan kesal, lalu berkata, "Ini karena aku baru saja lari, jangankan bertarung semalaman, bertarung 3 hari 3 malam pun pinggangku nggak akan lemah."Yudi mengangkat lututnya dan menendang pinggang belakang Yanuar, membuat pria itu langsung melompat kesakitan."Apa kamu cemburu karena aku akan menikah, Yudi?"Yudi mencibir, "Lihat betapa sombongnya dirimu setelah melakukannya. Jangan lupa, kamu baru melakukannya sekali, kamu bisa disebut mampu kalau bisa menikmatinya setiap hari."Yanuar menunjuk mereka lalu berkata, "Kamu meremehkanku, tunggu saja, akan aku tunjukkan pada kalian."Akhir-akhir ini para saudara itu jarang berkumpul bersama, dan sulit bagi mereka untuk bisa saling bertemu, jadi pe
Wano mengeluarkan rokok dari kantongnya lalu memberikannya pada Yogi."Apa ayah sudah lama berhubungan dengan tante Shelvi, apa ada petunjuk? Siapa tante sebenarnya? Apa nggak ada yang ayah ingat tentang apa yang terjadi sebelumnya?"Wano mengeluarkan pemantik dan menyalakan rokok untuk Yogi, pria itu menghela napas lalu berkata dengan suara berat, "Shelvi tahu banyak kebiasaan-kebiasaanku, kadang dia memberitahuku apa yang pernah terjadi. Tapi ketika aku menyelidiki wanita-wanita yang pernah kutemui, aku nggak pernah bertemu wanita seperti dia.""Aku pergi ke dokter untuk pemeriksaan karena curiga aku juga hilang ingatan. Tapi mereka bilang kondisi otakku baik-baik saja. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa dia seseorang yang dari masa lampau ke masa depan seperti di novel-novel?"Wano mengatupkan bibirnya mendengar ucapan Yogi, "Ayah percaya dengan itu? Identitas tante Shelvi masih nggak jelas, dan gugatan pada Vina karena mencelakainya nggak bisa ditetapkan. Hari ini Yuna menanyakanku t
Yuna mengusap lembut punggung Wano, dia merasa bingung, "Apa ayah bilang sesuatu?"Wano membantah, "Nggak, aku cuma takut kamu tiba-tiba meninggalkanku.""Mana mungkin? Bayi kita sudah mau lahir, dan aku masih perlu mengandalkanmu mencari uang untuk susu bayi. Sudah, jangan berpikir sembarangan, akhir-akhir ini kamu terlalu tertekan. Pergilah minum dengan mereka."Yuna mengusap wajah Wano dengan sendu, lalu berjinjit dan mengecupnya.Yuna tersenyum lalu berkata, "Sudah lebih baik sekarang?"Wano memegang pinggang Yuna dengan satu tangannya dan menarik wanita itu ke dalam pelukannya.Tatapan mata hitam Wano yang dalam dipenuhi emosi yang tidak bisa ditutupi.Bibir basah dan panas Wano sedikit menyentuh pipi Yuna, lalu berkata dengan suara serak, "Aku nggak takut apa pun selama kamu disini."Setelah itu Wano menundukkan kepalanya dan mencium bibir lembut Yuna.Wano dan Yuna berdiri di padang rumput sambil berciuman di bawah sinar matahari yang indah.Wano menyingkirkan semua permasalahan
Yogi mengulurkan tangan untuk memeluk Shelvi.Yogi merasa seperti mendapatkan masa mudanya lagi semenjak berhubungan dengan Shelvi.Perasaan Yogi seperti anak kecil dengan jantungnya yang berdebar-debar.Tiba-tiba ponsel Shelvi berdering.Shelvi segera memencet tombol jawab ketika melihat siapa peneleponnya."Ada apa, kak?"Terdengar suara berat seorang pria dari ujung telepon, "Aku ada di Kota Burma, Shelvi. Ayo bertemu malam ini, sudah lama sekali sejak aku melihatmu dan Hans, ayah juga memberikanmu beberapa suplemen.""Oke, tinggallah di rumahku malam ini. Aku sedang berada di rumah temanku dan pulang sore nanti.""Oke, sampai ketemu malam ini."Shelvi mematikan teleponnya dan terlihat bersemangat, lalu dia berkata, "Kakakku datang ke Kota Burma dan mau ke rumahku malam ini. Aku akan pulang setelah makan."Ini pertama kalinya Yogi mendengar Shelvi menyebutkan keluarganya, dia lalu bertanya, "Kamu punya kakak? Kenapa Hans nggak menyebutkannya ketika kamu butuh donor hati?""Dia putra
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper