Mendengar hal itu, Yuna tak bisa menahan tawanya. Lukanya bahkan sampai terasa sakit karena dia tertawa begitu keras.Wano segera menendang kaki Yanuar dan berkata, "Ini semua karena kamu, brengsek! Istriku sampai kesakitan."Yanuar menatap raut wajah Zanny yang tampak kehilangan kesabaran dan berkata acuh tak acuh, "Bukankah kamu yang jijik dengan Wano karena wajah jeleknya? Kalau kamu ingin memukulnya ya pukul saja, kenapa kamu justru marah padaku? Zanny, kamu harusnya berbaik hati sedikit. Karena beberapa hari ini saat kamu sedang sedih, aku yang selalu menjagamu."Mendengar hal itu, Zanny semakin marah, "Yanuar, tunggu saja. Lihat malam ini bagaimana aku akan menghabisimu! Baiklah, aku nggak ingin melihatmu, berikan teleponnya pada Yuna."Yanuar segera memberikan telepon itu pada Yuna, lalu berbisik pada Wano, "Aku sama sekali nggak pernah melihat seorang gadis yang begitu pemarah. Menurutmu, pria mana yang begitu sial menikah dengan dia?"Wano melirik Yanuar, "Mungkin saja pria it
"Namun, karena harga diriku yang begitu tinggi, aku tetap minta putus dari dia dan memutuskan untuk bekerja dengan mengandalkan kemampuanku sendiri. Hanya saja, sekarang aku sudah berhasil, tapi dia tetap saja nggak mau memaafkan aku. Aku melewatkan cinta sejatiku."Melihat raut wajah Aliando, Zanny tahu bahwa dia benar-benar pernah mencintai.Zanny menepuk-nepuk bahu Aliando dan sambil tersenyum berkata, "Beritahu aku siapa wanita itu. Aku akan bantu mengejar dia, karena nggak ada orang yang nggak bisa aku tangani."Aliando tersenyum pahit, "Dia adalah orang yang begitu angkuh. Dia nggak akan pernah memilih untuk melihat kembali ke belakang. Aku pernah mencobanya, tapi sama sekali nggak ada gunanya.""Siapa orang itu? Putri dari keluarga mana?"Bibirnya tampak bergerak-gerak, lalu dia berkata, "Sudahlah. Keluarga mereka berada di luar jangkauan kita."Sebenarnya, masih banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh Zanny, tapi pada saat yang sama dia mendengar sutradara sudah memanggiln
Sebelum mobil berhenti sepenuhnya ketika memasuki vila, Bonbon sudah berlari ke pintu belakang mobil sambil mengibas-ngibaskan ekornya dan menunggu.Mulutnya mengeluarkan dengungan pelan.Wano turun dari mobil, kemudian membungkuk dan mencubit leher Bonbon seraya berkata, "Jaga jarak dengan ibumu, tubuhmu banyak kumannya, itu nggak baik untuk bayinya."Bonbon merasa tak terima dan menggonggong dua kali padanya, namun tetap mundur beberapa langkah dengan patuh.Saat melihat Wano memapah Yuna keluar dari mobil, Bonbon tak bisa menahan dirinya lagi.Bonbon pun langsung berlari menuju Yuna dan bersikap manja.Namun, langkahnya kemudian terhenti dan tak berani maju lagi.Yuna melambaikan tangan ke arahnya seraya berkata, "Bonbon, kemarilah. Jangan dengarkan ayahmu, biarkan ibu memelukmu."Mendengar panggilan Yuna, Bonbon segera berlari ke sisinya dan mengitari Yuna beberapa kali, baru kemudian bersandar di kakinya sambil mengeluarkan rengekan dengan pelan.Yuna membelai bulunya dengan perla
Wano menunduk dan mencium bibirnya, "Seberapa banyak sukanya?"Yuna mendongak sejenak untuk merenung, lalu menjawab, "Seperti ... aku bahkan rela hidup dan mati bersamamu, sebanyak itulah rasa sukaku.""Dasar bodoh!" ujar Wano setelah mencium keningnya, "Kalau suatu hari itu terjadi, aku nggak akan memberitahumu."Dia mengangkat sepasang tangannya dan menangkup pipi Yuna, lalu menempelkan dahinya kepada dahi Yuna.Napas hangat keduanya membaur menjadi satu.Sebuah suara rendah yang begitu memikat terus berputar dalam telinga Yuna."Mulai sekarang, aku akan melindungimu dan bayi kita dengan segenap hidupku. Tujuanku sekarang dan selamanya adalah membahagiakanmu. Istriku, aku mencintaimu."Seusai mengatakannya, bibir hangatnya kembali mengecup bibir penuh Yuna.Di antara bibir yang saling beradu itu, Yuna berbisik lirih, "Suamiku, aku juga mencintaimu."Setelah mengalami berbagai perpisahan dan pertemuan yang mendebarkan, akhirnya mereka berhasil berdiri dalam ruangan pengantin untuk sal
Keduanya pun mulai berkendara menuju rumah sakit.Yuna berbaring di Ruang USG, serta merasakan alat dingin yang terus bergerak bolak-balik di tubuhnya. Detak jantungnya bahkan menjadi meningkat tak terkendali.Itu semua karena pemeriksaan USG 4 dimensi dapat mendeteksi kelainan fisik pada janin.Selama hamil, Yuna mengalami banyak situasi berbahaya, jadi dia khawatir jika itu akan berpengaruh pada sang bayi.Kedua tangan Yuna terasa dingin.Dia menggenggam Wano erat-erat, suaranya bahkan sedikit bergetar."Wano, aku agak takut."Wano membelai dahi Yuna dengan lembut seraya berkata, "Jangan takut, semuanya akan baik-baik saja."Meskipun berkata demikian, telapak tangan Wano tetap berkeringat tipis.Kemeja bagian belakangnya bahkan basah kuyup.Risiko kelainan dalam kehamilan normalnya sekitar dua persen. Namun, Yuna pernah hanyut dalam air laut dan juga tertusuk pisau.Mustahil bagi seorang ibu hamil yang pernah mengalami rangsangan sekuat itu, tidak mempengaruhi bayinya sama sekali.Ke
Yuna tersenyum dan berkata, "Malik punya istri dan anak, jadi dia bukan bujangan tua.""Tapi dia nggak punya anak laki-laki. Keluarga Hudayana belum punya pewaris, jadi apa gunanya menikah muda? Nggak sepertiku yang langsung punya pewaris dalam kehamilan pertama. Istriku, bukankah menurutmu suamimu ini hebat?"'Melihat kebanggaan Wano saat ini, Yuna merasa inilah sosok Wano yang sesungguhnya.Seorang manusia normal yang penuh dengan emosi, mampu mengekspresikan kesedihan dan kebahagiaan.Bukan seperti sosok yang tengah mengubur semua emosinya dalam hati seperti sebelumnya.Sembari tersenyum, dia mengelus kepala Wano dan berkata, "Sangat hebat, kamu bahkan pantas mendapat ciuman sebagai hadiah."Setelah mengatakannya, Yuna mendekat dan mencium pipinya.Saat hendak beranjak, pinggangnya langsung dipeluk erat oleh Wano.Lalu, terdengar suara yang serak dan dalam di telinganya."Terima kasih karena mengingatkanku kalau aku sudah punya putra. Tapi aku rupanya belum benar-benar berterima kas
Zanny belum sempat menghapus riasan selepas syuting, jadi lisptiknya masih berwarna merah menyala.Sedotan itu pun tampak dihiasi warna merah di sekelilingnya.Yanuar yang gila akan kebersihan seolah-olah buta, mulutnya langsung mendarat pada jejak bibir merah cerah itu.Selanjutnya, dia menyesapnya beberapa kali dan mengangguk-angguk, "Enak juga, akan kubelikan lagi lain kali, asalkan kamu patuh."Seusai mengatakannya, dia mengusap kepala Zanny beberapa kali seakan-akan tengah menggoda kucing.Zanny terkesima dengan aksinya yang luar biasa, kemudian diam-diam menggertakkan gigi."Yanuar, kamu habis minum teh susuku!""Aku yang membelikannya untukmu, minum sedikit saja masak nggak boleh. Dasar nggak tahu terima kasih!"Melihatnya bertingkah pura-pura bodoh, Zanny seketika mengeluarkan tisu dengan kesal, lalu menyeka sedotan itu kuat-kuat."Kamu belum gosok gigi dan minum pakai sedotanku. Mulutmu itu sangat bau, jadi gimana aku meminumnya lagi?"Mendengar celoteh Zanny, Yanuar yang dudu
Dua jam telah berlalu, tetapi Yanuar masih tak kunjung kembali.Restoran Bianglala menelepon Zanny kembali."Nona Zanny, kapan Anda akan tiba? Kalau setengah jam lagi belum sampai, kami akan membatalkan pesanan Anda."Zanny melirik pintu seraya berkata, "Baiklah, kalau aku nggak sampai dalam setengah jam, batalkan saja."Setelah menutup panggilannya, Zanny berjalan ke arah pintu.Dia pernah syuting di sini, jadi tahu di mana ruang operasinya.Zanny langsung naik lift dan berhenti di lantai sepuluh.Saat hendak berjalan menuju ruang operasi, dia mendengar tangisan seorang wanita dari arah koridor."Kak, operasi kita jelas berhasil, tapi kenapa dia bisa meninggal? Kasihan sekali gadis itu."Langkah Zanny seketika terhenti.Dia mengenali bahwa suara itu milik adik tingkat Yanuar, Luna.Dia juga bisa menebak apa yang terjadi, seorang pasien yang mereka tangani tadi pasti sudah meninggal.Akan tetapi, mendengar Luna yang terisak di hadapan Yanuar, entah mengapa Zanny merasakan sakit dalam h
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper