Yogi mengulurkan tangan untuk memeluk Shelvi.Yogi merasa seperti mendapatkan masa mudanya lagi semenjak berhubungan dengan Shelvi.Perasaan Yogi seperti anak kecil dengan jantungnya yang berdebar-debar.Tiba-tiba ponsel Shelvi berdering.Shelvi segera memencet tombol jawab ketika melihat siapa peneleponnya."Ada apa, kak?"Terdengar suara berat seorang pria dari ujung telepon, "Aku ada di Kota Burma, Shelvi. Ayo bertemu malam ini, sudah lama sekali sejak aku melihatmu dan Hans, ayah juga memberikanmu beberapa suplemen.""Oke, tinggallah di rumahku malam ini. Aku sedang berada di rumah temanku dan pulang sore nanti.""Oke, sampai ketemu malam ini."Shelvi mematikan teleponnya dan terlihat bersemangat, lalu dia berkata, "Kakakku datang ke Kota Burma dan mau ke rumahku malam ini. Aku akan pulang setelah makan."Ini pertama kalinya Yogi mendengar Shelvi menyebutkan keluarganya, dia lalu bertanya, "Kamu punya kakak? Kenapa Hans nggak menyebutkannya ketika kamu butuh donor hati?""Dia putra
Jordan agak terkejut lalu berkata, "Kenapa? Bukannya kalian sangat saling mencintai, kenapa bercerai?"Yogi tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Sulit untuk dibicarakan, kita bahas lain kali saja. Kalian naiklah, aku pergi dulu."Yogi berbalik dan masuk ke dalam mobil, lalu melaju pergi.Jordan tiba-tiba bertanya sambil melihat mobil Yogi yang menjauh, "Kamu menyukainya?"Shelvi tidak menutupinya, "Dia ayah dari Hans, tapi aku nggak ingat kapan berpacaran dengannya. Luka yang aku derita saat itu disebabkan oleh Vina mantan istrinya, dan wanita itu juga yang mengejarku. Tapi aku nggak bisa ingat siapa aku karena itu nggak bisa memenjarakannya, jadi aku ingin mencoba terapi desensitisasi."Wajah lembut Jordan seketika berubah dingin ketika mendengar ucapan Shelvi."Aku nggak setuju kamu melakukan itu! Nggak gampang ayah mencarimu dan aku nggak akan biarkan kamu celaka lagi. Yogi pasti sudah melukaimu saat itu, banyak wanita yang menghampirinya untuk melahirkan anak saat masih kuliah d
Wano menatap Xena dengan iba, lalu berkata, "Kamu bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan Maggie, di saat seperti ini dia pasti sangat rentan. Aku nggak berani membiarkan Yuna tahu tentang ini, aku takut dia berpikir sembarangan.""Jangan biarkan Yuna tahu, dia akan melahirkan 3 bulan lagi dan keselamatan adalah prioritas utama."Wano dan Xena tenggelam dalam diskusi mengenai Vina.Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam ketika Wano meninggalkan kantor.Wano melewati toko bunga, lalu membeli sebuket bunga. Kemudian pergi ke toko kue untuk membeli kue.Ketika Wano sampai di rumah, dia melihat Yuna sedang duduk di ayunan bersama Bonbon.Bonbon bergegas berlari menghampiri Wano ketika melihatnya sudah pulang.Bonbon berlari mengelilingi kaki Wano sambil membuat suara-suara manja.Wano berjongkok dan mencubit leher Bonbon beberapa kali, lalu memperingatkannya, "Aku sudah bilang beberapa kali, jangan dekat-dekat sama ibu, kenapa kamu nggak nurut?"Bonbon menggonggong kesal beberapa kali p
Yuna tampak terkejut saat menyentuh bagian itu dan segera menarik tangannya.Dia menatap Wano, "Apa yang kamu lakukan, ada Ayah di luar."Wano memeluk Yuna, lalu mencium keningnya, "Kamu kaget? Kamu kan sudah biasa menyentuhnya. Dia begitu bersemangat akhir-akhir ini. Dia pasti merindukanmu. Istriku, bolehkah malam ini ...."Sebelum dia selesai berbicara, Yuna langsung menyelanya, "Nggak boleh, Dokter bilang tiga bulan terakhir juga masa-masa berbahaya dan nggak boleh melakukan hubungan badan."Wano mencium telapak tangan Yuna, "Bercanda, suamimu masih bisa bersabar kok. Saat putra kita lahir dan tubuhmu sudah pulih, titipkan saja ke Kakek, lalu kita berbulan madu. Kita pergi lihat Aurora dan Grand Canyon berdua ya."Usai mendengar ucapannya, kebahagiaan itu langsung terlintas di dalam benak Yuna.Yuna bersandar di bahu Wano sembari menikmati keindahan aurora tersebut.Mereka berada di belahan dunia lain, melihat pemandangan Grand Canyon yang begitu menakjubkan.Yuna memeluk Wano denga
Melihat Yuna tertidur, Wano pergi ke ruang kerjanya.Tepat saat itu, dia menerima email dari Zakri."Pak Wano, ini adalah hasil sketsa dari foto Zaen. Polisi sudah mencarinya berdasarkan sketsa itu."Wano memandang sketsa itu sambil mengerutkan kening.Wajah Zaen terlihat begitu elegan, begitu pula dengan sketsa wajahnya tersebut.Namun, orang yang tampak elegan seperti itu ternyata sangat jahat.Wano segera membalas email Zakri, "Cari tahu latar belakang semua pemimpin Organisasi Blackgo. Mungkin dia bersembunyi di antara mereka."Satu bulan kemudian.Sidang pertama Vina atas pembunuhan Maya.Bukti kasus ini sangat kuat, persidangan pun berjalan lancar dan Vina dinyatakan bersalah.Namun saat Hakim bertanya tentang kasus Shelvi, Vina menolak untuk memberitahunya.Wano tampak jengkel ketika melihat Vina tidak menyesal sama sekali.Dia berharap wanita itu tidak pernah melahirkannya.Dan berharap mereka tidak memiliki hubungan apa pun.Dengan begitu, dia tidak perlu takut Yuna akan menin
Kenapa Vina!Dia adalah sahabat ibuku.Ibu begitu mempercayainya. Bahkan sebelum Yuna lahir, dia telah menunangkan Yuna dengan putra Vina.Kenapa dia tega melakukan hal ini ke ibunya.Vina tidak hanya berselingkuh dengan suami sahabatnya, dia bahkan memiliki seorang putri.Demi kebahagiaan putrinya, Vina tidak segan-segan mengorbankan persahabatan mereka selama bertahun-tahun dan membunuh ibunya.Dia juga berusaha mencelakai Yuna.Yuna menangis saat memikirkan semua yang terjadi.Dia pernah berjanji bahwa tidak peduli siapa pun pelakunya, dia pasti akan membalaskan dendam ibunya.Namun, dia tidak menyangka bahwa Vina yang membunuh ibunya.Vina adalah ibu dari pria yang paling dia cintai.Apa yang harus dia dan Wano lakukan.Ibu Wano membunuh ibunya dan saling menaruh dendam satu sama lain.Tubuh Yuna bergemetar tak terkendali.Seketika dia terjatuh di atas lantai.Dia terus bergumam, "Kenapa begini, kenapa?"Yuna dan Wano telah melalui begitu banyak rintangan, kenapa mereka harus mengh
Wano membenturkan tangannya ke dinding.Darah segar pun seketika menetes.Dia hanya bisa membayangkan Yuna yang mengurung diri di kamar sambil menangis.Banyak sekali permasalahan yang Yuna alami sejak hamil hingga saat ini. Dia berusaha bertahan, tapi takdir kembali memberinya pukulan berat.Hati Wano terasa begitu sakit.Dia berkata, "Yuna, aku ada di luar. Kalau kamu butuh sesuatu, beritahu aku ya?"Usai mendengar suara Wano yang begitu khawatir, tangisan Yuna semakin menjadi-jadi.Dia menoleh ke arah pintu sambil berkata, "Wano, pergilah. Aku hanya ingin sendiri dan nggak akan melukai bayiku."Ucapan Yuna itu membuat Wano sedih.Orang yang paling tidak ingin Yuna temui saat ini adalah dirinya.Wano telah dimasukkan ke dalam daftar hitam.Tatapan Wano penuh dengan kesedihan.Dia mengepalkan kedua tangannya lalu berkata, "Baik, aku akan pergi, biar Ayah yang menjagamu."Wano berdiri cukup lama di depan pintu, lalu pergi.Yudha melihat Wano turun dengan tangan berdarah.Saking terkeju
Setelah mendengar kata-kata itu, Shelvi buru-buru melepaskan jepit rambut di kepalanya.Dia memandang kamera tersembunyi di bawah mutiara dengan tak percaya, "Bagaimana bisa begini? Aku baru saja membelinya di pusat perbelanjaan kemarin. Bagaimana mungkin ada yang menyelipkannya?"Saat memikirkan akibat saat Yuna mengetahui hal ini, air matanya seketika mengalir dengan penuh rasa sesal.Melihat kondisinya saat itu, Yogi pun segera menghiburnya, "Aku nggak bermaksud menyalahkanmu. Shelvi, coba ingat baik-baik, apa ada orang yang menyentuh jepitnya selain kamu?"Shelvi menggelengkan kepalanya, "Nggak ada, setelah membelinya kemarin, aku langsung membawanya pulang dan menyimpannya dalam tas. Semalam aku sendirian di rumah, Hans bahkan nggak pulang. Jadi, aku nggak tahu kapan kamera itu dipasang."Semakin dia bicara, semakin sedih pula dirinya. Andai dia tak memakai jepit rambut ini saat menghadiri sidang, Yuna tidak akan mengetahui hal ini sama sekali.Dia terus menggeleng dengan penuh pe
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper