Melihat Yuna tertidur, Wano pergi ke ruang kerjanya.Tepat saat itu, dia menerima email dari Zakri."Pak Wano, ini adalah hasil sketsa dari foto Zaen. Polisi sudah mencarinya berdasarkan sketsa itu."Wano memandang sketsa itu sambil mengerutkan kening.Wajah Zaen terlihat begitu elegan, begitu pula dengan sketsa wajahnya tersebut.Namun, orang yang tampak elegan seperti itu ternyata sangat jahat.Wano segera membalas email Zakri, "Cari tahu latar belakang semua pemimpin Organisasi Blackgo. Mungkin dia bersembunyi di antara mereka."Satu bulan kemudian.Sidang pertama Vina atas pembunuhan Maya.Bukti kasus ini sangat kuat, persidangan pun berjalan lancar dan Vina dinyatakan bersalah.Namun saat Hakim bertanya tentang kasus Shelvi, Vina menolak untuk memberitahunya.Wano tampak jengkel ketika melihat Vina tidak menyesal sama sekali.Dia berharap wanita itu tidak pernah melahirkannya.Dan berharap mereka tidak memiliki hubungan apa pun.Dengan begitu, dia tidak perlu takut Yuna akan menin
Kenapa Vina!Dia adalah sahabat ibuku.Ibu begitu mempercayainya. Bahkan sebelum Yuna lahir, dia telah menunangkan Yuna dengan putra Vina.Kenapa dia tega melakukan hal ini ke ibunya.Vina tidak hanya berselingkuh dengan suami sahabatnya, dia bahkan memiliki seorang putri.Demi kebahagiaan putrinya, Vina tidak segan-segan mengorbankan persahabatan mereka selama bertahun-tahun dan membunuh ibunya.Dia juga berusaha mencelakai Yuna.Yuna menangis saat memikirkan semua yang terjadi.Dia pernah berjanji bahwa tidak peduli siapa pun pelakunya, dia pasti akan membalaskan dendam ibunya.Namun, dia tidak menyangka bahwa Vina yang membunuh ibunya.Vina adalah ibu dari pria yang paling dia cintai.Apa yang harus dia dan Wano lakukan.Ibu Wano membunuh ibunya dan saling menaruh dendam satu sama lain.Tubuh Yuna bergemetar tak terkendali.Seketika dia terjatuh di atas lantai.Dia terus bergumam, "Kenapa begini, kenapa?"Yuna dan Wano telah melalui begitu banyak rintangan, kenapa mereka harus mengh
Wano membenturkan tangannya ke dinding.Darah segar pun seketika menetes.Dia hanya bisa membayangkan Yuna yang mengurung diri di kamar sambil menangis.Banyak sekali permasalahan yang Yuna alami sejak hamil hingga saat ini. Dia berusaha bertahan, tapi takdir kembali memberinya pukulan berat.Hati Wano terasa begitu sakit.Dia berkata, "Yuna, aku ada di luar. Kalau kamu butuh sesuatu, beritahu aku ya?"Usai mendengar suara Wano yang begitu khawatir, tangisan Yuna semakin menjadi-jadi.Dia menoleh ke arah pintu sambil berkata, "Wano, pergilah. Aku hanya ingin sendiri dan nggak akan melukai bayiku."Ucapan Yuna itu membuat Wano sedih.Orang yang paling tidak ingin Yuna temui saat ini adalah dirinya.Wano telah dimasukkan ke dalam daftar hitam.Tatapan Wano penuh dengan kesedihan.Dia mengepalkan kedua tangannya lalu berkata, "Baik, aku akan pergi, biar Ayah yang menjagamu."Wano berdiri cukup lama di depan pintu, lalu pergi.Yudha melihat Wano turun dengan tangan berdarah.Saking terkeju
Setelah mendengar kata-kata itu, Shelvi buru-buru melepaskan jepit rambut di kepalanya.Dia memandang kamera tersembunyi di bawah mutiara dengan tak percaya, "Bagaimana bisa begini? Aku baru saja membelinya di pusat perbelanjaan kemarin. Bagaimana mungkin ada yang menyelipkannya?"Saat memikirkan akibat saat Yuna mengetahui hal ini, air matanya seketika mengalir dengan penuh rasa sesal.Melihat kondisinya saat itu, Yogi pun segera menghiburnya, "Aku nggak bermaksud menyalahkanmu. Shelvi, coba ingat baik-baik, apa ada orang yang menyentuh jepitnya selain kamu?"Shelvi menggelengkan kepalanya, "Nggak ada, setelah membelinya kemarin, aku langsung membawanya pulang dan menyimpannya dalam tas. Semalam aku sendirian di rumah, Hans bahkan nggak pulang. Jadi, aku nggak tahu kapan kamera itu dipasang."Semakin dia bicara, semakin sedih pula dirinya. Andai dia tak memakai jepit rambut ini saat menghadiri sidang, Yuna tidak akan mengetahui hal ini sama sekali.Dia terus menggeleng dengan penuh pe
Sesampainya di samping mobil, dia menengadah ke arah lantai atas.Saat melihat Yuna berdiri di depan jendela besar seraya menatapnya dengan tenang, dirinya merasakan sebuah dorongan sesaat.Dia sangat ingin berlari ke atas untuk memeluk dan menenangkannya.Namun, dia tak melakukannya.Dia hanya berdiri diam di tempatnya dan menatap Yuna dengan penuh arti.Mereka terus berdiri seperti itu, dengan satu orang berada di balkon, sedangkan satunya lagi di halaman, keduanya saling menatap dalam beberapa menit.Setiap menitnya terasa seperti penderitaan yang tiada akhirnya.Yuna merasa emosinya baru saja mereda. Begitu melihat Wano, air matanya pun kembali mengalir.Dia mengerti bahwa semua ini bukan salah Wano dan tak seharusnya dirinya marah pada Wano.Dia juga pernah berkata tidak akan membiarkan ulah Vina itu memengaruhi hubungannya dengan Wano.Namun pada akhirnya, dia hanya manusia biasa, yang tak dapat mengabaikan masalah tentang kematian ibunya untuk tetap bersama Wano.Ketika melihat
Saat itu, dia kehilangan penglihatannya, sedangkan sang nomor 11 kehilangan suaranya. Mereka pun berkomunikasi lewat akun Line ini.Ini adalah ponsel khusus untuk tunanetra. Setiap pesannya akan dibacakan melalui suara.Selain itu, ini adalah ponsel khususnya untuk si nomor 11, dia tak pernah menggunakannya untuk berkomunikasi dengan orang lain.Wano terkesima saat memandang pesan di ponselnya."Nomor 99, apa kamu melihatku? Aku sedang melambaikan tangan padamu."Jadi, gadis di depannya ini ternyata sosok nomor 11 yang selama ini dicarinya.Wano kembali menoleh ke arahnya dan gadis itu pun langsung memberikan isyarat tangan padanya."Nomor 99, lama tak berjumpa."Melihat ini, Wano terpaku sejenak.Ini adalah satu-satunya gerakan tangan yang diajarkan si nomor 11 saat itu.Dulu, dia pernah mengatakan, "Kalau nanti kita bertemu lagi setelah keluar, aku akan menggunakan gerakan ini untuk menyapamu.""Kalau melihat ini, kamu akan tahu bahwa orang itu adalah aku."Wano terpaku di tempatnya,
Liana mengambil ponsel dari saku dan mengirimkan sebuah pesan."Aku sudah bertemu dengannya, tapi dia kelihatan curiga padaku, jadi aku nggak bisa mendekatinya."Melihat isi pesan itu, membuat sosok pria di seberang sana menyunggingkan senyuman jahat."Bukan Wano namanya kalau terpancing semudah itu."Sang asisten tersenyum seraya mengangguk, "Aku yakin, selanjutnya Wano pasti akan menyelidiki latar belakang Liana. Dia nggak akan percaya begitu saja."Pria itu tertawa licik, "Aku akan membuatnya percaya."Begitu Wano keluar dari kafe dan memasuki mobil, dia langsung memerintahkan Zakri, "Selidiki gadis bernama Liana ini."Zakri pun bertanya, "Apa Anda menemukan hal yang aneh saat ngobrol dengannya?"Mata Wano agak menyipit, "Justru aku merasa aneh karena nggak menemukan apa-apa, dia seperti sudah tahu semua jawabannya. Selain itu, dia terasa asing bagiku, nggak seperti nomor 11."Zakri menyalakan mobil sambil memandang Wano dari kaca spion dalam mobil, kemudian berkata, "Kalau dia itu
Mengapa dirinya tak mengingatnya sama sekali?Dia hampir saja masuk untuk bertanya, tetapi kemudian mendengar suara Yudha."Wano memasakan mie ayam kesukaanmu. Aku akan menyuruhnya membawakan untukmu. Kalian coba ngobrol baik-baik, ya."Yuna menggeleng, "Ayah, beri aku waktu sedikit lagi. Aku masih nggak tahu harus bagaimana menghadapinya. Kalau masalah ini nggak diatasi dengan baik, akan ada jarak di antara kami meskipun akhirnya bersama."Mendengar kata-kata itu, Wano pun terhenti.Tangannya yang tergantung di sisi tubuhnya mulai terkepal perlahan-lahan.Dia turun dari lantai atas diam-diam, kemudian meraih ponselnya untuk menelepon Yanuar.Begitu panggilannya dijawab, terdengar suara yang malas dari seberang."Ada apa, sih? Aku sudah susah payah tidur, tapi kamu malah membangunkanku. Aku akan marah kalau sampai nggak ada yang penting."Wano berkata dengan suara yang berat, "Suruh Zanny mengangkat telepon."Melihat betapa seriusnya Wano, Yanuar mengerti bahwa ada sesuatu yang penting
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper